05 Mei, 2009

Situs-Situs Nabi di Makkah, Yang Dibongkar dan Yang Terancam Dirobohkan oleh Wahabi

Rumah Abu Bakar Jadi Akses Jalan Hotel Hilton

Untuk mengisi waktu yang agak panjang selama berhaji (sekitar 40 hari), kebanyakan jamaah berziarah ke tempat-tempat bersejarah, yang di antaranya terancam dibongkar. Berikut catatan wartawan Jawa Pos Kurniawan Muhammad yang baru saja pulang dari haji.

Pagi itu, jarum jam di Makkah menunjukkan sekitar pukul 09.00 (di Indonesia lebih cepat empat jam). Saya saat itu berada di sebelah timur di halaman luar Masjidilharam. Ketika melintas di bawah tiang lampu (dari beberapa tiang lampu yang ada), terlihat beberapa orang dari Pakistan sedang mengaji Alquran sambil menangis. Mereka bergerombol di bawah salah satu tiang lampu itu.

“Mengapa mereka tidak mengaji di dalam masjid saja? Bukankah pada jam-jam itu, di dalam masjid sedang longgar?” demikian pertanyaan yang mampir di benak saya.

Ternyata bukan hari itu saja saya menemui pemandangan orang bergerombol di bawah tiang lampu tersebut sambil mengaji. Esoknya, beberapa orang melakukan hal yang sama di tempat itu. Kali ini dari Bangladesh.

Mengapa mengaji di bawah lampu itu? Pertanyaan ini baru terjawab ketika KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) Nur Haromain, Pandegiling, tempat saya bergabung selama beribadah haji mengajak ke tempat tersebut, beberapa hari kemudian. “Tempat ini dulu adalah rumah Nabi Muhammad SAW ketika membina rumah tangga bersama Siti Khadijah. Di sinilah dulu Nabi dan istrinya mengasuh anak-anaknya, hingga akhirnya Nabi hijrah setelah dikepung orang-orang Quraish,” kata Ustad Ghazali Abdi, salah satu pembimbing KBIH Nur Haromain.

Lantas mengapa orang-orang membaca Alquran di tempat itu? “Karena ayat-ayat Alquran banyak diturunkan di sana. Setelah membaca Alquran, biasanya mereka lantas berdoa untuk keluarganya, agar bisa seperti keluarga Nabi,” ujarnya.

Saya dan beberapa jamaah lain satu rombongan baru tahu saat itu bahwa lokasi di bawah tiang lampu tersebut dulu adalah rumah Nabi Muhammad SAW ketika membina rumah tangga bersama Khadijah.

Di Arab Saudi, pembongkaran tempat-tempat bersejarah bukanlah hal aneh. Termasuk rumah Nabi Muhammad itu yang saat ini sama sekali tak ada jejaknya.

Menurut sejarah, di lokasi bekas rumah Khadijah itu sempat dibangun masjid oleh Muawiyah. Kemudian pada 1379 H (1959 M), bangunan tersebut diubah menjadi madrasah untuk putri. Enam tahun kemudian dibongkar untuk kepentingan perluasan Masjidilharam. Sekarang, jejak itu sama sekali tak ada.

Tak jauh dari tempat bekas rumah Nabi itu (jaraknya 10 - 15 meter), dibangun toilet untuk pria. Karena itu, kadang, ketika berada di tempat tersebut, aroma toilet terasa. “Tempat untuk toilet itu dulu rumah Abu Lahab (paman Nabi yang jahat),” cerita Ghazali yang sudah lebih dari lima kali mengantar jamaah haji ini. Di dekat rumah Nabi dibangun toilet? Itulah yang terjadi.

Pada 1998, pemerintah Kerajaan Arab Saudi juga membongkar makam Siti Aminah, ibunda Nabi Muhammad SAW. Sehingga, para jamaah haji yang berangkat setelah itu mungkin akan kesulitan jika ingin menapak tilas makam tersebut.

Begitu juga rumah Abu Bakar (sahabat Nabi Muhammad) yang ada di Makkah, dibongkar untuk keperluan pembuatan jalan menuju ke Hotel Hilton.

Pikiran saya lantas terbang ke tanah air. Kalau saja bekas rumah Nabi atau makam ibunda Nabi berada di Indonesia, mungkin keberadaannya akan awet sampai sekarang. Bahkan, mungkin akan dibangun dengan semegah-megahnya. Bukankah makam para wali songo (penyebar Islam di Pulau Jawa), sampai sekarang tetap terjaga?

Pikiran juga terbang ke Surabaya. Saya teringat dengan cerita masjid yang bertahun-tahun berdiri di tengah jalan, kemudian dipersoalkan, karena dalam perkembangannya keberadaan masjid tersebut membuat arus lalu lintas menjadi tidak lancar.

Satu-satunya cara agar lalu lintas di sana lancar adalah membongkar masjid tersebut. Rencana ini pula yang dilakukan Pemkot Surabaya. Pemkot Surabaya bahkan sudah menjamin membangunkan masjid di tempat lain sebagai pengganti. Tapi, rencana tersebut ternyata tidak mudah. Butuh waktu beberapa tahun, karena ada kelompok masyarakat yang sempat menentang keras. Tapi, akhirnya masjid itu berhasil dibongkar akhir Desember 2007.

Di Surabaya, membongkar masjid yang jelas-jelas untuk kepentingan umum dan jelas-jelas akan dibangunkan di tempat lain, sulitnya minta ampun. Sedangkan di Arab Saudi, membongkar tempat bersejarah, meski belum tentu peruntukannya untuk kepentingan umum, gampangnya bukan main. (bersambung)

Sumber: http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=321667

Rabu, 16 Jan 2008,
Mengunjungi Situs-Situs Nabi di Makkah; Yang Dibongkar dan Yang Terancam Dirobohkan

Perlancar Tawaf, Maqom Ibrahim Dibikin Muncul-Tenggelam
Jejak tempat lahirnya Nabi Muhammad SAW sampai saat ini masih bisa ditandai dengan mudah. Sebab, di atasnya berdiri sebuah bangunan untuk perpustakaan. Tapi, menurut rencana, bangunan itu pun bakal dirobohkan. Berikut lanjutan catatan Wartawan Jawa Pos Kurniawan Muhammad:

Bangunan itu berada di sebelah timur halaman timur Masjidilharam, Makkah. Luasnya kira-kira 300 meter persegi.

Di atas bangunan tersebut terdapat papan bertuliskan huruf Arab: Maktabah Makkah al-Mukarromah (Perpustakaan Makkah al Mukarromah).

Lokasi berdirinya bangunan perpustakaan itu termasuk tempat bersejarah karena di sanalah Nabi Muhammad SAW dilahirkan.

Sebenarnya, Jawa Pos ingin sekali masuk ke perpustakaan itu. Tapi, keinginan itu tak terlaksana karena dilarang oleh beberapa lasykar (polisi) yang menjaga. “Haji… haram…. (tidak boleh),” kata salah seorang lasykar setengah menghardik, sambil kedua matanya melotot ke arah Jawa Pos.

Menurut Sofyan, mukimin asal Sampang, Madura, yang sudah 22 tahun tinggal di Makkah, pada hari-hari biasa di luar pelaksanaan haji, perpustakaan itu dibuka untuk umum. “Selama haji, nggak boleh masuk,” kata Sofyan yang tinggal di kawasan Misfalah (sekitar 1,5 kilometer dari Masjidilharam) ini.

Karena tidak boleh masuk, Jawa Pos dan juga jamaah haji lain harus puas melihat-lihat dari luar. Pagi itu pemandangan terlihat indah, karena di belakang bangunan perpustakaan tersebut terlihat gunung-gunung yang berderet dengan gagah.

Ratusan merpati yang berseliweran terbang menambah suasana pagi menjadi lebih semarak. “Apa bedanya burung merpati di sini dengan merpati di Indonesia?” tanya H Muntaki, salah satu jamaah yang sudah empat kali berhaji, kepada Jawa Pos. Karena lama tak segera menjawab, pertanyaan itu dia jawab sendiri. “Burung-burung merpati yang ada di sini semuanya sudah haji. Setiap pagi mereka tawaf,” katanya, sambil terkekeh.

Kembali ke tempat kelahiran Nabi. Menurut sejarah, tempat itu dulu sempat dibangun masjid oleh al-Khaizuran, yaitu ibunda Khalifah Harun Al Rasyid (dari dinasti Abbasiah).

Tapi, pada 1370 H (1950 M), bangunan masjid itu dirobohkan, lantas dibangunlah perpustakaan umum oleh Syaikh Abbas Qatthan. Sampai sekarang, bangunan tersebut masih difungsikan sebagai perpustakaan.

“Tapi, bangunan (perpustakaan) itu agaknya juga akan dibongkar dalam waktu dekat,” kata Sofyan.

Dia lantas menunjukkan sebuah koran lokal (berbahasa Arab) yang menulis beberapa rencana dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk membongkar tempat-tempat bersejarah di Makkah, termasuk tempat lahirnya Nabi Muhammad yang dijadikan perpustakaan itu. “Alasan resminya untuk perluasan areal Masjidilharam,” kata pria 53 tahun itu. Lantas, apa alasan tak resminya? “Mereka (pemerintah Kerajaan Arab Saudi) takut tempat itu dikeramatkan, sehingga menjurus ke arah syirik. Ideologi Wahhabi sangat ketat dalam soal-soal seperti itu,” ujarnya.

Bukan hanya itu. Masih berdasarkan tulisan di koran lokal tersebut, maqom Ibrahim yang terletak di dekat Kakbah juga diwacanakan bakal dihilangkan.

Maqom Ibrahim adalah batu bekas jejak kaki Nabi Ibrahim alaihissalam yang digunakan saat membangun Kakbah.

Lantas, mengapa maqom Ibrahim dihilangkan? Alasannya, tempat itu kerap menjadi biang kemacetan sehingga menghambat para jamaah haji yang tawaf ketika suasana sedang padat.

“Banyak jamaah yang berhenti lama di maqom Ibrahim. Tak sedikit jamaah yang menangis, sambil menciuminya. Ini yang dianggap ulama Wahabi berlebihan,” paparnya. Karena itu, maqom Ibrahim diwacanakan akan dihilangkan.

Bagaimana jika rencana itu ditentang? “Sebenarnya sudah sering negara-negara Islam protes ke pemerintah Arab Saudi terkait pembongkaran tempat-tempat bersejarah. Tapi, protes itu sering tak digubris,” kata Sofyan yang juga ikut mengajar di salah satu madrasah setingkat SLTP di Makkah, untuk anak-anak WNI itu.

Khusus untuk wacana menghilangkan maqom Ibrahim, kata Sofyan, pemerintah Arab Saudi sudah menyiapkan beberapa skenario. Termasuk, skenario bila rencana itu diprotes keras. “Nanti maqom Ibrahim dibuat seakan-akan dihilangkan, tapi sebenarnya tetap ada,” jelasnya. Bagaimana caranya? “Ketika jamaah yang tawaf padat sekali, maqom Ibrahim akan dihilangkan, dengan cara ditenggelamkan. Ketika jamaah yang tawaf agak longgar, maqom itu akan dimunculkan lagi,” paparnya. “Jadi, nanti dibuat teknologi yang bisa memunculkan dan menenggelamkan maqom Ibrahim,” paparnya.

Tempat bersejarah lain yang kabarnya juga masuk dalam daftar dibongkar adalah Masjid Jin dan Masjid Sajaroh (pohon) yang berlokasi tak seberapa jauh dari Masjidilharam. Kedua masjid itu letaknya berdekatan, tepatnya di sebelah kiri jalan naik ke pekuburan Ma’la.

Sudah banyak dikisahkan bahwa dua masjid itu sangat bersejarah dan terkait dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah riwayat (dituturkan oleh al-Fakihi) diceritakan, suatu ketika Nabi didatangi serombongan jin. Para makhluk halus itu minta bukti kenabian Muhammad sebelum mereka masuk Islam. Maka, Nabi memanggil sebatang pohon yang tumbuh tak jauh dari tempat Nabi dihadang para jin.

Begitu dipanggil, pohon itu langsung tercerabut dari akarnya, dan datang mendekat ke Nabi. Setelah itu, pohon tersebut disuruh Nabi agar balik ke tempat asalnya. “Di tempat Nabi didatangi para jin, didirikan masjid, yang kemudian disebut Masjid Jin. Di tempat pohon yang dipanggil Nabi itu, juga didirikan masjid, yang kemudian dinamakan Masjid Syajaroh (artinya: pohon),” cerita Ustad Mahmudi Ilyas, pembimbing haji dari KBIH Nur Haromain, Pandegiling, Surabaya.

Kedua masjid itu pernah diperbarui pada 1421 H (2001 M). Ketika Jawa Pos mengunjungi dua masjid itu, memang terkesan tak terawat dengan baik. Ini terlihat dari lantai masjid yang tampak kotor dan cat dinding yang seperti dibiarkan memudar. “Kedua masjid itu rencananya juga dirobohkan. Alasannya untuk perluasan jalan,” kata Sofyan, mengutip koran setempat yang menulis seputar rencana pembongkaran tersebut. Akankah pembongkaran itu benar-benar dilaksanakan? (*)

jawapos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar