21 Mei, 2009

Riset Medis mengenai JILBAB

JILBAB Mengurangi Risiko KANKER

Saat ini, jilbab bukan lagi fenomena kelompok sosial tertentu, tetapi sudah menjadi fenomena seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit jumlah artis, eksekutif, dan publik figur lainnya menggemari dan menggunakannya.

Beruntunglah Anda yang sudah mengenakan jilbab (veil), kerudung bagi wanita muslim ini tak hanya menunjukkan kerendahan hati dan kesopanan, tetapi juga melindungi Anda dari penyakit mematikan.

Jilbab yang dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador (Iran), pardeh (India dan Pakistan), milayat (Libya), abaya (Irak), charshaf (Turki), hijab (Mesir, Sudan, dan Yaman), dapat memperkecil risiko pemakainya terkena kanker tenggorokan dan hidung. Alasannya, jilbab mampu menyaring sejumlah virus yang suka mampir ke saluran pernapasan bagian atas.

Profesor Kamal Malaker asal Kanada, menyatakan wanita Arab Saudi - yang sebagian besar menutup wajahnya secara penuh- jarang sekali terserang virus epstein barr, yang menyebabkan kanker nasofaring. Bisa dikatakan jumlah penderita kanker jenis ini sangat rendah.

"Jilbab melindungi wanita dari infeksi saluran pernapasan bagian atas, " tulis Saudi Gazette, Jum’at (19/3), mengutip pernyataan Malaker, "Di Arab Saudi, jumlah wanita penderita kanker nasofaring sangat rendah dibandingkan laki-laki," lanjut Malaker.

"Kenyataan ini sungguh menarik, bagaimana pakaian adat yang begitu sederhana memiliki pengaruh begitu besar pada kehidupan manusia," ujar Malaker, kepala bidang onkologi radiasi Rumah Sakit King Abdul Azis.

Kanker nasofaring merupakan kanker yang paling banyak diderita masyakarakat untuk jenis kanker Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Kepala Leher (KL).

Tingginya angka penderita kanker nasofaring terutama akibat keberadaan virus epstein barr yang hampir ada pada 90 persen masyarakat di negara berkembang. Jika virus tersebut ’terbangun’, maka dapat terjadi mutasi sel yang berujung pada kanker nasofaring.

Nasofaring merupakan saluran yang terletak di belakang hidung, tepatnya di atas rongga mulut.

Gejala awal dari kanker nasofaring tersebut antara lain gejala pada telinga yang ditandai dengan dengingan terus-menerus pada telinga.

Di samping itu, sering disertai gejala pada hidung seperti pilek berkepanjangan yang disertai dengan darah, suara parau yang berkepanjangan, sering mimisan dan nyeri saat menelan.

Kanker nasofaring merupakan penyakit kanker keempat yang paling banyak menyerang penderita kanker di Indonesia. (zrp/Reuters)


******
Wanita Berbusana Tertutup Aman dari Ultraviolet C

Satu lagi manfaat wanita yang mengenakan busana tertutup. Menurut dokter spesialis kulit, dr Dewi Inong, SpKK, pemakaian baju panjang yang menutup seluruh bagian tubuh, disertai penggunaan tabir surya setiap 2 jam sekali bisa mencegah radiasi sinar ultraviolet C.

Kesimpulan tersebut, kata Dewi di sela talk show Ummi Award, akhir pekan lalu, adalah hasil riset yang dilakukan para dokter kulit di Australia baru-baru ini. Di sana, insiden kanker kulit cukup banyak terjadi. Uniknya, mayorotas penderita kanker di negeri Kanguru ini adalah wanita.

Mangapa wanita? Menurut Dewi, karena struktur jaringan kulit wanita cenderung lebih tipis ketimbang pria. Kemudian kulit wanita memiliki jumlah pigmen lebih sedikit.

Ini sebuah temuan baru yang cukup mencengangkan dunia kedokteran, khususnya di bidang kesehatan kulit. Karenanya, informasi ini penting bagi masyarakat kita juga, jelasnya. Kebetulan, kata Dewi, anjuran berbasis riset terkini itu sangat relevan dengan kesadaran memakai busana muslim di negara-negara tropis yang jumlah penduduk muslimnya banyak seperti Indonesia.

Selama ini ultraviolet C tak banyak diperhitungkan dampaknya oleh penduduk dunia, karean jumlah radiasinya sedikit. Masyarakat hanya mengenal adanya dua jenis ultraviolet yang jumlah radiasinya lebih besar, yaitu A dan B.

Namun, karena pemakaian freon serta bahan aditif gas lainnya yang semakin merusak lapisan ozon menyebabkan kebocoran atmosfer bumi semakin parah. Akibatnya sinar ultraviolet C bisa masuk dan menerpa bumi.

Angka kejadian kasus penderita kanker kulit dari tahun ke tahun di Australia terus meningkat. Meski tidak menyebutkan angka pasti perubahannya, selama dua tahun terakhir departemen kesehatan Australia mencatat angka prevalensi kanker kulit menjadi 1.000 kasus per 10 ribu penduduk. Itu artinya, peluang untuk terkena kanker kulit di daerah tropis lainnya seperti Indonesia dengan pajanan sinar matahari sangat cukup menjadi sama besarnya dengan Australia.

Ternyata dunia medis bisa membuktikan salah satu manfaat dari anjuran Islam yang sudah ada dari dulu. Dunia medis baru membuktikannya sekarang, jelas Dewi lagi.

Pemakaian busana muslimah dengan jenis kain katun terbukti lebih baik melindungi tubuh dari pajanan sinar matahari. Karenanya, dosen FKUI ini menyarankan agar pakaian yang dikenakan kaum wanita kala terpajan sinar matahari sebaiknya berbahan katun. Terhadap organ yang masih terbuka seperti telapak tangan dan wajah, ia menyarankan pemakaian sun proteck untuk melindungi dari pajanan radiasi sinar matahari.

Selain itu, ia juga menyarankan agar para ibu tidak menjerang tubuh bayi di bawah sinar matahari di atas pukul 09.00 pagi atau kurang dari pukul 16.00 sore. Pasalnya, tubuh bayi sangat rentan terhadap sinar ultraviolet C. Itu artinya, jika ingin menjerang bayi untuk mendapatkan sinar ultraviolet yang aman sebaiknya dilakukan sebelum jam 09.00 pagi dan setelah pukul 16.00 sore.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar