Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 78-79)
Ada beberapa hal yang perlu dilihat dalam pengubahan Taurat oleh Yahudi. Di antaranya adalah bahwa kebanyakan Yahudi, di masa menjelang dan ketika Taurat diturunkan, adalah buta huruf. Mereka diperbudak oleh bangsa Mesir hingga tidak memiliki kesempatan untuk belajar baca-tulis. Mereka menjaga ajaran agama dengan tradisi lisan. Sayangnya, para pendeta Yahudi bukanlah orang-orang yang menjaga ajaran Tuhan yang haqiqi. Mereka lebih cenderung kepada ajaran pagan yang mereka tiru dari bangsa-bangsa non-Yahudi. Ketika Nabi Musa masih hidup saja, mereka sudah memperlihatkan kedurhakaannya, apalagi ketika Nabi Musa telah wafat. Sewaktu Nabi Musa meninggalkan mereka selama 40 hari 40 malam untuk beribadah di bukit Sinai, mereka malah membuat patung anak sapi dari emas.
Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai pada suatu kaum yang tetap meyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).” Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Al A’raaf: 138-139)
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (akan memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan (patung emas berbentuk) anak lembu (sebagai sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah: 51)
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?.” Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya”, kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (QS. Thahaa: 86-88)
Para pendeta yang lebih cenderung kepada agama pagan ini kemudian menyusupkan ajaran-ajaran berhala ke dalam Taurat setelah Nabi Musa wafat. Bani Israil yang tidak bisa baca-tulis percaya saja bahwa yang diajarkan para pendeta itu adalah berdasarkan Kitab Taurat yang asli. Padahal mereka belum pernah membaca Kitab Taurat yang asli. Sesungguhnya, apa yang mereka dengar dari para pendeta itu adalah Kitab Taurat yang telah dibumbui dengan dongeng dan mitos penyembah berhala. Lagi pula, bani Israil memang menyukai ajaran yang demikian. Ajaran para pendeta sangat sesuai dengan hawa nafsu mayoritas bani Israil.
KABBALAH
Arti kata Kaballah adalah “tradisi lisan”. Berbagai ensiklopedia dan kamus mendefinisikannya sebagai suatu cabang mistik agama Yahudi dan hanya dipahami sedikit orang. Menurut definisi ini, Kabbalah mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan naskah agama Yahudi. Tetapi, ketika kita mengkaji masalah ini lebih dekat, kita menemukan berbagai faktanya adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Fakta-fakta ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa Kabbalah adalah suatu sistem yang berakar kepada penyembahan dan pemujaan berhala; bahwa ia ada sebelum Taurat, dan menjadi tersebar luas bersama agama Yahudi setelah Taurat diturunkan.
Ahli sejarah Prancis, Gougenot des Mousseaux, menjelaskan bahwa Kabbalah memang jauh lebih tua daripada agama Yahudi. Ahli sejarah Yahudi Fabre d’Olivet menyebutkan bahwa Kabbalah berasal dari Mesir Kuno. Menurut penulis ini, Kabbalah mengakar hingga ke Mesir Kuno. Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.
Mesir Kuno dengan para fir’aunnya adalah salah satu peradaban tertua di dunia; juga yang paling penindas. Monumen-monumen megah yang masih tersisa dari Mesir Kuno — berbagai piramid, sphinx, dan obelisk — dibangun oleh ratusan ribu budak, yang bekerja hingga hampir mati, di bawah lecutan cambuk dan ancaman kelaparan. Para Fir’aun, penguasa absolut di Mesir, ingin direpresentasikan sebagai dewa dan disembah oleh manusia.
Di dalam Al-Qur`an, di dalam kisah Musa, kita memperoleh informasi penting tentang sistem di Mesir. Ayat-ayat tersebut mengungkapkan bahwa terdapat dua titik fokus kekuatan di Mesir: Fir’aun dan dewan pembesarnya. Dewan ini memiliki pengaruh penting terhadap Fir’aun. Fir’aun sering berkonsultasi dengan mereka dan senantiasa mengikuti anjuran mereka. Ayat yang dikutip di bawah menunjukkan pengaruh dewan ini terhadap Fir’aun:
Pemuka-pemuka kaum Fir’aun berkata: “Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu”. (Fir’aun berkata): “Maka apakah yang kamu anjurkan?” Pemuka-pemuka itu menjawab: “Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai”. (QS. Al-A’raaf: 109-112)
Patut diperhatikan bahwa perkataan tersebut diutarakan oleh suatu dewan yang menasihati Fir’aun, yang menghasutnya melawan Musa, dan merekomendasikan kepadanya metode-metode tertentu. Jika kita amati catatan sejarah Mesir, kita melihat bahwa dua komponen utama dewan ini adalah tentara dan pendeta.
Tentara merupakan kekuatan militer utama dari rezim Fir’aun. Tetapi, kita mesti mengamati lebih dekat lagi peranan para pendeta. Para pendeta Mesir Kuno merupakan golongan yang disebutkan di dalam Al Quran sebagai ahli-ahli sihir. Mereka merepresentasikan sekte yang mendukung rezim. Mereka dipercayai memiliki kekuatan khusus dan menguasai pengetahuan rahasia. Dengan otoritas ini mereka mempengaruhi rakyat Mesir, dan mengukuhkan posisi mereka di dalam pemerintahan Fir’aun. Golongan ini, yang diketahui dari catatan sejarah Mesir sebagai “Para Pendeta Amon”, memusatkan perhatian mereka untuk mempraktikkan ilmu sihir dan memimpin sekte pagan mereka; selain itu, mereka juga mempelajari beragam ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika, dan geometri.
Golongan pendeta ini adalah sebuah ordo tertutup yang memiliki (begitu yang mereka anggap) pengetahuan khusus. Ordo semacam ini biasanya dikenal sebagai organisasi esoterik. Di dalam majalah bernama Mason Dergisi (Jurnal Masonik), terbitan yang tersebar di antara pengikut, secara khusus disebutkan tentang pendeta-pendeta Mesir Kuno.
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). (QS. Al-Baqarah: 102)
Dari ayat di atas kita dapat melihat bahwa bani Israil terus melakukan sihir hingga ke zaman setelah Nabi Sulaiman wafat. Mereka terus mempraktikkan ajaran Kabbalah dan terus-menerus menambahkan ayat-ayat setan ke dalamnya.
Ajaran Kabbalah ini telah mempengaruhi ajaran Yahudi dan Taurat. Dan Taurat sebagai bagian dari Alkitab, tentunya juga telah menjerat pemeluknya ke dalam kesesatan. Maka tidak aneh jika Paus Benedict XVI justeru menghujat Nabi Muhammad saw, dan bukannya menghujat tentara Israel yang jelas-jelas penyembah Setan. Coba Anda lihat situs yang berisi simbol-simbol Masonic dengan mengklik ‘New World Order’ pada Blogroll. Ternyata, baik Masonic maupun Kristian, sesungguhnya mereka menyembah Dewa Matahari.
Lihat juga artikel di bawah ini:
Saint Peter Square: Kuil Dewa Matahari
Yahudi dan Iblis
(Dari buku ‘Ancaman Global Freemasonry’, karya Adnan Oktar yang lebih dikenal sebagai Harun Yahya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar