20 Januari, 2009

Kisah Perjalanan Nabi Muhammad SAW Ke Thaif

Selama Sembilan tahun sejak kerasulan, Nabi Muhammad SAW telah berusaha menyampaikan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan umatnya di Mekkah, namun sangat sedikit yang menerima ajakan beliau, kecuali orang-orang yang sejak awal telah masuk Islam. Selain mereka, ada orang-orang yang belum masuk Islam, tetapi siap membantu Rasulullah SAW. Dan kebanyakan orang kafir Mekkah selalu menyakiti dan mempermainkan beliau dan para sahabat beliau..

Abu Thalib termasuk orang yang belum memeluk Islam, namun sangat mencintai Nabi Muhammad SAW. Ia akan melakukan apa saja yang dapat menolong Nabi Muhammad SAW. Pada tahun kesepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kuffar semakin berkesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum muslimin.

Rasulullah pun pergi ke Thaif. Disana ada suatu kabilah kabilah bernama Tsaqif, yang sangat banyak anggotanya. Beliau berpendapat, jika mereka memeluk Islam, maka kaum muslimin akan terbebas dari siksaan-siksaan kaum kafir tersebut, dan akan menjadikan kota itu sebagai pusat penyebaran Islam. Setibanya di Thaif, Nabi Muhammad SAW langsung menemui tiga orang tokoh masyarakat dan berbicara dengan mereka, mengajak mereka ke agama Allah, dan mengajak mereka agar membantu Rasulullah SAW. Namun, mereka bukan saja menolak, bahkan sebagai bangsa Arab yang terkenal dengan adatnya yang sangat menghormati, itu pun tidak mereka lakukan. Bahkan mereka menjawab dengan terang-terangan dan menerima beliau dengan sikap yang sangat buruk. Mereka menunjukan perasaaan tidak suka dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW. Pada mulanya, beliau berharap agar kedatangan beliau kepada tokoh masyarakat itu akan disambut dengan baik dan sopan. Ternyata sebaliknya, diantara mereka ada yang berkata,"Wahai, kamukah orang yang dipilih oleh Allah sebagai Nabi-Nya?" Yang lain berkata,"Tidak adakah orang selain kamu yang lebih pantas dipilih Allah sebagai Nabi?" Yang ketiga,"Aku tidak mau berbicara denganmu, sebab jika kamu memang seorang Nabi seperti pengakuanmu, lalu aku menolakmu, tentu itu akan mendatangkan bencana. Dan jika kamu berbohong, aku tidak ingin berbicara dengan orang seperti itu. Setelah itu, dengan perasaan kecewa terhadap mereka, Nabi Muhammad SAW berharap dapat berbicara dengan orang-orang selain mereka. Inilah sifat Nabi Muhammad Saw yang selalu bersungguh-sungguh, teguh pendirian, dan tidak mudah putus asa. Ternyata, tidak seorang pun di antara mereka yang mau menerima beliau. Bahkan mereka membentak beliau dengan berkata,"Keluarlah kamu dari kampung ini! Pergilah kemana saja yang kamu sukai!"

Ketika Nabi Muhammad SAW sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap akan meninggalkan mereka, mereka menyuruh anak-anak kota tersebut mengikuti Nabi Muhammad SAW, lalu mengganggu, mencaci, serta melemparinya dengan batu sehingga sandal beliau berlumuran darah...
Dalam keadaan seperti inilah Nabi Muhammad Saw meninggalkan Thaif. Ketika pulang, beliau menjumpai tempat yang dianggap aman dari kejahatan mereka. Beliau berdoa kepada Allah SWT.

"Ya Allah, kepada-Mulah kuadukan lemahnya kekuatanku, kurangnya upayaku, dan kehinaanku dalam pandangan manusia. Wahai Yang Maha Rahim dari sekalian rahimin, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah engkau serahkan diriku. Kepada orang asing yang akan memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau berikan segala urusanku, tiada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Lindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung kepadaMu dengan Nur wajahMu yang menyinari segala kegelapan, dan dengannya menjadi baik dunia dan akhirat, dari turunnya murkaMu kepadaku atau turunnya ketidakridhaanMu kepadaku. Jauhkanlah murkaMu hingga Engkau Ridha. Tiada daya dan upaya melainkan denganMu."

Allah penguasa seluruh alam pun memperlihatkan keperkasaanNya. Demikian sedih do'a Nabi Muhammad Saw, sehingga Jibril a.s datang untuk memberi salam kepada beliau dan berkata, "Allah mendengar perbincanganmu dengan kaummu, dan Allah pun mendengar jawaban mereka, dan Dia mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan semua perintahmu kepadanya." Malaikat penjaga gunung itu pun datang dan memberi salam kepada Nabi Muhammad Saw seraya berkata," Apapun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau suka, akan kubenturkan kedua gunung di samping kota ini sehingga seiapa saja yang tinggal di antara keduanya akan hancur binasa. Jika tidak, apapun hukukan yang engkau inginkan, aku siap melaksanakannya."

Rasulullah Saw yang bersifat pengasih dan mulia ini menjawab," Aku hanya berharap kepada Allah, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak keturunan mereka akan menjadi orang-orang yang beribadah kepada Allah."

Dari Kitab Hikayah Shahabah, Syaikh Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi

Ya Allah curahkanlah selalu salawat dan salam kami pada junjungan kami, kekasih kami, dan teladan kami Rasullah Muhammad Saw karena sebanyak apapun tetasan tinta yang kami goreskan dan kami tuliskan tak akan mampu menyebutkan kemuliaan KekasihMu Muhammad Saw yang sesungguhnya, hanya Engkau yang mampu membalas dan memuji dengan sebenar-benarnya pujian.....

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (Q.S Al Ahzab: 56)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar