15 Oktober, 2009

TAUSIYAH: Kesaksian Orang Muslim Terhadap Seorang Jenazah

oleh: Alhabib Munzir Almusawa (Majelis Rasulullah SAW)

قَالَ رسول اللهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَيُّمَا مُسْلِمٍ شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ فَقُلْنَا وَثَلَاثَةٌ قَالَ وَثَلَاثَةٌ فَقُلْنَا وَاثْنَانِ قَالَ وَاثْنَانِ ثُمَّ لَمْ نَسْأَلْهُ عَنْ الْوَاحِدِ (صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw :
“Tiadalah empat orang muslim bersaksi bahwa seorang jenazah itu orang baik, maka Allah masukkan ia ke sorga”, maka kami berkata : Bagaimana jika cuma 3 orang yg bersaksi?, beliau saw bersabda : “walau tiga”, lalu kami berkata : jika cuma dua?, beliau bersabda : “walau dua”. Lalu kami tak bertanya jika hanya satu” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Limpahan Puji Kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Maha Menerangi jiwa hamba-Nya dengan ketenangan, Maha Menjadikan jiwa itu samudera, (bagai) air yang menenangkan sehingga ketika penduduk bumi para pemilik sanubari dan jiwa beriman dan bertakwa kepada Allah, (javascript:void(0)maka) Allah limpahkan keberkahan dari langit dan bumi. Menunjukkan perbuatan – perbuatan keturunan Adam mempengaruhi keadaan alam semesta. Perbuatan manusia di muka bumi mempengaruhi keadaan alam, semakin mereka bertakwa maka semakin keadaan bumi membaik dan semakin mereka kufur dan keluar dari jalan Allah maka semakin jauhlah dari kebahagiaan dan kemakmuran di bumi.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Telah kita dengar hadits kita Nabi Muhammad Saw, tiadalah seorang muslim yang wafat lalu disaksikan oleh 4 orang muslim lainnya bahwa ia orang baik maka Allah memasukkannya menjadi penduduk surga. Maka para sahabat terperangah dan kaget, apakah cukup dengan 4 orang saksi saja menyaksikan seseorang itu baik maka ia masuk surga? Para sahabat penasaran dan bertanya kembali, “kaifa bitsalaatsah..? bagaimana kalau cuma 3 orang wahai Rasul?” maka beliau saw pun bersabda “walaupun 3 orang”. Lalu sahabat bertanya lagi “bagaimana kalau cuma 2?” Rasul saw menjawab “ wa itsnain” walaupun cuma 2 yang bersaksi bahwa ia orang baik, Allah masukkan ia ke dalam surga” dan para sabahat berkata “kami tidak menanyakan bagaimana kalau cuma 1 yang menyaksikannya”.

Demikian riwayat Shahih Bukhari, maka riwayat ini teriwayatkan beberapa kali di dalam Shahih Bukhari dengan sighah (ucapan) yang sama. Ketika di masa khalifah Sayyidina Umar bin Khattab ra, saat itu lewatlah jenazah dan para sahabat berkata bahwa “orang ini orang yang baik” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab ra memang sepantasnya ia mendapatkan surga. Lalu lewat jenazah kedua, para sahabat berkata “ini orang yang tidak baik” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab yaitu “pantas baginya kehinaan neraka”. Para Sahabat bertanya, maka Sayyidina Umar meriwayatkan hadits ini lalu ada tambahannya : “antum syuhada’ullah fil ardh” kalian adalah saksi – saksi Allah di muka bumi. Menunjukkan dari bentuk kemuliaan hadits ini bagaimana eratnya hubungan muslimin – muslimat, satu sama lain menyaksikan kebaikan saudaranya maka itu menjadi dalil yang kuat baginya di hadapan Allah untuk diselamatkan dari kemurkaan Allah. Semakin banyak orang menyaksikan ia berbuat baik di muka bumi maka semakin kuat bahwa ia kelak akan masuk surganya Allah. Demikian hadirin – hadirat dan tentunya cermin terindah dari seindah – indah makhluknya Allah adalah Sayyidina Muhammad Saw.

12 Rabiul Awwal adalah hari yang bersejarah bagi seluruh muslimin dan hari yang sangat agung bagi sepanjang waktu dan zaman. Sejak zaman diciptakan hingga zaman ini berakhir. Hadirin dan tentunya senin, 12 Rabiul Awwal mempunyai moment yang banyak yaitu kelahiran Sang Nabi saw, hari hijrah masuknya Sang Nabi saw, bersatunya Muhajirin dan Anshar dan hari wafatnya Nabi Muhammad saw.

Senin petang adalah waktu yang mengingatkan kepada wafatnya Sang Nabi saw sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, ketika para sahabat ra yang melewati kemuliaan hari – hari mulia bersama Sang Nabi saw. Manusia yang paling ramah, manusia yang paling baik, manusia yang paling indah budi pekertinya yang tidak mau menyakiti perasaan orang lain, yang selalu menjaga perasaan teman dan musuhnya ialah Nabiyyuna Muhammad Saw yang wajahnya seindah – indah wajah, yang ketika tersenyum bagaikan “..” demikian riwayat Shahih Muslim. Ketika ditanya bagaimana wajahnya Sang Nabi saw, lalu dijawab “..” beliau itu bagaikan matahari dan bulan purnama yang dipadukan dari indahnya wajah Nabiyyuna Muhammad Saw. Hingga berkata Sayyidina Anas bin Malik ra, diriwayatkan didalam Shahih Bukhari “ma ra aina mandharan, a’jab min wajhinnabiy saw” belum pernah ada pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah Nabi Muhammad Saw. Wajah yang paling baik dan ramah, wajah yang dikatakan oleh orang – orang kuffar adalah wajah penyihir yang membuat orang – orang yang melihatnya akan cinta dan mengatakan ia adalah kebenaran. Namun disaksikan pula oleh para kuffar quraisy bahwa musuh – musuh Sang Nabi itu mereka sendiri bersaksi “innahu laysa biwajhin kaddzab” wajah beliau itu bukan wajah pendusta. Tapi mereka itu kufur kepada Sang Nabi saw.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Senin, 12 Rabiul Awwal juga memperingatkan tentang peristiwa wafatnya beliau saw yang terjadi pada hari senin, 12 Rabiul Awwal. Dan beliau saw ini dikebumikan di hari ke-3 setelah wafat beliau yaitu pada hari Kamis, riwayat lainnya pada hari Rabu. Karena menunggu para sahabat yang terus berdatangan maka Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari dan beberapa para muhaddits lainnya menukil riwayat yang tsigah bahwa Rasul saw memang mewasiatkan untuk ditunda pemakaman beliau setelah banyaknya para sahabat yang menyolatkan beliau. Maka disunnahkah apabila yang wafat para ulama atau para shalihin untuk tidak buru – buru menguburkannya karena demikianlah yang diperbuat atas imam seluruh Nabi dan Rasul ialah Sayyidina Muhammad Saw.

Berbeda dengan orang lainnya yang dirisaukan akan membuat jenazahnya rusak atau berubah. Maskudnya berubah menjadi kaku atau menjadi busuk atau lainnya maka sunnah untuk segera dikuburkan, tapi jika diketahui seorang shalihin dengan wajah yang cerah saat wafat atau terlihat keanehan pada jenazah misalnya wangi atau lainnya maka sunnah ditunda sampai beberapa waktu agar orang lain bisa menyalatkannya sebelum dimakamkan.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan hari senin itu dikatakan oleh Sayyidina Hasan bin Tsabit di dalam Sirah Ibn Hisyam “adakah hari yang menyedihkan sepanjang masa melebihi hari wafatnya Nabi Muhammad Saw”. Hari yang merenggut jiwa para sahabat, mereka yang selalu dihibur dan dibimbing oleh Sang Nabi. Dikatakan oleh Sayyidina Hasan bin Tsabit di dalam syairnya “laqad ghayyabu hilman wa ‘ilman wa rahamatan, asyiyyatan allauwhu tsaraa Laa yuwassadu.” mereka para sahabat muhajirin dan anshar kehilangan sang pembawa kasih sayang Illahi. “Hilman wa hilman warahmatan” orang yang sangat lembut, orang yang sangat sopan, orang yang menjadi samudera ilmu. Disatu sore itu ketika jasad beliau diturunkan ke dalam bumi, direbahkan tubuh seindah – indah tubuh, dibaringkan tanpa berbantalkan sesuatu kecuali tanah. Berkata Sayyidina Hasan bin Tsabit “para sahabat terlihat berdiri mematung setelah pemakaman Sang Nabi saw, mereka melihat pusara Sang Nabi saw dan satu – persatu meninggalkan pusara dan hujan rintik – rintik turun diatas kuburan Sang Nabi saw. Berkata Hasan bin Tsabit “aku berdiri dengan berdiri yang lama sekali, airmataku terus mengalir dengan derasnya diatas gerimis yang turun, diatas pusara Sang Nabi. Malam pertama kami berpisah dengan Sang Nabi”. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.

Ketika sampai kabar kepada Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq ra diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa Rasul saw telah wafat maka beliau datang dengan berpegangan kepada putranya untuk melihat jasad yang telah terbujur lantas ia pun memeluk dan mencium dada Sang Nabi dan menangis “wahai Sang Nabi demi ayahku, demi engkau dan demi ibuku, engkau ini tidak akan pernah lagi merasakan wafat setelah ini” dan beliau menangis di dada Sang Nabi. Hadirin – hadirat, berkata Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw ketika memandikan Sang Nabi seraya berkata “kau ini di masa hidupmu wangi dan di masa wafatmu pun wangi wahai Rasul”. Hadirin – hadirat, diriwayatkan didalam Sirah Ibn Hisyam ketika salah seorang sahabat melihat jasad yang telah diturunkan ke dalam liang lahat itu maka ia berkata “aku melemparkan cincinku ke dalam makam lalu aku berkata cincinku terjatuh, maka ia masuk ke makam untuk mengambil cincin tapi bukan untuk mengambil cincin tapi ingin mencium wajah Nabi Muhammad Saw untuk yang terakhir kalinya”. Hingga ia berkata “akulah yang terakhir mencium wajah Rasulullah saw”.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq telah melewati hari – harinya sampai pada hari wafatnya seraya berkata kepada putrinya Sayyidatuna Aisyah ummul mukminin “wahai Aisyah Nabi saw itu wafat hari apa? Maka berkata Aisyah “yaumul itsnain” hari senin. Lalu berkata Abu Bakar Ashshiddiq ra “fa ayyu yaum hadza?” ini hari apa? Maka berkata Aisyah “hari senin wahai Ayah” maka berkata Abu Bakar Ashshiddiq “arju baina hadza” berarti hari ini aku berharap wafat. Demikian riwayat Shahih Bukhari seraya berkata kepada putrinya Aisyah “wahai Aisyah, Rasulullah dikafani dengan berapa kain kafan?” maka Aisyah berkata “3 lembar wahai Ayah. Kita sudah punya 2 yang 1 lagi kotor, kita beli saja yang baru” maka berkata Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq “yang pakaian baru itu lebih berhak adalah orang yang hidup bukan mayyit, aku pilih itu saja dibersihkan”. Demikian sederhana wafatnya Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq yang juga pada hari senin.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Setelah kejadian wafatnya Sang Nabi saw, Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq yang berusaha menenangkan sahabat sehingga para sahabat tenang didalam genggaman bai’at beliau ra. Namun beliau ini orang yang sangat mencintai Sang Nabi dan beliaulah yang mundur memberikan kesempatan kepada Sang Nabi menjadi imam ketika Sang Nabi terlambat beliau mundur kepada posisi sebagai masbuk untuk Rasul saw maju menjadi imam dan tidak pernah terjadi kecuali perbuatan Abu Bakar Ashshiddiq ra.

Diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah bahwa ketika Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq wafat tercium bau hati yang terbakar dari mulutnya. Hati kalau terbakar,bau hangus sedikit tercium dari mulutnya. Ada 2 riwayat, 1 mengatakan itu adalah racun yang dimakannya bersama Rasul saw mendahului tangan Sang Nabi saw yaitu didahului oleh Abu Bakar Ashshiddiq, dicoba dulu beracun tidak? ternyata beracun. Rasul saw berkata “jangan makan ini, makanan ini sudah diberi racun” maka Abu Bakar Ashshiddiq mengeluarkannya sisa makanan dan tertelan sedikit dan itu yang membuatnya sakit dan sakit dan akhirnya wafat dalam keadaan hati yang terbakar hangus yang tercium dari mulutnya. Dan riwayat yang ke-2 mengatakan bahwa hati itu hangus karena rindunya kepada Sang Nabi saw.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika cinta telah memenuhi jiwa dan berpisah dengan kekasih yang paling berhak dicintai dari seluruh cinta, ialah Sayyidina Muhammad Saw. Maka teriwayatkan putri beliau saw didalam Shahih Bukhari, Sayyidatuna Fatimahtuzzahra dipanggil oleh Sang Nabi sebelum Sang Nabi wafat “wahai putriku tercinta aku ingin pamit dan meninggalkanmu” maka menangislah Sayyidatuna Fatimahtuzzahra karena Ayahnya pamit lantas ia pun tersenyum. Sayyidatuna Aisyah melihat Fatimah menangis lalu tersenyum, “kenapa wahai putri Rasulillah?” Sayyidatuna Fatimahtuzzahra tidak boleh bicara tapi nanti sampai tiba waktunya. Setelah Nabi saw wafat lalu ditanya kenapa? Saat itu Rasul membisikkan di telingaku bahwa “aku mau pamit, aku mau wafat wahai Fatimah meninggalkanmu dan wahai Fatimah kau ini orang pertama disisiku yang akan menemuiku setelah aku wafat”. Maka Sayyidatuna Fatimahtuzzahra tersenyum.

Hadirin – hadirat, mereka gembira menyusul Nabinya Muhammad Saw dan Sayyidatuna Fatimatuzzahra tidak lagi keluar dari rumahnya setelah wafatnya Sang Nabi saw. Sekali terjadi permasalahan dan perselisihan dengan Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq yang dijelaskan didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari bahwa Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq datang ke rumah Sayyidatuna Fatimatuzzahra dan memohon ridho (restu) dan ia tidak keluar dari rumah itu sebelum ia direstui atau diridhoi oleh putri Rasulullah, Sayyidatuna Fatimatuzzahra. Yang telah dijelaskan oleh Sang Nabi “Fatimah adalah belahan jiwaku, barangsiapa yang membuatnya marah maka akan membuatku marah”. Demikian keadaan mereka radiyallahu anha dan tidak lama kemudian Sayyidatuna Fatimahtuzzahra menyusul Sang Nabi saw.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Disusul oleh Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq dan khalifah dipegang oleh Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhum. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa ketika Sayyidina Umar ini saat di nafas – nafas terakhirnya ia berwasiat kepada putranya “pergilah kau kepada Sayyidatuna Aisyah. Mohon izin kalau boleh aku ingin dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi dan Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq” maka pergilah Abdullah bin Umar ke rumah ummul mukminin radiyallahu anha “ayahku sudah luka parah dan menyampaikan salam kepadamu wahai ummul mukminin. Kalau diijinkan ayah ingin dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi dan juga bersama ayahmu yaitu Abu Bakar Ashshiddiq” maka disaat itu berkata ummul mukminin “aku ijinkan..aku ijinkan”. Sayyidina Umar bin Khattab tersengal – sengal menanti kabar, datanglah kabar putranya Abdullah bin Umar seraya berkata “bagaimana? apa jawaban dari ummul mukminin?” maka berkata Abdullah bin Umar “sudah diijinkan” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab “demi Allah, tidak ada yang lebih kudambakan dari dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi”. Demikian diriwayatkan didalam Shahih Bukhari.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian satu – persatu sahabat menyusul Sang Nabi saw sampai ke masa Sayyidina Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah Al Munawwarah bersama para sahabat karena tidak tahan tinggal di Madinah dari rindunya kepada San Nabi. Maka berkata Sayyidina Bilal “suatu waktu aku bermimpi Nabi saw dan beliau berkata “bilal tidak mau kunjung ke Madinah?”” maka keesokkan harinya Bilal mengunjungi Madinah. 1 tahun ia tidak masuk Madinah maka para sahabat menyambut kedatangan beliau dan berkata “wahai Bilal adzanlah engkau sebagaimana disaat masa hidupnya Sang Nabi”. Hadirin – hadirat, Bilal ini adalah pemanggil bagi para sahabat. Jadi Rasul saw, Bilal itu adzan bukan untuk shalat saja. Kalau Rasul memanggil sahabat atau ingin mengumpulkan sahabat, Bila disuruh adzan. Jadi kalau sudah Bilal adzan berarti itu panggilan Rasulullah saw. Bisa jadi panggilan jihad, bisa jadi panggilan ayat atau lainnya. Kalau Rasulullah mau memanggil sahabat, Bilal adzan. Kalau sudah adzan Bilal semua para sahabat meninggalkan aktifitasnya demi mindatangi panggilan Sang Nabi saw maka Bilal berkata “aku tidak adzan setelah wafatnya Rasulullah”. Sampai berjumpa Sayyidina Hasan dan Husein bin Ali “wahai Bilal, adzan seperti waktu masih ada kakek kami” maka berkata Bilal menciumi Sayyidina Hasan dan Husein bin Ali “dulu kakek kalian menciumi kalian dan memeluk kalian dan sekarang aku tidak mau menolak dan kecewakan kalian”. Maka pergilah Bilal seraya mengumandangkan adzan dan saat para sahabat mendengar suara Bilal, mereka menjadi kaget karena suara ini tidak pernah terdengar terkecuali panggilan Rasulullah. Penduduk Madinah keluar ke jalan – jalan mendatangi Masjidinnabiy seraya berkata “apakah Nabi Muhammad hidup lagi? sampai kami dipanggil dengan seruan ini?”. Disaat itu Madinah hujan airmata dan tidak pernah teriwayatkan kesedihan menimpa penduduk Madinah kecuali saat adzannya Bilal. Tangis memenuhi Madinah Al Munawwarah dan setelah itu Bilal adzan. Allahu Akbar Allahu Akbar sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammadarrasulullah, Bilal jatuh pingsan dan tidak mampu meneruskan adzannya. Ketika ia siuman ditanya “kenapa kau ini wahai Bilal?” Bilal berkata “aku melihat pintu ini, pintu rumahnya Rasulullah”. Setiap waktu shalat aku mengetuk pintu ini dan berkata “sudah ditunggu shalat wahai Rasulullah”, “aku tidak kuat melihat pintu ini”. Bilal pulang kembali ke Baghdad meninggalkan Madinah Al Munawwarah. Ketika ia sudah tersengal – sengal mencapai sakaratul maut, istrinya berkata “betapa beratnya sakaratul mautmu wahai Bilal” maka Bilal berkata “bukan..bukan sakit sakaratul maut, ini aku tidak tahan ingin jumpa dengan Nabi Muhammad dan pasukan Muhammad”. Demikian kerinduan Sayyidina Bilal bin Rabah radiyallahu anhum, demikian kerinduan para sahabat radiyallahu anhum minal muhajirin wal anshar.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diantara para sahabat, ada yang menyimpan sehelai rambut sebagaimana riwayat Shahih Bukhari. Ditanya “ini rambut siapa?”, sahabat itu berkata “ini sehelai rambutnya Nabi saw” maka berkatalah para sahabat lainnya “bagiku sehelai rambut ini lebih baik dari dunia dan segala isinya”. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, para Imam – imam besar demikian.

Demikian sampai pada masa sekarang ini, sampai di malam ini adalah senin, 12 Rabiul Awwal, Sang Nabi saw tetap hidup didalam jiwa kita dan tadi acara telah selesai di Istiqlal insya Allah merupakan hadiah yang menyenangkan Nabi Muhammad Saw. Tidak ada yang bisa kita perbuat untuk menunjukkan cinta kita kepada beliau kecuali pembenahan ummat dengan kemuliaan, dengan sunnah beliau dan tentunya cita – cita kita segera terlaksana bahwa Jakarta ini menjadi “Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Kalau kita lewat di Demak tertulis “Demak kota Wali”, kita lewat di Bandung tertulis “Bandung kota kembang”. Insya Allah 1,2 tahun lagi masuk Jakarta sudah ada tulisan “Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Dari banyaknya para pecinta Rasulullah di bumi Jakarta”

Ya Allah Ya allah pastikan semua kami yang hadir di malam ini melihat papan besar “Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Ya Rahman Ya Rahim, Jakarta kota yang damai, Jakarta kota yang sejuk, Jakarta bukan kota yang kriminal tapi Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw. Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah..

Hadirin – hadirat, sungguh ini doa dan munajat kita. Dan Insya Allah, tidak tahu kita apakah bisa jumpa 12 Rabiul Awwal tahun depan atau tahun ini 12 Rabiul Awwal kita yang terakhir. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, semoga Allah mempercepat kemakmuran bangsa kita, kemakmuran muslimin – muslimat akan berawal dari Indonesia ini lalu menerus ke Barat dan Timur. Semoga Allah Swt mempercepat kemakmuran muslimin – muslimat, perepat kedamaian muslimin – muslimat.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..

Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Telah bersabda Nabi kita Muhammad Saw “kalian akan melihat setelah aku wafat hal – hal yang tidak kalian sukai maka bersabarlah kalian sampai kalian menjumpai aku di telaga haudh”.

Maka hadirin – hadirat, semoga aku dan kalian berjumpa dengan Sang Nabi saw di telaga haudh, semoga aku dan kalian memandang wajah Sang Nabi saw di telaga haudh, aku dan kalian akan dibangkitkan oleh Allah dan semua yang pernah hidup di muka bumi pastikan kami di telaga haudh Nabi kami Muhammad Saw.

“Inna a’thainaa kalkautsar” QS. Al Kautsar : 1 sungguh kami memberi kamu telaga al kautsar. Pastikan kami mendapat minum dari telaga al kautsar milik Nabi Muhammad Saw. “Inna a’thainaa kalkautsar” QS. Al Kautsar : 1 sungguh Allah memberikan kepadamu wahai Muhammad Saw telaga al kautsar. Ya Rahman Ya Rahim halalkan kami meminum dari telaga al kautsar. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Yadzaththauli wal in’am.

Kita bermunajat dengan syair yang ditulis oleh Al Imam Abdulllah bin Husein bin Thohir untuk memohonkan kemaslahatan muslimin, pertolongan muslimin, dan banyaknya pemimpin yang membawa keadilan, yang membawa kemuliaan, yang membawa kedamaian, yang membawa kemakmuran, Ya Rahman Ya Rahim tafadhol masykura..

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar