Oleh: Al Habib M. Lutfi bin Ali Yahya.
Sahabat di ciptakan Allah Taala, dan Allah menjadikan para sahabat sebagai manusia pilihan (Mukhtar kuluhum). Walaupun adakalanya diantara sahabat terjadi perselisihan, setelah Rasulullah Saw. tidak ada. Untuk menunjukan para sahabat itu pilihan Allah Taala, dan mereka mempunyai kedudukan yang istimewa disisi Allah; orang-orang yang pernah bermuwajahah, bertatap muka dengan Rasulullah Saw., diberi keistimewaan. Apa diantaranya? Untuk menjawabnya saya akan mengambil analogi dari peristiwa Isra mi’raj. Keterangan ini mungkin agak musykil, sukar, mungkin karena anda jarang mendengar.
Analogi keistimewaan sahabat dalam peristiwa Mi’raj
Nabiyullah Musa as., diantara Nabi-nabi yang mendapatkan nurnya Rasulullah Saw. Kemungkinan, sedikit banyak, Nabi Musa As. mendapat ‘Nur 'min amalil ubudiah', pancaran cahaya karena kesalehan, bukan 'nur' pertama kali nabi di ciptakan oleh Allah Swt. Dasarnya apa? Ketika Rasulullah menghadap Allah Swt., pada waktu Mi’raj.
Pada waktu Mi’raj, Rasulullah Saw bertemu kepada Allah, dan langsung diberi tugas sholat lima puluh waktu. Yang minta, mengusulkan dikurangi, karena alasan umatmu tidak kuat, lima kali-lima kali, siapa? Nabiyullah Musa. Permasalahannya disini, ketika Nabiyullah Musa bertemu dengan Rasulullah Saw., setelah menerima tugas lima puluh waktu, Rasulullah Saw. baru kembali dari bertemu dengan Allah.
Pada kesempatan itu Rasulullah Saw. membawa Nur atsar nadzor ila wajhil karim, cahaya bekas melihat Allah secara langsung. Begitu ketemu dengan Nabiyullah Musa As., yang terpantul dari cahaya, barokah nadzor ila wajhil karim yang pertama kali mendapat siapa? Nabiyullah Musa. Begitu Nabiyullah Musa As mengusulkan lagi; umatmu tidak kuat, balik lagi, menghadap kepada Allah Taala. Begitu ketemu, Rasulullah Saw. membawa tambah nurnya. Yang pertama mendapat berkah lagi dari pertemuan Rasulullah Saw. dengan Allah Taala siapa? Nabi Musa As. Itu hebatnya.
Walaupun Nabiyullah Musa As. di gunung Turisina ingin melihat Allah tidak bisa, karena ketika munajat saja melihat wibawanya Allah ‘kâna shaiqan’, pingsan. Tapi mendapat ganti karena melihat Rasulullah Saw. pada waktu Mi’raj. Mendapat nur min Rasulullah, atsaran kamilah, mendapat cahaya Rasulullah Saw. secara sempurna, itu hebatnya.
Setelah Nabi Saw. turun dari langit bertemu dengan para Sahabat, setelah Nabiyullah Musa, yang kedua yang mendapat barakah 'nur nadzor ila wajhil karim' siapa? Sahabat. Ini hebatnya. Keterangan ini mungkin baru anda dengar.
Dengan dasar ini, para sahabat mendapat dua nur, nur atsar minadzor ila wajhil karim, yang kedua mendapatkan cahaya Rasulullah Saw. Saban hari, mereka duduk, ruku, sujud dan sebagainya, bersama-sama dengan Rasulullah. Walaupun antara sahabat ada kontroversi, seperti Muawiyah contohnya.
Secara pandangan Ahlu Sunah wal Jamah, apapun ijtihad Muawiyah adalah salah, tapi Ahlu Sunah tetap dalam pendirian; tidak ada hak untuk mengakfirkan kepada Muawiyah. Atau mengecap sebagai kafir. Tetap memuliakan kedudukan Muawiyah sebagai sahabat. Wajar, karena sahabat adalah bukan maksum sebagaimana para nabi. Para sahabat hanya mendapatkan mahfudz minallah, penjagaan dari Allah Taala. Dan mahfudz dari Allah Taala itu bertingkat, tidak sekaligus semua mendapatkan mahfudz. Bertingkat, sebagaimana ubudiahnya para sahabat-sahabat itu sendiri.
Walaupun demikian, untuk menutupi kekurangan sahabat yang pada waktu itu terkadang melakukan kekhilapan. Keturunananya itu diangakat menjadi wali Quthbil Gaust, itu banyak. Diantaranya siapa? Umar bin Abdul Aziz masih ada darah dari Muawiyah. Cucunya sendiri menjabat Quthbil Gaust; Muawiyah bin Yazid bin Muawiyah. Beliau seorang Quthbil Gaust di jamannya. Luar biasa kan! Ini membuktikan kemuliaan Maqomah (kedudukan) sahabat. Makanya jangan sembarangan, dewe melu-melu nyacat sahabat, kita jangan sembarangan kita ikut-ikutan mencela sahabat.
Sahabat itu, tadi, disamping Mukhtar minallah, pilihan dan diangkat oleh Allah. Dalam pengangkatan sahabat juga disaksikan baginda Nabi. Yaitu dengan pengikraran keimanan mereka yang disaksikan oleh Nabi Saw. Kesaksian Rasulullah Saw. ini di kuatkan oleh Allah, dalam surat Fatah ayat 29: “Muhammad Rasulullah walladzina maahu assyida’u ala al Kuffar, ruhama’u bainahum, tarâhum rukkaan, sujjadan, yabtaghuna fadzla minallah waridhwana, simahum fi wujuhihim min atsari sujud”, Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. ‘Yatal’la’ nuruhum min atsari sujud’, mukanya semakin bercahaya karena sujudnya kepada Allah. Bukan karena jidat nempel terus pada tempat sujud. Allah taala memberikan atsar, atsari sujud yatala’la minnuri sujud, dari tawadhu-nya, dari tauhidnya, dari keyakinnanya, dari makrifatnya, dari sujudnya, bukan min atasril karpet, bukan bekas karpet.
Dari orang-orang yang demikian, sahabat dibagi beberapa macam, ada yang tingkatan aulia, ada yang hanya tingkatan ulama. Jadi setiap sahabat pada jaman sahabat pasti ulama, setiap ulama pasti sahabat. Tapi setelah sahabat, at Tabiin, tidak pasti ulama. Walaupun dalam tingkatnya masing-masing.
Rahmat Karunia ALLAH SWT dan Syafaat dan Salam dari Rasulullah saw dan Keluarganya beserta para shahabatnya serta keberkahan dan karomah dari para Kekasih ALLAH (para Nabi, para Waliyullah dan para Malaikat ALLAH) tercurah tuk kita semua sebagai ummat-Nya
15 Oktober, 2009
Kajian Islam & Fisika: 4 Faktor yang menyebabkan Pusaran Energi yang Sangat Besar di Ka’bah
4 Faktor yang menyebabkan Pusaran Energi yang Sangat Besar di Ka’bah, dan mengapa berdoa di Multazam sangat Mustajabah.
Ketika seseorang menunaikan ibadah haji, salah satunya adalah berdoa di Multazam. Multazam adalah tempat yang paling Mustajabah untuk brdoa kepada Allah , tempat Multazam sendiri adalah suatu tempat di dekat Ka’ba antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah, adakah rahasia yang bisa dijelaskan kenapa berdoa ditempat tesebut sangat Mustajabah …..?
Ada beberapa factor yang menyebakan mengapa Multazam menjadi tempat yang mustajabah factor pertama adalah nabi Ibrahim As., yang kedua factor hajar Aswat , ketiga Faktor orang yang tawaf , factor Ka’ba sebagai kiblat
Faktor pertama Nabi Ibrahim
Karena nabi Ibrahim orang yang membangun Ka’bah dan beliau juga manusia yang memiliki energi positif yang sangat besar , yang kemudian meresonansi terhadap[ karya karyannya, kemudian beliau juga berhati lembut, bahwa hati yang lembut akan memancarkan cahaya dan Aura positif, maka semakin lembut dan ikhlas seseorang maka semakin tinggi pula aura energi positif yang ditimbulkanya sehingga dapat mempengaruhi lingkungan dan karya karyanya karena beliau juga juga manusia pilihan .
Faktor ke dua Hajar Aswad
Batu hitam yang ditempatkan pada sebuah lubang disalah satu pojok bangunan Ka’bah dugaan saya batu tesebut adalah sisa batu meteor yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi dan sangat bagus, apakah pengaruha dari batu meteorit tersebut bagi kemustajaban Doa , mungkin kalau hanya batu meteor saja barangkali tidak banyak berguna untuk membantu kekuatan Do’a , tetapi karena batu tersebut menjadikarya seoran Ibrahim yang mempunya energi posoitif yang besar sehingga batu yang mempunyai konduktifitas sangat tinggi tersebut menjadi besar peranannya, jadi disini peranan Hajar Aswat sebagai pintu keluar masuknya energi karena ia memiliki daya hantar elektromagnetik yang sangat tinggi.
Faktor ketiga Orang bertawaf yang mengelilingi Ka’bah berlawanan arah jarum jam
Faktor penyebab besarnya gelombang Elektromagnet Ka’bah juga dipengaruhi aktifitas jutaan manusia yang bertawaf , apa hubungannya.
Setiap perbutan manusia selalu menghasilkan gelombang electromagnet baik berkata kata, berfikir apalagi sedang melakukan aktitas kenapa demikian karena tubuh kita terdiri dari bio electron yng selalu berputar pada orbitnya disetiap atom penyusun tubuh kita. Disisi lain ternyata jutaan orang yang bertawaf mengelilingi Ka’bah menghasilkan energi yang besar. Darimana asalnya ……?
Dalam ilmu Fisika kita mengenal suatu Kaida yang disebut kaida tangan kanan yaitu
Kaida tangan Kanan
“ jika ada sebatang konduktor ( logam ) dikelilingi oleh listrik yang bergerak belawanan dengan jaru jam maka dikonduktor tersebut akan muncul gelombang electromagnetis yang mengarah keatas “
Faktor ke empat akibat Ka’bah dijadikan sebagai Kiblat oleh orang sholat diseluruh dunia, karena orang Sholat diseluruh dunia memancarkan Energi positif apalagi semua berkiblat kepada Ka’bah, jadi dapat anda bayangkan energi positif yang terpusat di Ka’bah, dan juga menjadi pusat gerakan Sholat sepanjang waktu karena kita tahu sholat kita mengikuti pergerakan matahari , itua artinya setiap saat/waktu esuai gerakan matahari selalu ada orang yang sedang sholat jika sekarang kita Sholat Dhuhur demikian pula wilaya yang lebih barat akan memasuki waktu dhuhur dan seterusnya , atau dalam waktu yang bersamaan orang Indonesia sholat Dhuhur orang yang lebih timur melakukan Sholat Asyar demikian seterusnya.
Jadi dari situlah rahasia mengapa apabila kita berdoa di Multazam sangat Mustajabah ini dikarenakan energi dari doa kita menumpang gelombang electromagnet yang keluar dari ka’bah hal ini mirip pada yang terjadi pancaran radio . kekuata Doa kita menjadi berlipat lipat kali karena terbantu oleh power yang sedemikian besar dari Ka’bah . karenah pengaruh dari power yang begitu besar itulah maka berdoa di multazam sangat Mustajabah . karena itu jangan sembrono melakukan perbuatan – perbuatan di Mekkah, karena respon atas perbuatan kita itu demikian sepontan, hal ini banyak dibuktikan oleh orang orang yang menunaikan ibadah haji
Ketika seseorang menunaikan ibadah haji, salah satunya adalah berdoa di Multazam. Multazam adalah tempat yang paling Mustajabah untuk brdoa kepada Allah , tempat Multazam sendiri adalah suatu tempat di dekat Ka’ba antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah, adakah rahasia yang bisa dijelaskan kenapa berdoa ditempat tesebut sangat Mustajabah …..?
Ada beberapa factor yang menyebakan mengapa Multazam menjadi tempat yang mustajabah factor pertama adalah nabi Ibrahim As., yang kedua factor hajar Aswat , ketiga Faktor orang yang tawaf , factor Ka’ba sebagai kiblat
Faktor pertama Nabi Ibrahim
Karena nabi Ibrahim orang yang membangun Ka’bah dan beliau juga manusia yang memiliki energi positif yang sangat besar , yang kemudian meresonansi terhadap[ karya karyannya, kemudian beliau juga berhati lembut, bahwa hati yang lembut akan memancarkan cahaya dan Aura positif, maka semakin lembut dan ikhlas seseorang maka semakin tinggi pula aura energi positif yang ditimbulkanya sehingga dapat mempengaruhi lingkungan dan karya karyanya karena beliau juga juga manusia pilihan .
Faktor ke dua Hajar Aswad
Batu hitam yang ditempatkan pada sebuah lubang disalah satu pojok bangunan Ka’bah dugaan saya batu tesebut adalah sisa batu meteor yang memiliki kadar logam yang sangat tinggi dan sangat bagus, apakah pengaruha dari batu meteorit tersebut bagi kemustajaban Doa , mungkin kalau hanya batu meteor saja barangkali tidak banyak berguna untuk membantu kekuatan Do’a , tetapi karena batu tersebut menjadikarya seoran Ibrahim yang mempunya energi posoitif yang besar sehingga batu yang mempunyai konduktifitas sangat tinggi tersebut menjadi besar peranannya, jadi disini peranan Hajar Aswat sebagai pintu keluar masuknya energi karena ia memiliki daya hantar elektromagnetik yang sangat tinggi.
Faktor ketiga Orang bertawaf yang mengelilingi Ka’bah berlawanan arah jarum jam
Faktor penyebab besarnya gelombang Elektromagnet Ka’bah juga dipengaruhi aktifitas jutaan manusia yang bertawaf , apa hubungannya.
Setiap perbutan manusia selalu menghasilkan gelombang electromagnet baik berkata kata, berfikir apalagi sedang melakukan aktitas kenapa demikian karena tubuh kita terdiri dari bio electron yng selalu berputar pada orbitnya disetiap atom penyusun tubuh kita. Disisi lain ternyata jutaan orang yang bertawaf mengelilingi Ka’bah menghasilkan energi yang besar. Darimana asalnya ……?
Dalam ilmu Fisika kita mengenal suatu Kaida yang disebut kaida tangan kanan yaitu
Kaida tangan Kanan
“ jika ada sebatang konduktor ( logam ) dikelilingi oleh listrik yang bergerak belawanan dengan jaru jam maka dikonduktor tersebut akan muncul gelombang electromagnetis yang mengarah keatas “
Faktor ke empat akibat Ka’bah dijadikan sebagai Kiblat oleh orang sholat diseluruh dunia, karena orang Sholat diseluruh dunia memancarkan Energi positif apalagi semua berkiblat kepada Ka’bah, jadi dapat anda bayangkan energi positif yang terpusat di Ka’bah, dan juga menjadi pusat gerakan Sholat sepanjang waktu karena kita tahu sholat kita mengikuti pergerakan matahari , itua artinya setiap saat/waktu esuai gerakan matahari selalu ada orang yang sedang sholat jika sekarang kita Sholat Dhuhur demikian pula wilaya yang lebih barat akan memasuki waktu dhuhur dan seterusnya , atau dalam waktu yang bersamaan orang Indonesia sholat Dhuhur orang yang lebih timur melakukan Sholat Asyar demikian seterusnya.
Jadi dari situlah rahasia mengapa apabila kita berdoa di Multazam sangat Mustajabah ini dikarenakan energi dari doa kita menumpang gelombang electromagnet yang keluar dari ka’bah hal ini mirip pada yang terjadi pancaran radio . kekuata Doa kita menjadi berlipat lipat kali karena terbantu oleh power yang sedemikian besar dari Ka’bah . karenah pengaruh dari power yang begitu besar itulah maka berdoa di multazam sangat Mustajabah . karena itu jangan sembrono melakukan perbuatan – perbuatan di Mekkah, karena respon atas perbuatan kita itu demikian sepontan, hal ini banyak dibuktikan oleh orang orang yang menunaikan ibadah haji
Riset Science : Mengimani TUHAN Merupakan Tabiat Bawaan Anak Sejak Lahir
Penelitian ilmiah Dr. Justin Barrett menunjukkan bahwa mengimani Tuhan merupakan tabiat bawaan anak sejak lahir
Pernyataan bahwa keyakinan kepada Tuhan dalam kepribadian anak adalah hasil indoktrinasi semata dibantah oleh Dr. Justin Barrett, peneliti ahli di Centre for Anthropology and Mind, University of Oxford, Inggris. Hasil penelitian ilmiahnya bertahun-tahun menunjukkan bahwa mengimani Tuhan merupakan tabiat bawaan anak sejak lahir. Temuan ini sekaligus membantah pandangan kaum Ateis.
Laporan ini diliput Martin Beckford di media kondang Inggris, Telegraph, 24 November 2008 dengan judul “Children are born believers in God, academic claims” (Anak terlahir mengimani Tuhan, kata akademisi). Menurut Dr. Barrett, manusia berusia muda menganggap bahwa setiap sesuatu di dunia diciptakan dengan sebuah tujuan. Ini menjadikan mereka memiliki kecenderungan meyakini keberadaan Dzat Mahatinggi.
Anak-anak yang masih belia telah memiliki keimanan kepada Tuhan bahkan meskipun mereka belum diajarkan tentang hal itu oleh keluarga mereka atau oleh guru mereka di sekolah. Mereka yang dibesarkan sendirian di pulau tak berpenghuni sekalipun akan menjadi beriman kepada Tuhan, kata Dr. Barrett yang juga tercatat namanya di Institute for Cognitive and Evolutionary Anthropology, Oxford University, Inggris.
Bukti ilmiah berlimpah
Sebagaimana disiarkan BBC Radio 4 tanggal 24 November lalu, pendapat Dr. Barrett ini menyanggah pandangan sebagian kalangan ateis. Kalangan yang mengingkari Pencipta itu berpendapat bahwa keyakinan agama didapatkan anak melalui indoktrinasi dalam keluarga.
Hal ini telah dibantah ilmu pengetahuan modern. Menurut Dr. Barrett, bukti-bukti ilmiah selama kurang lebih 10 tahun terakhir lebih kuat menunjukkan bahwa lebih banyak faktor tampak mempengaruhi perkembangan alamiah pola pikir anak. Ini di luar dugaan semula.
Di antara faktor ini adalah kecenderungan melihat dunia alamiah sebagai sesuatu yang memang telah dirancang dan punya tujuan, dan bahwa suatu wujud cerdas ada di balik tujuan itu, kata Dr. Barrett.
Dr. Barrett memiliki bukti-bukti hasil temuan ilmiah di bidang psikologi yang melibatkan anak-anak. Menurutnya, kumpulan bukti ini menunjukkan anak-anak memperlihatkan keyakinan naluriah bahwa hampir segala sesuatu telah sengaja dirancang untuk suatu tujuan tertentu.
Di antara bukti ilmiah yang mendukung adalah percobaan pada bayi-bayi berusia 12 bulan. Perilaku keterkejutan teramati pada bayi-bayi itu saat diperlihatkan film di mana sebuah bola gelinding tampak tiba-tiba saja mencipta sebuah tatanan teratur rapi dari tumpukan acak.
Dalam kajian ilmiah lain, anak-anak usia 6 dan 7 tahun ditanya mengapa burung pertama ada di dunia ini. Mereka menjawab "untuk membuat musik yang indah" dan "karena hal itu menjadikan dunia tampak indah ".
Dr. Barrett memaparkan fakta tambahan mengenai penelitian tersebut. Ada bukti bahwa anak-anak yang usianya belum melebihi 4 tahun sekalipun telah paham bahwa meskipun sejumlah benda dibuat oleh manusia, namun dunia alamiah sungguhlah berbeda.
Ateis merasa terganggu
Bisa ditebak, kalangan intelektual ateis sangatlah terganggu dengan temuan ini. Di antaranya adalah Anthony Grayling, Profesor Filsafat di Birkbeck College, University of London, Inggris. Di koran Guardian, 28 November 2008, ia menuliskan sanggahannya terhadap pernyataan-pernyataan Dr. Barrett tersebut.
Namun sanggahan tersebut lebih banyak berisi kecaman terhadap organisasi pemberi dana penelitian Dr. Barrett, yakni Templeton Foundation. Sanggahan semacam ini tentu saja tidak ilmiah dan tidak bisa sama sekali digunakan untuk menyanggah hasil penelitian ilmiah.
Misalnya, adalah hal wajar dan biasa di dunia ilmiah bahwa perusahaan farmasi mendanai kajian ilmiah mengenai obat-obatan, lembaga pertahanan mengucurkan dana penelitian tentang teknologi persenjataan, dsb. Namun untuk mengatakan bahwa hasil penelitian ilmiah itu keliru karena didanai oleh lembaga-lembaga tertentu sangatlah tidak ilmiah. Menyanggah suatu hasil kajian ilmiah haruslah dengan kajian ilmiah pula.
Evolusi tidaklah alamiah
Dalam bukunya “Why Would Anyone Believe in God?” (Mengapa Orang Percaya Tuhan?) Dr. Justin Barrett memberikan jawaban sederhana atas pertanyaan yang menjadi judul bukunya tersebut: itu karena pola pikir kita sudah dirancang demikian. Penulis memaparkan hal ini disertai bukti berlimpah dari bidang ilmu kognitif (cognitive science), yakni ilmu yang mempelajari perihal pola pikir dan kecerdasan.
Di samping itu, pakar antropologi telah menemukan bahwa di sejumlah masyarakat tertentu anak-anak mengimani Tuhan bahkan ketika ajaran-ajaran mengenai agama tidak diberikan kepada mereka, kata Dr. Barrett.
Hasil kajian ini berarti bahwa anak-anak lebih cenderung percaya mengenai penciptaan daripada evolusi, terlepas apa yang dikatakan para guru atau orang tua mereka. "Pola pikir yang mengalami perkembangan secara wajar dan alamiah pada diri anak-anak menjadikan mereka lebih mudah meyakini penciptaan ilahiah dan perancangan cerdas. Sebaliknya, evolusi tidaklah alamiah bagi nalar manusia; relatif sulit untuk dipercaya", imbuh Dr. Barrett.
Teor evolusi menolak keberadaan Pencipta, penciptaan dan adanya perancangan sengaja di balik keberadaan alam semesta dan kehidupan ini. Dalam kacamata teori evolusi, dunia seisinya adalah mutlak bersifat materi semata. Keberadaannya bukan karena ada Tuhan yang menciptakan, namun muncul menjadi ada dengan sendirinya, tanpa tujuan dan tanpa makna keberadaan.
Pernyataan bahwa keyakinan kepada Tuhan dalam kepribadian anak adalah hasil indoktrinasi semata dibantah oleh Dr. Justin Barrett, peneliti ahli di Centre for Anthropology and Mind, University of Oxford, Inggris. Hasil penelitian ilmiahnya bertahun-tahun menunjukkan bahwa mengimani Tuhan merupakan tabiat bawaan anak sejak lahir. Temuan ini sekaligus membantah pandangan kaum Ateis.
Laporan ini diliput Martin Beckford di media kondang Inggris, Telegraph, 24 November 2008 dengan judul “Children are born believers in God, academic claims” (Anak terlahir mengimani Tuhan, kata akademisi). Menurut Dr. Barrett, manusia berusia muda menganggap bahwa setiap sesuatu di dunia diciptakan dengan sebuah tujuan. Ini menjadikan mereka memiliki kecenderungan meyakini keberadaan Dzat Mahatinggi.
Anak-anak yang masih belia telah memiliki keimanan kepada Tuhan bahkan meskipun mereka belum diajarkan tentang hal itu oleh keluarga mereka atau oleh guru mereka di sekolah. Mereka yang dibesarkan sendirian di pulau tak berpenghuni sekalipun akan menjadi beriman kepada Tuhan, kata Dr. Barrett yang juga tercatat namanya di Institute for Cognitive and Evolutionary Anthropology, Oxford University, Inggris.
Bukti ilmiah berlimpah
Sebagaimana disiarkan BBC Radio 4 tanggal 24 November lalu, pendapat Dr. Barrett ini menyanggah pandangan sebagian kalangan ateis. Kalangan yang mengingkari Pencipta itu berpendapat bahwa keyakinan agama didapatkan anak melalui indoktrinasi dalam keluarga.
Hal ini telah dibantah ilmu pengetahuan modern. Menurut Dr. Barrett, bukti-bukti ilmiah selama kurang lebih 10 tahun terakhir lebih kuat menunjukkan bahwa lebih banyak faktor tampak mempengaruhi perkembangan alamiah pola pikir anak. Ini di luar dugaan semula.
Di antara faktor ini adalah kecenderungan melihat dunia alamiah sebagai sesuatu yang memang telah dirancang dan punya tujuan, dan bahwa suatu wujud cerdas ada di balik tujuan itu, kata Dr. Barrett.
Dr. Barrett memiliki bukti-bukti hasil temuan ilmiah di bidang psikologi yang melibatkan anak-anak. Menurutnya, kumpulan bukti ini menunjukkan anak-anak memperlihatkan keyakinan naluriah bahwa hampir segala sesuatu telah sengaja dirancang untuk suatu tujuan tertentu.
Di antara bukti ilmiah yang mendukung adalah percobaan pada bayi-bayi berusia 12 bulan. Perilaku keterkejutan teramati pada bayi-bayi itu saat diperlihatkan film di mana sebuah bola gelinding tampak tiba-tiba saja mencipta sebuah tatanan teratur rapi dari tumpukan acak.
Dalam kajian ilmiah lain, anak-anak usia 6 dan 7 tahun ditanya mengapa burung pertama ada di dunia ini. Mereka menjawab "untuk membuat musik yang indah" dan "karena hal itu menjadikan dunia tampak indah ".
Dr. Barrett memaparkan fakta tambahan mengenai penelitian tersebut. Ada bukti bahwa anak-anak yang usianya belum melebihi 4 tahun sekalipun telah paham bahwa meskipun sejumlah benda dibuat oleh manusia, namun dunia alamiah sungguhlah berbeda.
Ateis merasa terganggu
Bisa ditebak, kalangan intelektual ateis sangatlah terganggu dengan temuan ini. Di antaranya adalah Anthony Grayling, Profesor Filsafat di Birkbeck College, University of London, Inggris. Di koran Guardian, 28 November 2008, ia menuliskan sanggahannya terhadap pernyataan-pernyataan Dr. Barrett tersebut.
Namun sanggahan tersebut lebih banyak berisi kecaman terhadap organisasi pemberi dana penelitian Dr. Barrett, yakni Templeton Foundation. Sanggahan semacam ini tentu saja tidak ilmiah dan tidak bisa sama sekali digunakan untuk menyanggah hasil penelitian ilmiah.
Misalnya, adalah hal wajar dan biasa di dunia ilmiah bahwa perusahaan farmasi mendanai kajian ilmiah mengenai obat-obatan, lembaga pertahanan mengucurkan dana penelitian tentang teknologi persenjataan, dsb. Namun untuk mengatakan bahwa hasil penelitian ilmiah itu keliru karena didanai oleh lembaga-lembaga tertentu sangatlah tidak ilmiah. Menyanggah suatu hasil kajian ilmiah haruslah dengan kajian ilmiah pula.
Evolusi tidaklah alamiah
Dalam bukunya “Why Would Anyone Believe in God?” (Mengapa Orang Percaya Tuhan?) Dr. Justin Barrett memberikan jawaban sederhana atas pertanyaan yang menjadi judul bukunya tersebut: itu karena pola pikir kita sudah dirancang demikian. Penulis memaparkan hal ini disertai bukti berlimpah dari bidang ilmu kognitif (cognitive science), yakni ilmu yang mempelajari perihal pola pikir dan kecerdasan.
Di samping itu, pakar antropologi telah menemukan bahwa di sejumlah masyarakat tertentu anak-anak mengimani Tuhan bahkan ketika ajaran-ajaran mengenai agama tidak diberikan kepada mereka, kata Dr. Barrett.
Hasil kajian ini berarti bahwa anak-anak lebih cenderung percaya mengenai penciptaan daripada evolusi, terlepas apa yang dikatakan para guru atau orang tua mereka. "Pola pikir yang mengalami perkembangan secara wajar dan alamiah pada diri anak-anak menjadikan mereka lebih mudah meyakini penciptaan ilahiah dan perancangan cerdas. Sebaliknya, evolusi tidaklah alamiah bagi nalar manusia; relatif sulit untuk dipercaya", imbuh Dr. Barrett.
Teor evolusi menolak keberadaan Pencipta, penciptaan dan adanya perancangan sengaja di balik keberadaan alam semesta dan kehidupan ini. Dalam kacamata teori evolusi, dunia seisinya adalah mutlak bersifat materi semata. Keberadaannya bukan karena ada Tuhan yang menciptakan, namun muncul menjadi ada dengan sendirinya, tanpa tujuan dan tanpa makna keberadaan.
TAUSIYAH: Kesaksian Orang Muslim Terhadap Seorang Jenazah
oleh: Alhabib Munzir Almusawa (Majelis Rasulullah SAW)
قَالَ رسول اللهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَيُّمَا مُسْلِمٍ شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ فَقُلْنَا وَثَلَاثَةٌ قَالَ وَثَلَاثَةٌ فَقُلْنَا وَاثْنَانِ قَالَ وَاثْنَانِ ثُمَّ لَمْ نَسْأَلْهُ عَنْ الْوَاحِدِ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
“Tiadalah empat orang muslim bersaksi bahwa seorang jenazah itu orang baik, maka Allah masukkan ia ke sorga”, maka kami berkata : Bagaimana jika cuma 3 orang yg bersaksi?, beliau saw bersabda : “walau tiga”, lalu kami berkata : jika cuma dua?, beliau bersabda : “walau dua”. Lalu kami tak bertanya jika hanya satu” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Maha Menerangi jiwa hamba-Nya dengan ketenangan, Maha Menjadikan jiwa itu samudera, (bagai) air yang menenangkan sehingga ketika penduduk bumi para pemilik sanubari dan jiwa beriman dan bertakwa kepada Allah, (javascript:void(0)maka) Allah limpahkan keberkahan dari langit dan bumi. Menunjukkan perbuatan – perbuatan keturunan Adam mempengaruhi keadaan alam semesta. Perbuatan manusia di muka bumi mempengaruhi keadaan alam, semakin mereka bertakwa maka semakin keadaan bumi membaik dan semakin mereka kufur dan keluar dari jalan Allah maka semakin jauhlah dari kebahagiaan dan kemakmuran di bumi.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Telah kita dengar hadits kita Nabi Muhammad Saw, tiadalah seorang muslim yang wafat lalu disaksikan oleh 4 orang muslim lainnya bahwa ia orang baik maka Allah memasukkannya menjadi penduduk surga. Maka para sahabat terperangah dan kaget, apakah cukup dengan 4 orang saksi saja menyaksikan seseorang itu baik maka ia masuk surga? Para sahabat penasaran dan bertanya kembali, “kaifa bitsalaatsah..? bagaimana kalau cuma 3 orang wahai Rasul?” maka beliau saw pun bersabda “walaupun 3 orang”. Lalu sahabat bertanya lagi “bagaimana kalau cuma 2?” Rasul saw menjawab “ wa itsnain” walaupun cuma 2 yang bersaksi bahwa ia orang baik, Allah masukkan ia ke dalam surga” dan para sabahat berkata “kami tidak menanyakan bagaimana kalau cuma 1 yang menyaksikannya”.
Demikian riwayat Shahih Bukhari, maka riwayat ini teriwayatkan beberapa kali di dalam Shahih Bukhari dengan sighah (ucapan) yang sama. Ketika di masa khalifah Sayyidina Umar bin Khattab ra, saat itu lewatlah jenazah dan para sahabat berkata bahwa “orang ini orang yang baik” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab ra memang sepantasnya ia mendapatkan surga. Lalu lewat jenazah kedua, para sahabat berkata “ini orang yang tidak baik” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab yaitu “pantas baginya kehinaan neraka”. Para Sahabat bertanya, maka Sayyidina Umar meriwayatkan hadits ini lalu ada tambahannya : “antum syuhada’ullah fil ardh” kalian adalah saksi – saksi Allah di muka bumi. Menunjukkan dari bentuk kemuliaan hadits ini bagaimana eratnya hubungan muslimin – muslimat, satu sama lain menyaksikan kebaikan saudaranya maka itu menjadi dalil yang kuat baginya di hadapan Allah untuk diselamatkan dari kemurkaan Allah. Semakin banyak orang menyaksikan ia berbuat baik di muka bumi maka semakin kuat bahwa ia kelak akan masuk surganya Allah. Demikian hadirin – hadirat dan tentunya cermin terindah dari seindah – indah makhluknya Allah adalah Sayyidina Muhammad Saw.
12 Rabiul Awwal adalah hari yang bersejarah bagi seluruh muslimin dan hari yang sangat agung bagi sepanjang waktu dan zaman. Sejak zaman diciptakan hingga zaman ini berakhir. Hadirin dan tentunya senin, 12 Rabiul Awwal mempunyai moment yang banyak yaitu kelahiran Sang Nabi saw, hari hijrah masuknya Sang Nabi saw, bersatunya Muhajirin dan Anshar dan hari wafatnya Nabi Muhammad saw.
Senin petang adalah waktu yang mengingatkan kepada wafatnya Sang Nabi saw sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, ketika para sahabat ra yang melewati kemuliaan hari – hari mulia bersama Sang Nabi saw. Manusia yang paling ramah, manusia yang paling baik, manusia yang paling indah budi pekertinya yang tidak mau menyakiti perasaan orang lain, yang selalu menjaga perasaan teman dan musuhnya ialah Nabiyyuna Muhammad Saw yang wajahnya seindah – indah wajah, yang ketika tersenyum bagaikan “..” demikian riwayat Shahih Muslim. Ketika ditanya bagaimana wajahnya Sang Nabi saw, lalu dijawab “..” beliau itu bagaikan matahari dan bulan purnama yang dipadukan dari indahnya wajah Nabiyyuna Muhammad Saw. Hingga berkata Sayyidina Anas bin Malik ra, diriwayatkan didalam Shahih Bukhari “ma ra aina mandharan, a’jab min wajhinnabiy saw” belum pernah ada pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah Nabi Muhammad Saw. Wajah yang paling baik dan ramah, wajah yang dikatakan oleh orang – orang kuffar adalah wajah penyihir yang membuat orang – orang yang melihatnya akan cinta dan mengatakan ia adalah kebenaran. Namun disaksikan pula oleh para kuffar quraisy bahwa musuh – musuh Sang Nabi itu mereka sendiri bersaksi “innahu laysa biwajhin kaddzab” wajah beliau itu bukan wajah pendusta. Tapi mereka itu kufur kepada Sang Nabi saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Senin, 12 Rabiul Awwal juga memperingatkan tentang peristiwa wafatnya beliau saw yang terjadi pada hari senin, 12 Rabiul Awwal. Dan beliau saw ini dikebumikan di hari ke-3 setelah wafat beliau yaitu pada hari Kamis, riwayat lainnya pada hari Rabu. Karena menunggu para sahabat yang terus berdatangan maka Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari dan beberapa para muhaddits lainnya menukil riwayat yang tsigah bahwa Rasul saw memang mewasiatkan untuk ditunda pemakaman beliau setelah banyaknya para sahabat yang menyolatkan beliau. Maka disunnahkah apabila yang wafat para ulama atau para shalihin untuk tidak buru – buru menguburkannya karena demikianlah yang diperbuat atas imam seluruh Nabi dan Rasul ialah Sayyidina Muhammad Saw.
Berbeda dengan orang lainnya yang dirisaukan akan membuat jenazahnya rusak atau berubah. Maskudnya berubah menjadi kaku atau menjadi busuk atau lainnya maka sunnah untuk segera dikuburkan, tapi jika diketahui seorang shalihin dengan wajah yang cerah saat wafat atau terlihat keanehan pada jenazah misalnya wangi atau lainnya maka sunnah ditunda sampai beberapa waktu agar orang lain bisa menyalatkannya sebelum dimakamkan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan hari senin itu dikatakan oleh Sayyidina Hasan bin Tsabit di dalam Sirah Ibn Hisyam “adakah hari yang menyedihkan sepanjang masa melebihi hari wafatnya Nabi Muhammad Saw”. Hari yang merenggut jiwa para sahabat, mereka yang selalu dihibur dan dibimbing oleh Sang Nabi. Dikatakan oleh Sayyidina Hasan bin Tsabit di dalam syairnya “laqad ghayyabu hilman wa ‘ilman wa rahamatan, asyiyyatan allauwhu tsaraa Laa yuwassadu.” mereka para sahabat muhajirin dan anshar kehilangan sang pembawa kasih sayang Illahi. “Hilman wa hilman warahmatan” orang yang sangat lembut, orang yang sangat sopan, orang yang menjadi samudera ilmu. Disatu sore itu ketika jasad beliau diturunkan ke dalam bumi, direbahkan tubuh seindah – indah tubuh, dibaringkan tanpa berbantalkan sesuatu kecuali tanah. Berkata Sayyidina Hasan bin Tsabit “para sahabat terlihat berdiri mematung setelah pemakaman Sang Nabi saw, mereka melihat pusara Sang Nabi saw dan satu – persatu meninggalkan pusara dan hujan rintik – rintik turun diatas kuburan Sang Nabi saw. Berkata Hasan bin Tsabit “aku berdiri dengan berdiri yang lama sekali, airmataku terus mengalir dengan derasnya diatas gerimis yang turun, diatas pusara Sang Nabi. Malam pertama kami berpisah dengan Sang Nabi”. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.
Ketika sampai kabar kepada Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq ra diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa Rasul saw telah wafat maka beliau datang dengan berpegangan kepada putranya untuk melihat jasad yang telah terbujur lantas ia pun memeluk dan mencium dada Sang Nabi dan menangis “wahai Sang Nabi demi ayahku, demi engkau dan demi ibuku, engkau ini tidak akan pernah lagi merasakan wafat setelah ini” dan beliau menangis di dada Sang Nabi. Hadirin – hadirat, berkata Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw ketika memandikan Sang Nabi seraya berkata “kau ini di masa hidupmu wangi dan di masa wafatmu pun wangi wahai Rasul”. Hadirin – hadirat, diriwayatkan didalam Sirah Ibn Hisyam ketika salah seorang sahabat melihat jasad yang telah diturunkan ke dalam liang lahat itu maka ia berkata “aku melemparkan cincinku ke dalam makam lalu aku berkata cincinku terjatuh, maka ia masuk ke makam untuk mengambil cincin tapi bukan untuk mengambil cincin tapi ingin mencium wajah Nabi Muhammad Saw untuk yang terakhir kalinya”. Hingga ia berkata “akulah yang terakhir mencium wajah Rasulullah saw”.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq telah melewati hari – harinya sampai pada hari wafatnya seraya berkata kepada putrinya Sayyidatuna Aisyah ummul mukminin “wahai Aisyah Nabi saw itu wafat hari apa? Maka berkata Aisyah “yaumul itsnain” hari senin. Lalu berkata Abu Bakar Ashshiddiq ra “fa ayyu yaum hadza?” ini hari apa? Maka berkata Aisyah “hari senin wahai Ayah” maka berkata Abu Bakar Ashshiddiq “arju baina hadza” berarti hari ini aku berharap wafat. Demikian riwayat Shahih Bukhari seraya berkata kepada putrinya Aisyah “wahai Aisyah, Rasulullah dikafani dengan berapa kain kafan?” maka Aisyah berkata “3 lembar wahai Ayah. Kita sudah punya 2 yang 1 lagi kotor, kita beli saja yang baru” maka berkata Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq “yang pakaian baru itu lebih berhak adalah orang yang hidup bukan mayyit, aku pilih itu saja dibersihkan”. Demikian sederhana wafatnya Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq yang juga pada hari senin.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Setelah kejadian wafatnya Sang Nabi saw, Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq yang berusaha menenangkan sahabat sehingga para sahabat tenang didalam genggaman bai’at beliau ra. Namun beliau ini orang yang sangat mencintai Sang Nabi dan beliaulah yang mundur memberikan kesempatan kepada Sang Nabi menjadi imam ketika Sang Nabi terlambat beliau mundur kepada posisi sebagai masbuk untuk Rasul saw maju menjadi imam dan tidak pernah terjadi kecuali perbuatan Abu Bakar Ashshiddiq ra.
Diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah bahwa ketika Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq wafat tercium bau hati yang terbakar dari mulutnya. Hati kalau terbakar,bau hangus sedikit tercium dari mulutnya. Ada 2 riwayat, 1 mengatakan itu adalah racun yang dimakannya bersama Rasul saw mendahului tangan Sang Nabi saw yaitu didahului oleh Abu Bakar Ashshiddiq, dicoba dulu beracun tidak? ternyata beracun. Rasul saw berkata “jangan makan ini, makanan ini sudah diberi racun” maka Abu Bakar Ashshiddiq mengeluarkannya sisa makanan dan tertelan sedikit dan itu yang membuatnya sakit dan sakit dan akhirnya wafat dalam keadaan hati yang terbakar hangus yang tercium dari mulutnya. Dan riwayat yang ke-2 mengatakan bahwa hati itu hangus karena rindunya kepada Sang Nabi saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika cinta telah memenuhi jiwa dan berpisah dengan kekasih yang paling berhak dicintai dari seluruh cinta, ialah Sayyidina Muhammad Saw. Maka teriwayatkan putri beliau saw didalam Shahih Bukhari, Sayyidatuna Fatimahtuzzahra dipanggil oleh Sang Nabi sebelum Sang Nabi wafat “wahai putriku tercinta aku ingin pamit dan meninggalkanmu” maka menangislah Sayyidatuna Fatimahtuzzahra karena Ayahnya pamit lantas ia pun tersenyum. Sayyidatuna Aisyah melihat Fatimah menangis lalu tersenyum, “kenapa wahai putri Rasulillah?” Sayyidatuna Fatimahtuzzahra tidak boleh bicara tapi nanti sampai tiba waktunya. Setelah Nabi saw wafat lalu ditanya kenapa? Saat itu Rasul membisikkan di telingaku bahwa “aku mau pamit, aku mau wafat wahai Fatimah meninggalkanmu dan wahai Fatimah kau ini orang pertama disisiku yang akan menemuiku setelah aku wafat”. Maka Sayyidatuna Fatimahtuzzahra tersenyum.
Hadirin – hadirat, mereka gembira menyusul Nabinya Muhammad Saw dan Sayyidatuna Fatimatuzzahra tidak lagi keluar dari rumahnya setelah wafatnya Sang Nabi saw. Sekali terjadi permasalahan dan perselisihan dengan Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq yang dijelaskan didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari bahwa Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq datang ke rumah Sayyidatuna Fatimatuzzahra dan memohon ridho (restu) dan ia tidak keluar dari rumah itu sebelum ia direstui atau diridhoi oleh putri Rasulullah, Sayyidatuna Fatimatuzzahra. Yang telah dijelaskan oleh Sang Nabi “Fatimah adalah belahan jiwaku, barangsiapa yang membuatnya marah maka akan membuatku marah”. Demikian keadaan mereka radiyallahu anha dan tidak lama kemudian Sayyidatuna Fatimahtuzzahra menyusul Sang Nabi saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Disusul oleh Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq dan khalifah dipegang oleh Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhum. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa ketika Sayyidina Umar ini saat di nafas – nafas terakhirnya ia berwasiat kepada putranya “pergilah kau kepada Sayyidatuna Aisyah. Mohon izin kalau boleh aku ingin dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi dan Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq” maka pergilah Abdullah bin Umar ke rumah ummul mukminin radiyallahu anha “ayahku sudah luka parah dan menyampaikan salam kepadamu wahai ummul mukminin. Kalau diijinkan ayah ingin dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi dan juga bersama ayahmu yaitu Abu Bakar Ashshiddiq” maka disaat itu berkata ummul mukminin “aku ijinkan..aku ijinkan”. Sayyidina Umar bin Khattab tersengal – sengal menanti kabar, datanglah kabar putranya Abdullah bin Umar seraya berkata “bagaimana? apa jawaban dari ummul mukminin?” maka berkata Abdullah bin Umar “sudah diijinkan” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab “demi Allah, tidak ada yang lebih kudambakan dari dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi”. Demikian diriwayatkan didalam Shahih Bukhari.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian satu – persatu sahabat menyusul Sang Nabi saw sampai ke masa Sayyidina Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah Al Munawwarah bersama para sahabat karena tidak tahan tinggal di Madinah dari rindunya kepada San Nabi. Maka berkata Sayyidina Bilal “suatu waktu aku bermimpi Nabi saw dan beliau berkata “bilal tidak mau kunjung ke Madinah?”” maka keesokkan harinya Bilal mengunjungi Madinah. 1 tahun ia tidak masuk Madinah maka para sahabat menyambut kedatangan beliau dan berkata “wahai Bilal adzanlah engkau sebagaimana disaat masa hidupnya Sang Nabi”. Hadirin – hadirat, Bilal ini adalah pemanggil bagi para sahabat. Jadi Rasul saw, Bilal itu adzan bukan untuk shalat saja. Kalau Rasul memanggil sahabat atau ingin mengumpulkan sahabat, Bila disuruh adzan. Jadi kalau sudah Bilal adzan berarti itu panggilan Rasulullah saw. Bisa jadi panggilan jihad, bisa jadi panggilan ayat atau lainnya. Kalau Rasulullah mau memanggil sahabat, Bilal adzan. Kalau sudah adzan Bilal semua para sahabat meninggalkan aktifitasnya demi mindatangi panggilan Sang Nabi saw maka Bilal berkata “aku tidak adzan setelah wafatnya Rasulullah”. Sampai berjumpa Sayyidina Hasan dan Husein bin Ali “wahai Bilal, adzan seperti waktu masih ada kakek kami” maka berkata Bilal menciumi Sayyidina Hasan dan Husein bin Ali “dulu kakek kalian menciumi kalian dan memeluk kalian dan sekarang aku tidak mau menolak dan kecewakan kalian”. Maka pergilah Bilal seraya mengumandangkan adzan dan saat para sahabat mendengar suara Bilal, mereka menjadi kaget karena suara ini tidak pernah terdengar terkecuali panggilan Rasulullah. Penduduk Madinah keluar ke jalan – jalan mendatangi Masjidinnabiy seraya berkata “apakah Nabi Muhammad hidup lagi? sampai kami dipanggil dengan seruan ini?”. Disaat itu Madinah hujan airmata dan tidak pernah teriwayatkan kesedihan menimpa penduduk Madinah kecuali saat adzannya Bilal. Tangis memenuhi Madinah Al Munawwarah dan setelah itu Bilal adzan. Allahu Akbar Allahu Akbar sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammadarrasulullah, Bilal jatuh pingsan dan tidak mampu meneruskan adzannya. Ketika ia siuman ditanya “kenapa kau ini wahai Bilal?” Bilal berkata “aku melihat pintu ini, pintu rumahnya Rasulullah”. Setiap waktu shalat aku mengetuk pintu ini dan berkata “sudah ditunggu shalat wahai Rasulullah”, “aku tidak kuat melihat pintu ini”. Bilal pulang kembali ke Baghdad meninggalkan Madinah Al Munawwarah. Ketika ia sudah tersengal – sengal mencapai sakaratul maut, istrinya berkata “betapa beratnya sakaratul mautmu wahai Bilal” maka Bilal berkata “bukan..bukan sakit sakaratul maut, ini aku tidak tahan ingin jumpa dengan Nabi Muhammad dan pasukan Muhammad”. Demikian kerinduan Sayyidina Bilal bin Rabah radiyallahu anhum, demikian kerinduan para sahabat radiyallahu anhum minal muhajirin wal anshar.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diantara para sahabat, ada yang menyimpan sehelai rambut sebagaimana riwayat Shahih Bukhari. Ditanya “ini rambut siapa?”, sahabat itu berkata “ini sehelai rambutnya Nabi saw” maka berkatalah para sahabat lainnya “bagiku sehelai rambut ini lebih baik dari dunia dan segala isinya”. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, para Imam – imam besar demikian.
Demikian sampai pada masa sekarang ini, sampai di malam ini adalah senin, 12 Rabiul Awwal, Sang Nabi saw tetap hidup didalam jiwa kita dan tadi acara telah selesai di Istiqlal insya Allah merupakan hadiah yang menyenangkan Nabi Muhammad Saw. Tidak ada yang bisa kita perbuat untuk menunjukkan cinta kita kepada beliau kecuali pembenahan ummat dengan kemuliaan, dengan sunnah beliau dan tentunya cita – cita kita segera terlaksana bahwa Jakarta ini menjadi “Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Kalau kita lewat di Demak tertulis “Demak kota Wali”, kita lewat di Bandung tertulis “Bandung kota kembang”. Insya Allah 1,2 tahun lagi masuk Jakarta sudah ada tulisan “Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Dari banyaknya para pecinta Rasulullah di bumi Jakarta”
Ya Allah Ya allah pastikan semua kami yang hadir di malam ini melihat papan besar “Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Ya Rahman Ya Rahim, Jakarta kota yang damai, Jakarta kota yang sejuk, Jakarta bukan kota yang kriminal tapi Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw. Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah..
Hadirin – hadirat, sungguh ini doa dan munajat kita. Dan Insya Allah, tidak tahu kita apakah bisa jumpa 12 Rabiul Awwal tahun depan atau tahun ini 12 Rabiul Awwal kita yang terakhir. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, semoga Allah mempercepat kemakmuran bangsa kita, kemakmuran muslimin – muslimat akan berawal dari Indonesia ini lalu menerus ke Barat dan Timur. Semoga Allah Swt mempercepat kemakmuran muslimin – muslimat, perepat kedamaian muslimin – muslimat.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Telah bersabda Nabi kita Muhammad Saw “kalian akan melihat setelah aku wafat hal – hal yang tidak kalian sukai maka bersabarlah kalian sampai kalian menjumpai aku di telaga haudh”.
Maka hadirin – hadirat, semoga aku dan kalian berjumpa dengan Sang Nabi saw di telaga haudh, semoga aku dan kalian memandang wajah Sang Nabi saw di telaga haudh, aku dan kalian akan dibangkitkan oleh Allah dan semua yang pernah hidup di muka bumi pastikan kami di telaga haudh Nabi kami Muhammad Saw.
“Inna a’thainaa kalkautsar” QS. Al Kautsar : 1 sungguh kami memberi kamu telaga al kautsar. Pastikan kami mendapat minum dari telaga al kautsar milik Nabi Muhammad Saw. “Inna a’thainaa kalkautsar” QS. Al Kautsar : 1 sungguh Allah memberikan kepadamu wahai Muhammad Saw telaga al kautsar. Ya Rahman Ya Rahim halalkan kami meminum dari telaga al kautsar. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Yadzaththauli wal in’am.
Kita bermunajat dengan syair yang ditulis oleh Al Imam Abdulllah bin Husein bin Thohir untuk memohonkan kemaslahatan muslimin, pertolongan muslimin, dan banyaknya pemimpin yang membawa keadilan, yang membawa kemuliaan, yang membawa kedamaian, yang membawa kemakmuran, Ya Rahman Ya Rahim tafadhol masykura..
Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
قَالَ رسول اللهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
أَيُّمَا مُسْلِمٍ شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ فَقُلْنَا وَثَلَاثَةٌ قَالَ وَثَلَاثَةٌ فَقُلْنَا وَاثْنَانِ قَالَ وَاثْنَانِ ثُمَّ لَمْ نَسْأَلْهُ عَنْ الْوَاحِدِ (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
“Tiadalah empat orang muslim bersaksi bahwa seorang jenazah itu orang baik, maka Allah masukkan ia ke sorga”, maka kami berkata : Bagaimana jika cuma 3 orang yg bersaksi?, beliau saw bersabda : “walau tiga”, lalu kami berkata : jika cuma dua?, beliau bersabda : “walau dua”. Lalu kami tak bertanya jika hanya satu” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Maha Menerangi jiwa hamba-Nya dengan ketenangan, Maha Menjadikan jiwa itu samudera, (bagai) air yang menenangkan sehingga ketika penduduk bumi para pemilik sanubari dan jiwa beriman dan bertakwa kepada Allah, (javascript:void(0)maka) Allah limpahkan keberkahan dari langit dan bumi. Menunjukkan perbuatan – perbuatan keturunan Adam mempengaruhi keadaan alam semesta. Perbuatan manusia di muka bumi mempengaruhi keadaan alam, semakin mereka bertakwa maka semakin keadaan bumi membaik dan semakin mereka kufur dan keluar dari jalan Allah maka semakin jauhlah dari kebahagiaan dan kemakmuran di bumi.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Telah kita dengar hadits kita Nabi Muhammad Saw, tiadalah seorang muslim yang wafat lalu disaksikan oleh 4 orang muslim lainnya bahwa ia orang baik maka Allah memasukkannya menjadi penduduk surga. Maka para sahabat terperangah dan kaget, apakah cukup dengan 4 orang saksi saja menyaksikan seseorang itu baik maka ia masuk surga? Para sahabat penasaran dan bertanya kembali, “kaifa bitsalaatsah..? bagaimana kalau cuma 3 orang wahai Rasul?” maka beliau saw pun bersabda “walaupun 3 orang”. Lalu sahabat bertanya lagi “bagaimana kalau cuma 2?” Rasul saw menjawab “ wa itsnain” walaupun cuma 2 yang bersaksi bahwa ia orang baik, Allah masukkan ia ke dalam surga” dan para sabahat berkata “kami tidak menanyakan bagaimana kalau cuma 1 yang menyaksikannya”.
Demikian riwayat Shahih Bukhari, maka riwayat ini teriwayatkan beberapa kali di dalam Shahih Bukhari dengan sighah (ucapan) yang sama. Ketika di masa khalifah Sayyidina Umar bin Khattab ra, saat itu lewatlah jenazah dan para sahabat berkata bahwa “orang ini orang yang baik” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab ra memang sepantasnya ia mendapatkan surga. Lalu lewat jenazah kedua, para sahabat berkata “ini orang yang tidak baik” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab yaitu “pantas baginya kehinaan neraka”. Para Sahabat bertanya, maka Sayyidina Umar meriwayatkan hadits ini lalu ada tambahannya : “antum syuhada’ullah fil ardh” kalian adalah saksi – saksi Allah di muka bumi. Menunjukkan dari bentuk kemuliaan hadits ini bagaimana eratnya hubungan muslimin – muslimat, satu sama lain menyaksikan kebaikan saudaranya maka itu menjadi dalil yang kuat baginya di hadapan Allah untuk diselamatkan dari kemurkaan Allah. Semakin banyak orang menyaksikan ia berbuat baik di muka bumi maka semakin kuat bahwa ia kelak akan masuk surganya Allah. Demikian hadirin – hadirat dan tentunya cermin terindah dari seindah – indah makhluknya Allah adalah Sayyidina Muhammad Saw.
12 Rabiul Awwal adalah hari yang bersejarah bagi seluruh muslimin dan hari yang sangat agung bagi sepanjang waktu dan zaman. Sejak zaman diciptakan hingga zaman ini berakhir. Hadirin dan tentunya senin, 12 Rabiul Awwal mempunyai moment yang banyak yaitu kelahiran Sang Nabi saw, hari hijrah masuknya Sang Nabi saw, bersatunya Muhajirin dan Anshar dan hari wafatnya Nabi Muhammad saw.
Senin petang adalah waktu yang mengingatkan kepada wafatnya Sang Nabi saw sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, ketika para sahabat ra yang melewati kemuliaan hari – hari mulia bersama Sang Nabi saw. Manusia yang paling ramah, manusia yang paling baik, manusia yang paling indah budi pekertinya yang tidak mau menyakiti perasaan orang lain, yang selalu menjaga perasaan teman dan musuhnya ialah Nabiyyuna Muhammad Saw yang wajahnya seindah – indah wajah, yang ketika tersenyum bagaikan “..” demikian riwayat Shahih Muslim. Ketika ditanya bagaimana wajahnya Sang Nabi saw, lalu dijawab “..” beliau itu bagaikan matahari dan bulan purnama yang dipadukan dari indahnya wajah Nabiyyuna Muhammad Saw. Hingga berkata Sayyidina Anas bin Malik ra, diriwayatkan didalam Shahih Bukhari “ma ra aina mandharan, a’jab min wajhinnabiy saw” belum pernah ada pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah Nabi Muhammad Saw. Wajah yang paling baik dan ramah, wajah yang dikatakan oleh orang – orang kuffar adalah wajah penyihir yang membuat orang – orang yang melihatnya akan cinta dan mengatakan ia adalah kebenaran. Namun disaksikan pula oleh para kuffar quraisy bahwa musuh – musuh Sang Nabi itu mereka sendiri bersaksi “innahu laysa biwajhin kaddzab” wajah beliau itu bukan wajah pendusta. Tapi mereka itu kufur kepada Sang Nabi saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Senin, 12 Rabiul Awwal juga memperingatkan tentang peristiwa wafatnya beliau saw yang terjadi pada hari senin, 12 Rabiul Awwal. Dan beliau saw ini dikebumikan di hari ke-3 setelah wafat beliau yaitu pada hari Kamis, riwayat lainnya pada hari Rabu. Karena menunggu para sahabat yang terus berdatangan maka Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari dan beberapa para muhaddits lainnya menukil riwayat yang tsigah bahwa Rasul saw memang mewasiatkan untuk ditunda pemakaman beliau setelah banyaknya para sahabat yang menyolatkan beliau. Maka disunnahkah apabila yang wafat para ulama atau para shalihin untuk tidak buru – buru menguburkannya karena demikianlah yang diperbuat atas imam seluruh Nabi dan Rasul ialah Sayyidina Muhammad Saw.
Berbeda dengan orang lainnya yang dirisaukan akan membuat jenazahnya rusak atau berubah. Maskudnya berubah menjadi kaku atau menjadi busuk atau lainnya maka sunnah untuk segera dikuburkan, tapi jika diketahui seorang shalihin dengan wajah yang cerah saat wafat atau terlihat keanehan pada jenazah misalnya wangi atau lainnya maka sunnah ditunda sampai beberapa waktu agar orang lain bisa menyalatkannya sebelum dimakamkan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan hari senin itu dikatakan oleh Sayyidina Hasan bin Tsabit di dalam Sirah Ibn Hisyam “adakah hari yang menyedihkan sepanjang masa melebihi hari wafatnya Nabi Muhammad Saw”. Hari yang merenggut jiwa para sahabat, mereka yang selalu dihibur dan dibimbing oleh Sang Nabi. Dikatakan oleh Sayyidina Hasan bin Tsabit di dalam syairnya “laqad ghayyabu hilman wa ‘ilman wa rahamatan, asyiyyatan allauwhu tsaraa Laa yuwassadu.” mereka para sahabat muhajirin dan anshar kehilangan sang pembawa kasih sayang Illahi. “Hilman wa hilman warahmatan” orang yang sangat lembut, orang yang sangat sopan, orang yang menjadi samudera ilmu. Disatu sore itu ketika jasad beliau diturunkan ke dalam bumi, direbahkan tubuh seindah – indah tubuh, dibaringkan tanpa berbantalkan sesuatu kecuali tanah. Berkata Sayyidina Hasan bin Tsabit “para sahabat terlihat berdiri mematung setelah pemakaman Sang Nabi saw, mereka melihat pusara Sang Nabi saw dan satu – persatu meninggalkan pusara dan hujan rintik – rintik turun diatas kuburan Sang Nabi saw. Berkata Hasan bin Tsabit “aku berdiri dengan berdiri yang lama sekali, airmataku terus mengalir dengan derasnya diatas gerimis yang turun, diatas pusara Sang Nabi. Malam pertama kami berpisah dengan Sang Nabi”. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.
Ketika sampai kabar kepada Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq ra diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa Rasul saw telah wafat maka beliau datang dengan berpegangan kepada putranya untuk melihat jasad yang telah terbujur lantas ia pun memeluk dan mencium dada Sang Nabi dan menangis “wahai Sang Nabi demi ayahku, demi engkau dan demi ibuku, engkau ini tidak akan pernah lagi merasakan wafat setelah ini” dan beliau menangis di dada Sang Nabi. Hadirin – hadirat, berkata Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw ketika memandikan Sang Nabi seraya berkata “kau ini di masa hidupmu wangi dan di masa wafatmu pun wangi wahai Rasul”. Hadirin – hadirat, diriwayatkan didalam Sirah Ibn Hisyam ketika salah seorang sahabat melihat jasad yang telah diturunkan ke dalam liang lahat itu maka ia berkata “aku melemparkan cincinku ke dalam makam lalu aku berkata cincinku terjatuh, maka ia masuk ke makam untuk mengambil cincin tapi bukan untuk mengambil cincin tapi ingin mencium wajah Nabi Muhammad Saw untuk yang terakhir kalinya”. Hingga ia berkata “akulah yang terakhir mencium wajah Rasulullah saw”.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq telah melewati hari – harinya sampai pada hari wafatnya seraya berkata kepada putrinya Sayyidatuna Aisyah ummul mukminin “wahai Aisyah Nabi saw itu wafat hari apa? Maka berkata Aisyah “yaumul itsnain” hari senin. Lalu berkata Abu Bakar Ashshiddiq ra “fa ayyu yaum hadza?” ini hari apa? Maka berkata Aisyah “hari senin wahai Ayah” maka berkata Abu Bakar Ashshiddiq “arju baina hadza” berarti hari ini aku berharap wafat. Demikian riwayat Shahih Bukhari seraya berkata kepada putrinya Aisyah “wahai Aisyah, Rasulullah dikafani dengan berapa kain kafan?” maka Aisyah berkata “3 lembar wahai Ayah. Kita sudah punya 2 yang 1 lagi kotor, kita beli saja yang baru” maka berkata Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq “yang pakaian baru itu lebih berhak adalah orang yang hidup bukan mayyit, aku pilih itu saja dibersihkan”. Demikian sederhana wafatnya Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq yang juga pada hari senin.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Setelah kejadian wafatnya Sang Nabi saw, Sayyidina Abu Bakar Asshiddiq yang berusaha menenangkan sahabat sehingga para sahabat tenang didalam genggaman bai’at beliau ra. Namun beliau ini orang yang sangat mencintai Sang Nabi dan beliaulah yang mundur memberikan kesempatan kepada Sang Nabi menjadi imam ketika Sang Nabi terlambat beliau mundur kepada posisi sebagai masbuk untuk Rasul saw maju menjadi imam dan tidak pernah terjadi kecuali perbuatan Abu Bakar Ashshiddiq ra.
Diriwayatkan didalam riwayat yang tsigah bahwa ketika Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq wafat tercium bau hati yang terbakar dari mulutnya. Hati kalau terbakar,bau hangus sedikit tercium dari mulutnya. Ada 2 riwayat, 1 mengatakan itu adalah racun yang dimakannya bersama Rasul saw mendahului tangan Sang Nabi saw yaitu didahului oleh Abu Bakar Ashshiddiq, dicoba dulu beracun tidak? ternyata beracun. Rasul saw berkata “jangan makan ini, makanan ini sudah diberi racun” maka Abu Bakar Ashshiddiq mengeluarkannya sisa makanan dan tertelan sedikit dan itu yang membuatnya sakit dan sakit dan akhirnya wafat dalam keadaan hati yang terbakar hangus yang tercium dari mulutnya. Dan riwayat yang ke-2 mengatakan bahwa hati itu hangus karena rindunya kepada Sang Nabi saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika cinta telah memenuhi jiwa dan berpisah dengan kekasih yang paling berhak dicintai dari seluruh cinta, ialah Sayyidina Muhammad Saw. Maka teriwayatkan putri beliau saw didalam Shahih Bukhari, Sayyidatuna Fatimahtuzzahra dipanggil oleh Sang Nabi sebelum Sang Nabi wafat “wahai putriku tercinta aku ingin pamit dan meninggalkanmu” maka menangislah Sayyidatuna Fatimahtuzzahra karena Ayahnya pamit lantas ia pun tersenyum. Sayyidatuna Aisyah melihat Fatimah menangis lalu tersenyum, “kenapa wahai putri Rasulillah?” Sayyidatuna Fatimahtuzzahra tidak boleh bicara tapi nanti sampai tiba waktunya. Setelah Nabi saw wafat lalu ditanya kenapa? Saat itu Rasul membisikkan di telingaku bahwa “aku mau pamit, aku mau wafat wahai Fatimah meninggalkanmu dan wahai Fatimah kau ini orang pertama disisiku yang akan menemuiku setelah aku wafat”. Maka Sayyidatuna Fatimahtuzzahra tersenyum.
Hadirin – hadirat, mereka gembira menyusul Nabinya Muhammad Saw dan Sayyidatuna Fatimatuzzahra tidak lagi keluar dari rumahnya setelah wafatnya Sang Nabi saw. Sekali terjadi permasalahan dan perselisihan dengan Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq yang dijelaskan didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari bahwa Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq datang ke rumah Sayyidatuna Fatimatuzzahra dan memohon ridho (restu) dan ia tidak keluar dari rumah itu sebelum ia direstui atau diridhoi oleh putri Rasulullah, Sayyidatuna Fatimatuzzahra. Yang telah dijelaskan oleh Sang Nabi “Fatimah adalah belahan jiwaku, barangsiapa yang membuatnya marah maka akan membuatku marah”. Demikian keadaan mereka radiyallahu anha dan tidak lama kemudian Sayyidatuna Fatimahtuzzahra menyusul Sang Nabi saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Disusul oleh Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq dan khalifah dipegang oleh Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhum. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa ketika Sayyidina Umar ini saat di nafas – nafas terakhirnya ia berwasiat kepada putranya “pergilah kau kepada Sayyidatuna Aisyah. Mohon izin kalau boleh aku ingin dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi dan Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq” maka pergilah Abdullah bin Umar ke rumah ummul mukminin radiyallahu anha “ayahku sudah luka parah dan menyampaikan salam kepadamu wahai ummul mukminin. Kalau diijinkan ayah ingin dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi dan juga bersama ayahmu yaitu Abu Bakar Ashshiddiq” maka disaat itu berkata ummul mukminin “aku ijinkan..aku ijinkan”. Sayyidina Umar bin Khattab tersengal – sengal menanti kabar, datanglah kabar putranya Abdullah bin Umar seraya berkata “bagaimana? apa jawaban dari ummul mukminin?” maka berkata Abdullah bin Umar “sudah diijinkan” maka berkatalah Sayyidina Umar bin Khattab “demi Allah, tidak ada yang lebih kudambakan dari dimakamkan di sebelah makam Sang Nabi”. Demikian diriwayatkan didalam Shahih Bukhari.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian satu – persatu sahabat menyusul Sang Nabi saw sampai ke masa Sayyidina Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah Al Munawwarah bersama para sahabat karena tidak tahan tinggal di Madinah dari rindunya kepada San Nabi. Maka berkata Sayyidina Bilal “suatu waktu aku bermimpi Nabi saw dan beliau berkata “bilal tidak mau kunjung ke Madinah?”” maka keesokkan harinya Bilal mengunjungi Madinah. 1 tahun ia tidak masuk Madinah maka para sahabat menyambut kedatangan beliau dan berkata “wahai Bilal adzanlah engkau sebagaimana disaat masa hidupnya Sang Nabi”. Hadirin – hadirat, Bilal ini adalah pemanggil bagi para sahabat. Jadi Rasul saw, Bilal itu adzan bukan untuk shalat saja. Kalau Rasul memanggil sahabat atau ingin mengumpulkan sahabat, Bila disuruh adzan. Jadi kalau sudah Bilal adzan berarti itu panggilan Rasulullah saw. Bisa jadi panggilan jihad, bisa jadi panggilan ayat atau lainnya. Kalau Rasulullah mau memanggil sahabat, Bilal adzan. Kalau sudah adzan Bilal semua para sahabat meninggalkan aktifitasnya demi mindatangi panggilan Sang Nabi saw maka Bilal berkata “aku tidak adzan setelah wafatnya Rasulullah”. Sampai berjumpa Sayyidina Hasan dan Husein bin Ali “wahai Bilal, adzan seperti waktu masih ada kakek kami” maka berkata Bilal menciumi Sayyidina Hasan dan Husein bin Ali “dulu kakek kalian menciumi kalian dan memeluk kalian dan sekarang aku tidak mau menolak dan kecewakan kalian”. Maka pergilah Bilal seraya mengumandangkan adzan dan saat para sahabat mendengar suara Bilal, mereka menjadi kaget karena suara ini tidak pernah terdengar terkecuali panggilan Rasulullah. Penduduk Madinah keluar ke jalan – jalan mendatangi Masjidinnabiy seraya berkata “apakah Nabi Muhammad hidup lagi? sampai kami dipanggil dengan seruan ini?”. Disaat itu Madinah hujan airmata dan tidak pernah teriwayatkan kesedihan menimpa penduduk Madinah kecuali saat adzannya Bilal. Tangis memenuhi Madinah Al Munawwarah dan setelah itu Bilal adzan. Allahu Akbar Allahu Akbar sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammadarrasulullah, Bilal jatuh pingsan dan tidak mampu meneruskan adzannya. Ketika ia siuman ditanya “kenapa kau ini wahai Bilal?” Bilal berkata “aku melihat pintu ini, pintu rumahnya Rasulullah”. Setiap waktu shalat aku mengetuk pintu ini dan berkata “sudah ditunggu shalat wahai Rasulullah”, “aku tidak kuat melihat pintu ini”. Bilal pulang kembali ke Baghdad meninggalkan Madinah Al Munawwarah. Ketika ia sudah tersengal – sengal mencapai sakaratul maut, istrinya berkata “betapa beratnya sakaratul mautmu wahai Bilal” maka Bilal berkata “bukan..bukan sakit sakaratul maut, ini aku tidak tahan ingin jumpa dengan Nabi Muhammad dan pasukan Muhammad”. Demikian kerinduan Sayyidina Bilal bin Rabah radiyallahu anhum, demikian kerinduan para sahabat radiyallahu anhum minal muhajirin wal anshar.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diantara para sahabat, ada yang menyimpan sehelai rambut sebagaimana riwayat Shahih Bukhari. Ditanya “ini rambut siapa?”, sahabat itu berkata “ini sehelai rambutnya Nabi saw” maka berkatalah para sahabat lainnya “bagiku sehelai rambut ini lebih baik dari dunia dan segala isinya”. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, para Imam – imam besar demikian.
Demikian sampai pada masa sekarang ini, sampai di malam ini adalah senin, 12 Rabiul Awwal, Sang Nabi saw tetap hidup didalam jiwa kita dan tadi acara telah selesai di Istiqlal insya Allah merupakan hadiah yang menyenangkan Nabi Muhammad Saw. Tidak ada yang bisa kita perbuat untuk menunjukkan cinta kita kepada beliau kecuali pembenahan ummat dengan kemuliaan, dengan sunnah beliau dan tentunya cita – cita kita segera terlaksana bahwa Jakarta ini menjadi “Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Kalau kita lewat di Demak tertulis “Demak kota Wali”, kita lewat di Bandung tertulis “Bandung kota kembang”. Insya Allah 1,2 tahun lagi masuk Jakarta sudah ada tulisan “Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Dari banyaknya para pecinta Rasulullah di bumi Jakarta”
Ya Allah Ya allah pastikan semua kami yang hadir di malam ini melihat papan besar “Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw”. Ya Rahman Ya Rahim, Jakarta kota yang damai, Jakarta kota yang sejuk, Jakarta bukan kota yang kriminal tapi Jakarta Kota Sayyidina Muhammad Saw. Ya Rahman Ya Rahim Ya Allah..
Hadirin – hadirat, sungguh ini doa dan munajat kita. Dan Insya Allah, tidak tahu kita apakah bisa jumpa 12 Rabiul Awwal tahun depan atau tahun ini 12 Rabiul Awwal kita yang terakhir. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, semoga Allah mempercepat kemakmuran bangsa kita, kemakmuran muslimin – muslimat akan berawal dari Indonesia ini lalu menerus ke Barat dan Timur. Semoga Allah Swt mempercepat kemakmuran muslimin – muslimat, perepat kedamaian muslimin – muslimat.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Telah bersabda Nabi kita Muhammad Saw “kalian akan melihat setelah aku wafat hal – hal yang tidak kalian sukai maka bersabarlah kalian sampai kalian menjumpai aku di telaga haudh”.
Maka hadirin – hadirat, semoga aku dan kalian berjumpa dengan Sang Nabi saw di telaga haudh, semoga aku dan kalian memandang wajah Sang Nabi saw di telaga haudh, aku dan kalian akan dibangkitkan oleh Allah dan semua yang pernah hidup di muka bumi pastikan kami di telaga haudh Nabi kami Muhammad Saw.
“Inna a’thainaa kalkautsar” QS. Al Kautsar : 1 sungguh kami memberi kamu telaga al kautsar. Pastikan kami mendapat minum dari telaga al kautsar milik Nabi Muhammad Saw. “Inna a’thainaa kalkautsar” QS. Al Kautsar : 1 sungguh Allah memberikan kepadamu wahai Muhammad Saw telaga al kautsar. Ya Rahman Ya Rahim halalkan kami meminum dari telaga al kautsar. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Yadzaththauli wal in’am.
Kita bermunajat dengan syair yang ditulis oleh Al Imam Abdulllah bin Husein bin Thohir untuk memohonkan kemaslahatan muslimin, pertolongan muslimin, dan banyaknya pemimpin yang membawa keadilan, yang membawa kemuliaan, yang membawa kedamaian, yang membawa kemakmuran, Ya Rahman Ya Rahim tafadhol masykura..
Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Cara Rasulullah SAW dalam Memuliakan Pembantu
Tugas ibu rumahtangga sangatlah banyak dan berat. Mulai dari mencuci dan menyeterika pakaian, mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, mengasuh anak, membereskan rumah, melayani suami, dan segudang tugas lainnya. Sedemikian merepotkan sehingga banyak keluarga mempekerjakan orang lain untuk mengambil alih sebagian besar tugas ibu rumahtangga itu. Orang yang diupah untuk tugas tersebut, di negeri ini lazim disebut pelayan (khadam) atau pembantu rumahtangga (PRT).
Keberadaan para pelayan itu sangat membantu banyak keluarga, terutama pada keluarga yang sang ibunya turut mencari nafkah ke luar rumah. Mereka sangat berjasa dalam memperlancar tugas seluruh anggota keluarga.
Namun sayangnya banyak keluarga yang tidak menyadari peran penting para pelayan itu. Bahkan, karena warisan feodalisme, para pelayan tersebut kadangkala diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya. Mereka diperlakukan seperti budak atau hamba sahaya yang tidak berharga. Padahal, kepada budak sekalipun, Islam memerintahkan para majikan berbuat baik kepada mereka dan memerdekakan mereka. Apalagi kepada para pelayan yang sesungguhnya mereka adalah manusia merdeka, tentu para majikan harus lebih menghormati mereka.
Dalam ajaran Islam, para pelayan itu pada hakekatnya adalah saudara para majikan dan menjadi binaan para majikan. Karena itu mereka harus diperlakukan sebagaimana saudara kita. Kita beri makan dengan makanan yang biasa kita makan, kita bimbing mereka sebagaimana kita membimbing saudara, bahkan kita harus sering memberi maaf dan meminta maaf kepada mereka, sebagaimana kita sering memberi dan meminta maaf kepada saudara kita.
Abdullah bin Umar menceritakan, pernah ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) seraya berkata,” Wahai Rasul, berapa kalikah aku harus minta maaf kepada pembantuku (hamba sahaya)?” Rasulullah menjawab,”Tujuh puluh kali setiap hari.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
Rasulullah adalah contoh manusia yang memperlakukan pelayannya dengan sangat baik, sebagaimana diceritakan oleh Anas radhiallahu ‘anhu yang menjadi pelayan beliau selama belasan tahun. Kata Anas, selama ia melayani Rasulullah, beliau tidak pernah memukul atau membentak, bahkan beliau tidak pernah menggugat sesuatu yang sedang dikerjakannya, “Kenapa kamu kerjakan begitu?” Beliau juga tidak pernah menggugat tugas yang belum sempat ditunaikannya.
Banyak hadits Nabi yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana berakhlak mulia kepada pelayan dan bawahan kita. Berikut ini adalah ikhtisarnya:
o Hendaknya majikan menganggap pelayan sebagai saudara sendiri. [Riwayat Bukhari]
o Hendaknya majikan memberi makanan kepada pelayan sebagaimana makanan yang ia makan, juga memberi pakaian sebaik pakaian yang ia kenakan. [Riwayat Bukhari]
o Setiap majikan hendaknya mengajak pelayannya makan bersama dengannya, atau minimal memberi sebagian makanan yang telah mereka buat itu. [Riwayat Ahmad]
o Seorang majikan wajib memberi gaji yang cukup kepada para pelayan dan bawahannya, sesegera mungkin dan sesuai dengan jerih parah yang dilakukannya. [Riwayat Muslim]
o Barangsiapa mendidik pembantunya, maka ia akan mendapat dua pahala [Riwayat Bukhari]
o Barangsiapa bersikap ramah kepada pembantunya (bawahannya), niscaya Allah akan memudahkan kematiannya (maksudnya akan dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut) dan memasukkannya ke dalam surga. [Riwayat Tirmidzi]
o Berlaku lembut kepada pelayan (bawahan) akan membawa kebahagiaan, sedangkan berlaku kasar terhadap bawahan akan membawa bencana. Bawahan yang diperlakukan lembut biasanya akan lebih menghargai majikannya daripada mereka yang diperlakukan kasar. [Riwayat Abu Dawud].
Demikian penting urusan pelayan/pembantu ini, sehingga Rasulullah Saw pernah berpesan pada akhir hayatnya, ”Perhatikanlah ibadah shalat dan pembantumu.” (Riwayat Muslim). Nah, bagaimana dengan kita semua? [Ali Athwa/Sahid]
Keberadaan para pelayan itu sangat membantu banyak keluarga, terutama pada keluarga yang sang ibunya turut mencari nafkah ke luar rumah. Mereka sangat berjasa dalam memperlancar tugas seluruh anggota keluarga.
Namun sayangnya banyak keluarga yang tidak menyadari peran penting para pelayan itu. Bahkan, karena warisan feodalisme, para pelayan tersebut kadangkala diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya. Mereka diperlakukan seperti budak atau hamba sahaya yang tidak berharga. Padahal, kepada budak sekalipun, Islam memerintahkan para majikan berbuat baik kepada mereka dan memerdekakan mereka. Apalagi kepada para pelayan yang sesungguhnya mereka adalah manusia merdeka, tentu para majikan harus lebih menghormati mereka.
Dalam ajaran Islam, para pelayan itu pada hakekatnya adalah saudara para majikan dan menjadi binaan para majikan. Karena itu mereka harus diperlakukan sebagaimana saudara kita. Kita beri makan dengan makanan yang biasa kita makan, kita bimbing mereka sebagaimana kita membimbing saudara, bahkan kita harus sering memberi maaf dan meminta maaf kepada mereka, sebagaimana kita sering memberi dan meminta maaf kepada saudara kita.
Abdullah bin Umar menceritakan, pernah ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) seraya berkata,” Wahai Rasul, berapa kalikah aku harus minta maaf kepada pembantuku (hamba sahaya)?” Rasulullah menjawab,”Tujuh puluh kali setiap hari.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
Rasulullah adalah contoh manusia yang memperlakukan pelayannya dengan sangat baik, sebagaimana diceritakan oleh Anas radhiallahu ‘anhu yang menjadi pelayan beliau selama belasan tahun. Kata Anas, selama ia melayani Rasulullah, beliau tidak pernah memukul atau membentak, bahkan beliau tidak pernah menggugat sesuatu yang sedang dikerjakannya, “Kenapa kamu kerjakan begitu?” Beliau juga tidak pernah menggugat tugas yang belum sempat ditunaikannya.
Banyak hadits Nabi yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana berakhlak mulia kepada pelayan dan bawahan kita. Berikut ini adalah ikhtisarnya:
o Hendaknya majikan menganggap pelayan sebagai saudara sendiri. [Riwayat Bukhari]
o Hendaknya majikan memberi makanan kepada pelayan sebagaimana makanan yang ia makan, juga memberi pakaian sebaik pakaian yang ia kenakan. [Riwayat Bukhari]
o Setiap majikan hendaknya mengajak pelayannya makan bersama dengannya, atau minimal memberi sebagian makanan yang telah mereka buat itu. [Riwayat Ahmad]
o Seorang majikan wajib memberi gaji yang cukup kepada para pelayan dan bawahannya, sesegera mungkin dan sesuai dengan jerih parah yang dilakukannya. [Riwayat Muslim]
o Barangsiapa mendidik pembantunya, maka ia akan mendapat dua pahala [Riwayat Bukhari]
o Barangsiapa bersikap ramah kepada pembantunya (bawahannya), niscaya Allah akan memudahkan kematiannya (maksudnya akan dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut) dan memasukkannya ke dalam surga. [Riwayat Tirmidzi]
o Berlaku lembut kepada pelayan (bawahan) akan membawa kebahagiaan, sedangkan berlaku kasar terhadap bawahan akan membawa bencana. Bawahan yang diperlakukan lembut biasanya akan lebih menghargai majikannya daripada mereka yang diperlakukan kasar. [Riwayat Abu Dawud].
Demikian penting urusan pelayan/pembantu ini, sehingga Rasulullah Saw pernah berpesan pada akhir hayatnya, ”Perhatikanlah ibadah shalat dan pembantumu.” (Riwayat Muslim). Nah, bagaimana dengan kita semua? [Ali Athwa/Sahid]
Dalil Nagli : Mencium Tangan Ulama dan Guru
Mencium tangan para ulama merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan agama. Karena perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada mereka. Dalam sebuah hadits dijelaskan:
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد
Dari Zari ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. (HR Abu Dawud)
Atas dasar hadits ini, para ulama mensunnahkan mencium tangan guru, ulama, orang shalih serta orang-orang yang kita hormati. Kata Imam Nawawi dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan bahwa mencium tangan orang shalih dan ulama yang utama itu disunnahkan. Sedangkan mencium tangan selain orang-orang itu hukumnya makruh. (Fatawi al-Imam an-Nawawi, Hal 79).
Dr. Ahmad as-Syarbashi dalam ktab Yas’alunakan fid Din wal Hayah memberikan kesimpulan akhir, bahwa apabila mengecup tangan itu dimaksudkan dengabn tujuan yang baik, maka (perbuatan itu) menjadi baik.
Inilah hukum asal dalam masalah ini. Namun jika perbuatan itu digunakan untuk kepentingan dan tujuan yang jelek, maka termasuk perbuatan yang terhina. Sebagimana perbuatan baik yang diselewengkan untuk kepentingan yang tidak dibenarkan. (Yas’alunakan fid Din wal Hayah, juz II, hal 642).
KH Muhyiddin Abdushomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد
Dari Zari ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. (HR Abu Dawud)
Atas dasar hadits ini, para ulama mensunnahkan mencium tangan guru, ulama, orang shalih serta orang-orang yang kita hormati. Kata Imam Nawawi dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan bahwa mencium tangan orang shalih dan ulama yang utama itu disunnahkan. Sedangkan mencium tangan selain orang-orang itu hukumnya makruh. (Fatawi al-Imam an-Nawawi, Hal 79).
Dr. Ahmad as-Syarbashi dalam ktab Yas’alunakan fid Din wal Hayah memberikan kesimpulan akhir, bahwa apabila mengecup tangan itu dimaksudkan dengabn tujuan yang baik, maka (perbuatan itu) menjadi baik.
Inilah hukum asal dalam masalah ini. Namun jika perbuatan itu digunakan untuk kepentingan dan tujuan yang jelek, maka termasuk perbuatan yang terhina. Sebagimana perbuatan baik yang diselewengkan untuk kepentingan yang tidak dibenarkan. (Yas’alunakan fid Din wal Hayah, juz II, hal 642).
KH Muhyiddin Abdushomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember
Kajian Kedokteran : Rasulullah SAW melarang Tertawa Berbahak-bahak
Tertawa dengan suara keras adalah hal yg dimurkai Allah swt, Rasul saw adalah yg paling banyak tertawa, namun tertawa beliau saw adalah tanpa suara, yaitu merupakan senyum lebar yg sangat cerah namun tidak bersuara, apalagi terbahak bahak,
sebagaimana riwayat Anas ra, bahwa seseorang berbicara membalik penafsiran, dan berucap dengan ucapan ucapan konyol, menyebabkan tertawa keras, maka ia akan
tersungkur di neraka jahannam selama 70 tahun,
dan berkata Imam Nawawi bahwa banyak tertawa adalah penyebab gelap dan kerasnya hati (Faidhulqadir Juz 4 hal.259).
Rasul saw membenci tertawa terbahak bahak, sebagaimana hadits Rasul saw bahwa barangsiapa yg terbahak2 dalam shalatnya maka ia mengulang wudhunya dan shalatnya, maka menurut madzhab Hanafi tertawa Terbahak bahak membatalkan wudhu. (Faidhulqadir Juz 4 hal.259)
Berkata pula Ali bin Husein ra , Barangsiapa yg tertawa terbahak bahak, maka runtuhlah sebagian dari ilmunya (Kitab Sunan Addarimiy no.583). dan masih banyak lagi riwayat mengenai hal ini,
Dalam Ilmu Kedokteran : Waspadai Cidera Pada Rahang karena Tertawa Terbahak-Bahak
Rahang adalah struktur tulang yang berada di sekitar mulut dan gigi, di mana tulang tersebut akan bergerak naik dan turun di saat melakukan gerakan mengunyah.
Bagian teratas dari rahang disebut rahang atas dan bagian terbawah disebut rahang bawah..hanya rahang bagian bawah saja yang dapat berpindah atau bergeser. Kedua bagian rahang tersebut saling dihubungkan dengan engsel di dalam tengkorak . Engsel ini terletak di depan telinga (Engsel Temporomandibular), dan merupakan sambungan otot yang kuat dari rahang tengkorak .
Keretakan atau bergesernya rahang merupakan cedera yang biasa terjadi. Bergesernya rahang dapat diartikan bahwa rahang bawah telah bergeser dari posisi awalnya ( posisi normal ) dan bisa terjadi hanya pada salah satu engsel saja atau dialami oleh kedua engsel tersebut (kiri dan kanan). Sedangkan patah atau retak pada rahang dapat diartikan bahwa terdapat keretakan atau patah pada tulang rahang .
Keretakan atau bergesernya rahang biasanya terjadi bila ada cedera pada wajah, seperti akibat benturan keras pada wajah akibat kecelakaan motor, cedera pada saat berolahraga, jatuh dari tempat yang tinggi, bahkan hal - hal yang tanpa sadar sering kita lakukan seperti tertawa terbahak-bahak atau menguap yang terlalu lebar...
Gejala - gejala bila mengalami keretakan atau bergesernya rahang antara lain :
1.Terasa nyeri pada rahang disaat mengunyah atau mengigit
2.Rahang terasa kaku
3.Kesulitan membuka mulut dengan lebar
4.Bengkak atau terjadi perubahan yang tidak normal pada pipi atau rahang
5.Mati rasa terutama dibagian bawah bibir
6.Wajah membengkak
7.Wajah menjadi memar
8.Kerusakan atau gangguan pada gigi
Bila mengalami gejala seperti tersebut di atas sebelum ditangani oleh dokter ahli maka pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh diri sendiri adalah dengan menyanggah bagian rahang dengan kedua tangan ( seperti menopang ) dan segeralah periksa ke dokter, karena bila terlambat akan berakibat fatal seperti tiba - tiba mulut tidak bisa dikatupkan lagi..atau dibuka kembali, nah kalau sudah begini mau tidak mau harus segera dilakukan operasi.
Keretakan atau bergesernya rahang biasanya dapat disembuhkan atau dipulihkan kembali dengan pengobatan medis, walaupun kemungkinan cedera lagi dapat terjadi atau terulang kembali setelah masa pemulihan. Biasanya cedera terjadi kembali dikarenakan ada beberapa komplikasi seperti :
1.Jalannya udara tersumbat / tidak lancar
2.Pendarahan
3.Pernafasan terganggu karena ada darah atau makanan yang masuk kedalam paru - paru
4.Infeksi pada rahang atau wajah
5.Rahang bergeser kembali ( kambuh )
6.Nyeri pada Ensel rahang
7.Kesulitan dalam berbicara ( sementara )
8.Kesulitan dalam mengunyah makanan ( sementara )
9.Masalah pada gigi
sebagaimana riwayat Anas ra, bahwa seseorang berbicara membalik penafsiran, dan berucap dengan ucapan ucapan konyol, menyebabkan tertawa keras, maka ia akan
tersungkur di neraka jahannam selama 70 tahun,
dan berkata Imam Nawawi bahwa banyak tertawa adalah penyebab gelap dan kerasnya hati (Faidhulqadir Juz 4 hal.259).
Rasul saw membenci tertawa terbahak bahak, sebagaimana hadits Rasul saw bahwa barangsiapa yg terbahak2 dalam shalatnya maka ia mengulang wudhunya dan shalatnya, maka menurut madzhab Hanafi tertawa Terbahak bahak membatalkan wudhu. (Faidhulqadir Juz 4 hal.259)
Berkata pula Ali bin Husein ra , Barangsiapa yg tertawa terbahak bahak, maka runtuhlah sebagian dari ilmunya (Kitab Sunan Addarimiy no.583). dan masih banyak lagi riwayat mengenai hal ini,
Dalam Ilmu Kedokteran : Waspadai Cidera Pada Rahang karena Tertawa Terbahak-Bahak
Rahang adalah struktur tulang yang berada di sekitar mulut dan gigi, di mana tulang tersebut akan bergerak naik dan turun di saat melakukan gerakan mengunyah.
Bagian teratas dari rahang disebut rahang atas dan bagian terbawah disebut rahang bawah..hanya rahang bagian bawah saja yang dapat berpindah atau bergeser. Kedua bagian rahang tersebut saling dihubungkan dengan engsel di dalam tengkorak . Engsel ini terletak di depan telinga (Engsel Temporomandibular), dan merupakan sambungan otot yang kuat dari rahang tengkorak .
Keretakan atau bergesernya rahang merupakan cedera yang biasa terjadi. Bergesernya rahang dapat diartikan bahwa rahang bawah telah bergeser dari posisi awalnya ( posisi normal ) dan bisa terjadi hanya pada salah satu engsel saja atau dialami oleh kedua engsel tersebut (kiri dan kanan). Sedangkan patah atau retak pada rahang dapat diartikan bahwa terdapat keretakan atau patah pada tulang rahang .
Keretakan atau bergesernya rahang biasanya terjadi bila ada cedera pada wajah, seperti akibat benturan keras pada wajah akibat kecelakaan motor, cedera pada saat berolahraga, jatuh dari tempat yang tinggi, bahkan hal - hal yang tanpa sadar sering kita lakukan seperti tertawa terbahak-bahak atau menguap yang terlalu lebar...
Gejala - gejala bila mengalami keretakan atau bergesernya rahang antara lain :
1.Terasa nyeri pada rahang disaat mengunyah atau mengigit
2.Rahang terasa kaku
3.Kesulitan membuka mulut dengan lebar
4.Bengkak atau terjadi perubahan yang tidak normal pada pipi atau rahang
5.Mati rasa terutama dibagian bawah bibir
6.Wajah membengkak
7.Wajah menjadi memar
8.Kerusakan atau gangguan pada gigi
Bila mengalami gejala seperti tersebut di atas sebelum ditangani oleh dokter ahli maka pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh diri sendiri adalah dengan menyanggah bagian rahang dengan kedua tangan ( seperti menopang ) dan segeralah periksa ke dokter, karena bila terlambat akan berakibat fatal seperti tiba - tiba mulut tidak bisa dikatupkan lagi..atau dibuka kembali, nah kalau sudah begini mau tidak mau harus segera dilakukan operasi.
Keretakan atau bergesernya rahang biasanya dapat disembuhkan atau dipulihkan kembali dengan pengobatan medis, walaupun kemungkinan cedera lagi dapat terjadi atau terulang kembali setelah masa pemulihan. Biasanya cedera terjadi kembali dikarenakan ada beberapa komplikasi seperti :
1.Jalannya udara tersumbat / tidak lancar
2.Pendarahan
3.Pernafasan terganggu karena ada darah atau makanan yang masuk kedalam paru - paru
4.Infeksi pada rahang atau wajah
5.Rahang bergeser kembali ( kambuh )
6.Nyeri pada Ensel rahang
7.Kesulitan dalam berbicara ( sementara )
8.Kesulitan dalam mengunyah makanan ( sementara )
9.Masalah pada gigi
Riset Sejarah : Islam Masuk Ke Indonesia Ketika Rasulullah SAW Masih Hidup
Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni’. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah.....
----------
Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, di abad ke 14 Masehi. Teori masuknya Islam ke Nusantara dari Gujarat ini disebut juga sebagai Teori Gujarat. Demikian menurut buku-buku sejarah yang sampai sekarang masih menjadi buku pegangan bagi para pelajar kita, dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas, bahkan di beberapa perguruan tinggi.
Namun, tahukah Anda bahwa Teori Gujarat ini berasal dari seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam? Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yang demi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangat giat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya.
Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu.
Mengutip buku Gerilya Salib di Serambi Makkah (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2006) yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarah soal masuknya Islam di Nusantara, Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University, telah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara.
Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.
Dalam catatan kakinya Bellwood menulis, “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering dijarah…” Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina.
Masih menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memiliki wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi (Wolters 1967; Hall 1967, 1985). Tapi bisa saja terjadi, “kerajaan-kerajaan kecil” yang tersebar di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yang terakhir ini tidak dijumpai catatannya.
Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru “diketahui” memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya. Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Temuan G. R Tibbets
Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara—terutama Sumatera dan Jawa—dengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G. R. Tibbetts. Bahkan Tibbetts-lah orang yang dengan tekun meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu.
“Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cina sejak abad kelima Masehi, ” tulis Tibbets. Jadi peta perdagangan saat itu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-China.
Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M—hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab—di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.
Di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahi perempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak–pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).
Temuan ini diperkuat Prof. Dr. HAMKA yang menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, HAMKA menulis bahwa penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Tanah Air. HAMKA juga menambahkan bahwa temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika.
Pembalseman Firaun Ramses II Pakai Kapur Barus Dari Nusantara
Dari berbagai literatur, diyakini bahwa kampung Islam di daerah pesisir Barat Pulau Sumatera itu bernama Barus atau yang juga disebut Fansur. Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Di zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun ketika Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Aceh.
Amat mungkin Barus merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya.
Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari kapur barus.
Bahkan dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi!
Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi. Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu.
Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis yang bekerjasama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.
Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah makmur.
Di Barus dan sekitarnya, banyak pedagang Islam yang terdiri dari orang Arab, Aceh, dan sebagainya hidup dengan berkecukupan. Mereka memiliki kedudukan baik dan pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupun pemerintah (Kerajaan Budha Sriwijaya). Bahkan kemudian ada juga yang ikut berkuasa di sejumlah bandar. Mereka banyak yang bersahabat, juga berkeluarga dengan raja, adipati, atau pembesar-pembesar Sriwijaya lainnya. Mereka sering pula menjadi penasehat raja, adipati, atau penguasa setempat. Makin lama makin banyak pula penduduk setempat yang memeluk Islam. Bahkan ada pula raja, adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai.
Sejarahwan T. W. Arnold dalam karyanya “The Preaching of Islam” (1968) juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M.
Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasan ini, misal, menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara (F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159).
Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan. Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M (S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).
Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut: Rasululah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.
Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam.
Selaras dengan zamannya, saat itu umat Islam belum memiliki mushaf Al-Qur’an, karena mushaf Al-Qur’an baru selesai dibukukan pada zaman Khalif Utsman bin Affan pada tahun 30 H atau 651 M. Naskah Qur’an pertama kali hanya dibuat tujuh buah yang kemudian oleh Khalif Utsman dikirim ke pusat-pusat kekuasaan kaum Muslimin yang dipandang penting yakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3) San’a di Yaman, (4) Bahrain, (5) Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang terakhir dipegang sendiri oleh Khalif Utsman.
Naskah Qur’an yang tujuh itu dibubuhi cap kekhalifahan dan menjadi dasar bagi semua pihak yang berkeinginan menulis ulang. Naskah-naskah tua dari zaman Khalifah Utsman bin Affan itu masih bisa dijumpai dan tersimpan pada berbagai museum dunia. Sebuah di antaranya tersimpan pada Museum di Tashkent, Asia Tengah.
Mengingat bekas-bekas darah pada lembaran-lembaran naskah tua itu maka pihak-pihak kepurbakalaan memastikan bahwa naskah Qur’an itu merupakan al-Mushaf yang tengah dibaca Khalif Utsman sewaktu mendadak kaum perusuh di Ibukota menyerbu gedung kediamannya dan membunuh sang Khalifah.
Perjanjian Versailes (Versailes Treaty), yaitu perjanjian damai yang diikat pihak Sekutu dengan Jerman pada akhir Perang Dunia I, di dalam pasal 246 mencantumkan sebuah ketentuan mengenai naskah tua peninggalan Khalifah Ustman bin Affan itu yang berbunyi: (246) Di dalam tempo enam bulan sesudah Perjanjian sekarang ini memperoleh kekuatannya, pihak Jerman menyerahkan kepada Yang Mulia Raja Hejaz naskah asli Al-Qur’an dari masa Khalif Utsman, yang diangkut dari Madinah oleh pembesar-pembesar Turki, dan menurut keterangan, telah dihadiahkan kepada bekas Kaisar William II (Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391).
Sebab itu, cara berdoa dan beribadah lainnya pada saat itu diyakini berdasarkan ingatan para pedagang Arab Islam yang juga termasuk para al-Huffadz atau penghapal al-Qur’an.
Menengok catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Budha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda dari agama resmi kerajaan—perkampungan Arab Islam—tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik dulu kepada penguasa, hingga akrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar, menambah populasi Muslim di wilayah yang sama yang berarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka—para pedagang Arab Islam ini—bisa mendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai Islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.
Perjalanan dari Sumatera sampai ke Makkah pada abad itu, dengan mempergunakan kapal laut dan transit dulu di Tanjung Comorin, India, konon memakan waktu dua setengah sampai hampir tiga tahun. Jika tahun 625 dikurangi 2,5 tahun, maka yang didapat adalah tahun 622 Masehi lebih enam bulan. Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuah perkampungan Islam seperti yang telah disinggung di atas, setidaknya memerlukan waktu selama 5 hingga 10 tahun.
Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para shahabat Rasulullah, segenerasi dengan Ali bin Abi Thalib r. A..
Kenyataan inilah yang membuat sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan Madinah. Bahkan Mansyur Suryanegara lebih berani lagi dengan menegaskan bahwa sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam untuk berniaga.
“Sebab itu, ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul dan mendakwahkan Islam, maka para pedagang di Nusantara sudah mengenal beliau dengan baik dan dengan cepat dan tangan terbuka menerima dakwah beliau itu, ” ujar Mansyur yakin.
Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni’. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan. Dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saat kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).
Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budha dari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengan singgah di Malaka yang menjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.
Gujarat Sekadar Tempat Singgah
Jelas, Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yang oleh banyak sejarawan dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi Islam di Nusantara ini sebenarnya bukan berasal dari para pedagang India (Gujarat) atau yang dikenal sebagai Teori Gujarat yang berasal dari Snouck Hurgronje, karena para pedagang yang datang dari India, mereka ini sebenarnya berasal dari Jazirah Arab, lalu dalam perjalanan melayari lautan menuju Sumatera (Kutaraja atau Banda Aceh sekarang ini) mereka singgah dulu di India yang daratannya merupakan sebuah tanjung besar (Tanjung Comorin) yang menjorok ke tengah Samudera Hindia dan nyaris tepat berada di tengah antara Jazirah Arab dengan Sumatera.
Bukalah atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa para pedagang dari Jazirah Arab menjadikan India sebagai tempat transit yang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera maupun yang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di India beberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus, terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malaka dan terus ke berbagai pusat-pusat perdagangan di daerah ini hingga pusat Kerajaan Budha Sriwijaya di selatan Sumatera (sekitar Palembang), lalu mereka ada pula yang melanjutkan ekspedisi ke Cina atau Jawa.
Disebabkan letaknya yang sangat strategis, selain Barus, Banda Aceh ini telah dikenal sejak zaman dahulu. Rute pelayaran perniagaan dari Makkah dan India menuju Malaka, pertama-tama diyakini bersinggungan dahulu dengan Banda Aceh, baru menyusuri pesisir barat Sumatera menuju Barus. Dengan demikian, bukan hal yang aneh jika Banda Aceh inilah yang pertama kali disinari cahaya Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab. Sebab itu, Banda Aceh sampai sekarang dikenal dengan sebutan Serambi Makkah.
----------
Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, di abad ke 14 Masehi. Teori masuknya Islam ke Nusantara dari Gujarat ini disebut juga sebagai Teori Gujarat. Demikian menurut buku-buku sejarah yang sampai sekarang masih menjadi buku pegangan bagi para pelajar kita, dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas, bahkan di beberapa perguruan tinggi.
Namun, tahukah Anda bahwa Teori Gujarat ini berasal dari seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam? Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yang demi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangat giat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya.
Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu.
Mengutip buku Gerilya Salib di Serambi Makkah (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2006) yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarah soal masuknya Islam di Nusantara, Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University, telah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara.
Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.
Dalam catatan kakinya Bellwood menulis, “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering dijarah…” Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina.
Masih menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memiliki wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi (Wolters 1967; Hall 1967, 1985). Tapi bisa saja terjadi, “kerajaan-kerajaan kecil” yang tersebar di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yang terakhir ini tidak dijumpai catatannya.
Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru “diketahui” memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya. Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Temuan G. R Tibbets
Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara—terutama Sumatera dan Jawa—dengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G. R. Tibbetts. Bahkan Tibbetts-lah orang yang dengan tekun meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu.
“Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cina sejak abad kelima Masehi, ” tulis Tibbets. Jadi peta perdagangan saat itu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-China.
Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M—hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab—di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.
Di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahi perempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak–pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).
Temuan ini diperkuat Prof. Dr. HAMKA yang menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, HAMKA menulis bahwa penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Tanah Air. HAMKA juga menambahkan bahwa temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika.
Pembalseman Firaun Ramses II Pakai Kapur Barus Dari Nusantara
Dari berbagai literatur, diyakini bahwa kampung Islam di daerah pesisir Barat Pulau Sumatera itu bernama Barus atau yang juga disebut Fansur. Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Di zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun ketika Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Aceh.
Amat mungkin Barus merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya.
Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari kapur barus.
Bahkan dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi!
Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi. Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu.
Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis yang bekerjasama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.
Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah makmur.
Di Barus dan sekitarnya, banyak pedagang Islam yang terdiri dari orang Arab, Aceh, dan sebagainya hidup dengan berkecukupan. Mereka memiliki kedudukan baik dan pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupun pemerintah (Kerajaan Budha Sriwijaya). Bahkan kemudian ada juga yang ikut berkuasa di sejumlah bandar. Mereka banyak yang bersahabat, juga berkeluarga dengan raja, adipati, atau pembesar-pembesar Sriwijaya lainnya. Mereka sering pula menjadi penasehat raja, adipati, atau penguasa setempat. Makin lama makin banyak pula penduduk setempat yang memeluk Islam. Bahkan ada pula raja, adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai.
Sejarahwan T. W. Arnold dalam karyanya “The Preaching of Islam” (1968) juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M.
Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasan ini, misal, menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara (F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159).
Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan. Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M (S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).
Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut: Rasululah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.
Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam.
Selaras dengan zamannya, saat itu umat Islam belum memiliki mushaf Al-Qur’an, karena mushaf Al-Qur’an baru selesai dibukukan pada zaman Khalif Utsman bin Affan pada tahun 30 H atau 651 M. Naskah Qur’an pertama kali hanya dibuat tujuh buah yang kemudian oleh Khalif Utsman dikirim ke pusat-pusat kekuasaan kaum Muslimin yang dipandang penting yakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3) San’a di Yaman, (4) Bahrain, (5) Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang terakhir dipegang sendiri oleh Khalif Utsman.
Naskah Qur’an yang tujuh itu dibubuhi cap kekhalifahan dan menjadi dasar bagi semua pihak yang berkeinginan menulis ulang. Naskah-naskah tua dari zaman Khalifah Utsman bin Affan itu masih bisa dijumpai dan tersimpan pada berbagai museum dunia. Sebuah di antaranya tersimpan pada Museum di Tashkent, Asia Tengah.
Mengingat bekas-bekas darah pada lembaran-lembaran naskah tua itu maka pihak-pihak kepurbakalaan memastikan bahwa naskah Qur’an itu merupakan al-Mushaf yang tengah dibaca Khalif Utsman sewaktu mendadak kaum perusuh di Ibukota menyerbu gedung kediamannya dan membunuh sang Khalifah.
Perjanjian Versailes (Versailes Treaty), yaitu perjanjian damai yang diikat pihak Sekutu dengan Jerman pada akhir Perang Dunia I, di dalam pasal 246 mencantumkan sebuah ketentuan mengenai naskah tua peninggalan Khalifah Ustman bin Affan itu yang berbunyi: (246) Di dalam tempo enam bulan sesudah Perjanjian sekarang ini memperoleh kekuatannya, pihak Jerman menyerahkan kepada Yang Mulia Raja Hejaz naskah asli Al-Qur’an dari masa Khalif Utsman, yang diangkut dari Madinah oleh pembesar-pembesar Turki, dan menurut keterangan, telah dihadiahkan kepada bekas Kaisar William II (Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391).
Sebab itu, cara berdoa dan beribadah lainnya pada saat itu diyakini berdasarkan ingatan para pedagang Arab Islam yang juga termasuk para al-Huffadz atau penghapal al-Qur’an.
Menengok catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Budha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda dari agama resmi kerajaan—perkampungan Arab Islam—tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik dulu kepada penguasa, hingga akrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar, menambah populasi Muslim di wilayah yang sama yang berarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka—para pedagang Arab Islam ini—bisa mendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai Islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.
Perjalanan dari Sumatera sampai ke Makkah pada abad itu, dengan mempergunakan kapal laut dan transit dulu di Tanjung Comorin, India, konon memakan waktu dua setengah sampai hampir tiga tahun. Jika tahun 625 dikurangi 2,5 tahun, maka yang didapat adalah tahun 622 Masehi lebih enam bulan. Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuah perkampungan Islam seperti yang telah disinggung di atas, setidaknya memerlukan waktu selama 5 hingga 10 tahun.
Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para shahabat Rasulullah, segenerasi dengan Ali bin Abi Thalib r. A..
Kenyataan inilah yang membuat sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan Madinah. Bahkan Mansyur Suryanegara lebih berani lagi dengan menegaskan bahwa sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam untuk berniaga.
“Sebab itu, ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul dan mendakwahkan Islam, maka para pedagang di Nusantara sudah mengenal beliau dengan baik dan dengan cepat dan tangan terbuka menerima dakwah beliau itu, ” ujar Mansyur yakin.
Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni’. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan. Dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saat kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).
Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budha dari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengan singgah di Malaka yang menjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.
Gujarat Sekadar Tempat Singgah
Jelas, Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yang oleh banyak sejarawan dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi Islam di Nusantara ini sebenarnya bukan berasal dari para pedagang India (Gujarat) atau yang dikenal sebagai Teori Gujarat yang berasal dari Snouck Hurgronje, karena para pedagang yang datang dari India, mereka ini sebenarnya berasal dari Jazirah Arab, lalu dalam perjalanan melayari lautan menuju Sumatera (Kutaraja atau Banda Aceh sekarang ini) mereka singgah dulu di India yang daratannya merupakan sebuah tanjung besar (Tanjung Comorin) yang menjorok ke tengah Samudera Hindia dan nyaris tepat berada di tengah antara Jazirah Arab dengan Sumatera.
Bukalah atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa para pedagang dari Jazirah Arab menjadikan India sebagai tempat transit yang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera maupun yang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di India beberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus, terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malaka dan terus ke berbagai pusat-pusat perdagangan di daerah ini hingga pusat Kerajaan Budha Sriwijaya di selatan Sumatera (sekitar Palembang), lalu mereka ada pula yang melanjutkan ekspedisi ke Cina atau Jawa.
Disebabkan letaknya yang sangat strategis, selain Barus, Banda Aceh ini telah dikenal sejak zaman dahulu. Rute pelayaran perniagaan dari Makkah dan India menuju Malaka, pertama-tama diyakini bersinggungan dahulu dengan Banda Aceh, baru menyusuri pesisir barat Sumatera menuju Barus. Dengan demikian, bukan hal yang aneh jika Banda Aceh inilah yang pertama kali disinari cahaya Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab. Sebab itu, Banda Aceh sampai sekarang dikenal dengan sebutan Serambi Makkah.
Riset Psikologi : Keajaiban Dibalik Lafadz ALLAH
Beberapa hari ini tertarik untuk mempelajari sholat. Kembali membaca beberapa buku yang sudah ada dan menyisihkan anggaran belanja untuk berburu buku baru. Hingga akhirnya "terpukau" pada buku Mukjizat Gerakan Sholat: Penelitian Dokter Ahli Bedah dalam Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit karangan dr. Sagiran, M.Kes.,Sp.B. Pada halaman 42 beliau menuliskan tentang penelitian seorang ahli psikologi Belanda tentang efek psikologis pengucapan lafadz Allah bagi pasien psikologis dan orang normal. Berikut kutipannya:
Seorang ahli psikologi dari Belanda, Professor Vander Hoven (2002) mengumumkan temuan barunya dari penelitian tentang pengaruh membaca Al Qur'an dan pengucapan berulang-ulang kata "ALLAH" baik pada pasien maupun orang normal. Penelitian dilakukan pada subjek selama tiga tahun. Beberapa pasiennya bahkan ada yang non-muslim, beberapa lainnya tidak berbahasa Arab sebagai bahasa ibu tetapi dilatih untuk dapat mengucapkan kata Allah menurut tata cara pengucapan Bahasa Arab (Alloh-red). Hasil penelitiannya sungguh menakjubkan terutama pada mereka yang menderita depresi dan tekanan psikologi. Harian Arab Saudi Al Watan melaporkan bahwa profesor itu menyimpulkan, mereka orang muslim yang membaca Al Qur'an dengan teratur dapat mencegah penyakit-penyakit psikologis.
Lebih lanjut profesor itu menjelaskan, bahwa setiap huruf dari kata ALLAH itu mempengaruhi penyembuhan psikologis. ternyata pengucapan ini tidak pernah ditemui pada bahasa-bahasa lainnya di dunia. Secara fisiologis, pengucapan huruf pertama yakni "A (alif di fathah)" melapangkan sistem pernafasan, berfungsi mengontrol gerak nafas. Kemudian saat mengucap konsonan "L (Lam di sukun)" menurut cara oarang Arab dengan lidah tertarik ke langit-langit dan sedikit tergelincir di bagian rahang atas, sejenak tertahan sebelum kemudian mengucapkan bunyi "LOH", membentuk ruang tertentu di dalam mulut. Jeda yang pendek dan kemudian disusul dengan jeda yang sama secara berurutan ini menimbulkan pengaruh yang nyata terhadap relaksasi pernafasan. Juga, pengucapan huruf terakhir yaitu "H (Ha' di sukun)" membuat kontak antara paru-paru dan jantung dan pada gilirannya kontak ini dapat mengontrol denyut jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh seorang non-muslim ini banyak mendapat tanggapan dari pihak muslim dan non-muslim. Terdapat banyak blog maupun website yang mempublikasikannya. Beberapa diantaranya adalah forum maroc dan forum talklfc. Sengaja saya tampilkan link forum diskusi agar pembaca bisa merasakan atmosfer diskusi tentang hal ini. Tidak semua pihak menerima hasil penelitian Profesor Vander Hoven ini. Sebuah situs non-muslim (yang sepertinya juga anti Islam) menyebut penelitian ini dengan Islamic Pseudo-Science. Menurut saya, kritik yang mereka sampaikan ada positifnya. Dalam penelitian ini memang tidak dijelaskan biodata Profesor Vander Hoven, metodologi penelitian, nama media atau jurnal resmi yang mempublikasikannya, dan yang lain sebagainya. Akan tetapi itu hanyalah sebuah apologi defensif, yang tidak mengurangi substansi penelitian fenomenal ini.
Seorang ahli psikologi dari Belanda, Professor Vander Hoven (2002) mengumumkan temuan barunya dari penelitian tentang pengaruh membaca Al Qur'an dan pengucapan berulang-ulang kata "ALLAH" baik pada pasien maupun orang normal. Penelitian dilakukan pada subjek selama tiga tahun. Beberapa pasiennya bahkan ada yang non-muslim, beberapa lainnya tidak berbahasa Arab sebagai bahasa ibu tetapi dilatih untuk dapat mengucapkan kata Allah menurut tata cara pengucapan Bahasa Arab (Alloh-red). Hasil penelitiannya sungguh menakjubkan terutama pada mereka yang menderita depresi dan tekanan psikologi. Harian Arab Saudi Al Watan melaporkan bahwa profesor itu menyimpulkan, mereka orang muslim yang membaca Al Qur'an dengan teratur dapat mencegah penyakit-penyakit psikologis.
Lebih lanjut profesor itu menjelaskan, bahwa setiap huruf dari kata ALLAH itu mempengaruhi penyembuhan psikologis. ternyata pengucapan ini tidak pernah ditemui pada bahasa-bahasa lainnya di dunia. Secara fisiologis, pengucapan huruf pertama yakni "A (alif di fathah)" melapangkan sistem pernafasan, berfungsi mengontrol gerak nafas. Kemudian saat mengucap konsonan "L (Lam di sukun)" menurut cara oarang Arab dengan lidah tertarik ke langit-langit dan sedikit tergelincir di bagian rahang atas, sejenak tertahan sebelum kemudian mengucapkan bunyi "LOH", membentuk ruang tertentu di dalam mulut. Jeda yang pendek dan kemudian disusul dengan jeda yang sama secara berurutan ini menimbulkan pengaruh yang nyata terhadap relaksasi pernafasan. Juga, pengucapan huruf terakhir yaitu "H (Ha' di sukun)" membuat kontak antara paru-paru dan jantung dan pada gilirannya kontak ini dapat mengontrol denyut jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh seorang non-muslim ini banyak mendapat tanggapan dari pihak muslim dan non-muslim. Terdapat banyak blog maupun website yang mempublikasikannya. Beberapa diantaranya adalah forum maroc dan forum talklfc. Sengaja saya tampilkan link forum diskusi agar pembaca bisa merasakan atmosfer diskusi tentang hal ini. Tidak semua pihak menerima hasil penelitian Profesor Vander Hoven ini. Sebuah situs non-muslim (yang sepertinya juga anti Islam) menyebut penelitian ini dengan Islamic Pseudo-Science. Menurut saya, kritik yang mereka sampaikan ada positifnya. Dalam penelitian ini memang tidak dijelaskan biodata Profesor Vander Hoven, metodologi penelitian, nama media atau jurnal resmi yang mempublikasikannya, dan yang lain sebagainya. Akan tetapi itu hanyalah sebuah apologi defensif, yang tidak mengurangi substansi penelitian fenomenal ini.
Sejarah Islam: Dua Sahabat Nabi Muhammad SAW di Makamkan di China
Kota Guangzhou di Cina ternyata menyimpan sejarah kebesaran Islam. Di kota yang disebut Khanfu oleh orang Arab ini, Islam pertama kali datang dan berkembang. Kota ini menjadi pusat pengembangan Islam di Cina karena keberadaan pelabuhan laut internasionalnya.
Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke Cina sekitar tahun 30 H atau 651 M.
Disebutkan bahwa Islam masuk ke Cina melalui utusan yang dikirim oleh Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M. Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim Cina pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke Cina oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas.
Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke Cina dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqas, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M. Catatan tersebut menyebutkan bahwa Saad bin Abi Waqqas dan tiga sahabat lainnya datang ke Cina dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.
Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Ia kembali lagi ke Cina 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Alquran. Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Alquran dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.
Pada kedatangannya yang kedua di tahun 650, Saad bin Abi Waqqas kembali ke Cina dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut Cina menuju pelabuhan laut di Guangzhou. Kemudian ia berlayar ke Chang'an atau kini dikenal dnegan nama Xi'an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalur Sutera.
Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan hangat oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya cocok dengan ajaran Konfusius.
Namun sang kaisar merasa bahwa kewajiban sholat lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu keras baginya hingga akhirnya ia tidak jadi memeluk Islam. Meski demikian, ia mengizinkan Saad bin ABi Waqqas dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou. Oleh orang Cina, Islam disebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).
Saad bin Abi Waqqas kemudian menetap di Guangzhou dan ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di Cina. Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun. Masjid ini terus bertahan melewati berbagai momen sejarah Cina dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki dan direstorasi.
Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad SAW. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guangta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta.
Sebagian percaya bahwa Saad bin Abi Waqqas menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, Cina. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya.
Namun sebagian lagi menyatakan bahwa Saad meninggal di Madinah dan dimakamkan di makam para sahabat. Meski tidak diketahui secara pasti dimana Saad bin Abi Waqqas meninggal dan dimakamkan dimana, namun dipastikan ia memiliki peranan penting terhadap perkembangan Islam di Cina.
Pada saat keberangkatan Saad bin Abi Waqqas ke Cina, dipercaya bahwa satu orang sahabat meninggal di perjalanan. Ia kemudian dimakamkan di satu daerah bernama Hami di bagian barat provinsi Xinjiang. Makamnya kini dikenal sebagai Geys Mazars.
Setelah masa itu, Islam berkembang dengan pesat di Cina dibanding daerah-daerah lain di luar kawasan Arab. Di negara ini, Islam berkembang melalui perdagangan. Itu sebabnya, Islam berkembang di daerah sekitar pelabuhan dan bandar-bandar besar di berbagai negara.
Selain Guangzhou, salah satu daerah yang menjadi pusat perkembangan Islam adalah Quanzhou. Kota yang menjadi titik awal jalur sutera ini juga menjadi bukti nyata keindahan toleransi antar umat beragam. Di kota ini, pemeluk Islam, Hindu, Budha, Manichaeisme, Taoisme, Nestoriaisme, dan berbagai kepercayaan lain di kota ini hidup damai dan berdampingan.
Quanzhou juga ramai dikunjungi peziarah Muslim dari Arab karena keberadaan makam suci dua orang yang dipercaya merupakan sahabat Rasulullah. Dalam bahasa Cina, sahabat ini bernama Sa-ke-zu dan Wu-ko-su. Selain makam, di Quanzhou juga terdapat salah satu masjid pertama yang ada di Cina, yaitu Masjid Qingjing. Masjid ini dibangun tahun 1009, dan desain masjid ini dibuat berdasar desain masjid di Damaskus, Suriah.
Di kota ini juga terdapat sekitar 10 ribu makam orang Arab dengan nama keluarga Guo di Pulau Baiqi, Quanzhou. Makam-makam ini ditulisi dengan huruf Cina dan Arab. Makam ini jelas makam orang Islam, dan banyak di antaranya yang ditulisi dengan kata Fanke Mu yang artinya adalah makam orang asing. Ini menjadi bukti banyaknya umat Islam dari luar Cina yang menetap di kota ini.
Sayangnya kini kejayaan sejarah kota ini hilang begitu saja. Di suatu masa, Quanzhou menjadi kota yang dipenuhi oleh masjid, kuil, dan biara. Namun kini semua itu hilang, dan yang tersisa hanyalah dinding yang nyaris roboh.
Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke Cina sekitar tahun 30 H atau 651 M.
Disebutkan bahwa Islam masuk ke Cina melalui utusan yang dikirim oleh Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M. Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim Cina pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke Cina oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas.
Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke Cina dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqas, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M. Catatan tersebut menyebutkan bahwa Saad bin Abi Waqqas dan tiga sahabat lainnya datang ke Cina dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.
Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Ia kembali lagi ke Cina 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Alquran. Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Alquran dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.
Pada kedatangannya yang kedua di tahun 650, Saad bin Abi Waqqas kembali ke Cina dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut Cina menuju pelabuhan laut di Guangzhou. Kemudian ia berlayar ke Chang'an atau kini dikenal dnegan nama Xi'an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalur Sutera.
Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan hangat oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683). Namun Islam sebagai agama tidak langsung diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan, sang kaisar kemudian memberikan izin bagi pengembangan Islam yang dirasanya cocok dengan ajaran Konfusius.
Namun sang kaisar merasa bahwa kewajiban sholat lima kali sehari dan puasa sebulan penuh terlalu keras baginya hingga akhirnya ia tidak jadi memeluk Islam. Meski demikian, ia mengizinkan Saad bin ABi Waqqas dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou. Oleh orang Cina, Islam disebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).
Saad bin Abi Waqqas kemudian menetap di Guangzhou dan ia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di Cina. Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan Cina dan usianya sudah melebihi 1300 tahun. Masjid ini terus bertahan melewati berbagai momen sejarah Cina dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki dan direstorasi.
Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad SAW. Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guangta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta.
Sebagian percaya bahwa Saad bin Abi Waqqas menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, Cina. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya.
Namun sebagian lagi menyatakan bahwa Saad meninggal di Madinah dan dimakamkan di makam para sahabat. Meski tidak diketahui secara pasti dimana Saad bin Abi Waqqas meninggal dan dimakamkan dimana, namun dipastikan ia memiliki peranan penting terhadap perkembangan Islam di Cina.
Pada saat keberangkatan Saad bin Abi Waqqas ke Cina, dipercaya bahwa satu orang sahabat meninggal di perjalanan. Ia kemudian dimakamkan di satu daerah bernama Hami di bagian barat provinsi Xinjiang. Makamnya kini dikenal sebagai Geys Mazars.
Setelah masa itu, Islam berkembang dengan pesat di Cina dibanding daerah-daerah lain di luar kawasan Arab. Di negara ini, Islam berkembang melalui perdagangan. Itu sebabnya, Islam berkembang di daerah sekitar pelabuhan dan bandar-bandar besar di berbagai negara.
Selain Guangzhou, salah satu daerah yang menjadi pusat perkembangan Islam adalah Quanzhou. Kota yang menjadi titik awal jalur sutera ini juga menjadi bukti nyata keindahan toleransi antar umat beragam. Di kota ini, pemeluk Islam, Hindu, Budha, Manichaeisme, Taoisme, Nestoriaisme, dan berbagai kepercayaan lain di kota ini hidup damai dan berdampingan.
Quanzhou juga ramai dikunjungi peziarah Muslim dari Arab karena keberadaan makam suci dua orang yang dipercaya merupakan sahabat Rasulullah. Dalam bahasa Cina, sahabat ini bernama Sa-ke-zu dan Wu-ko-su. Selain makam, di Quanzhou juga terdapat salah satu masjid pertama yang ada di Cina, yaitu Masjid Qingjing. Masjid ini dibangun tahun 1009, dan desain masjid ini dibuat berdasar desain masjid di Damaskus, Suriah.
Di kota ini juga terdapat sekitar 10 ribu makam orang Arab dengan nama keluarga Guo di Pulau Baiqi, Quanzhou. Makam-makam ini ditulisi dengan huruf Cina dan Arab. Makam ini jelas makam orang Islam, dan banyak di antaranya yang ditulisi dengan kata Fanke Mu yang artinya adalah makam orang asing. Ini menjadi bukti banyaknya umat Islam dari luar Cina yang menetap di kota ini.
Sayangnya kini kejayaan sejarah kota ini hilang begitu saja. Di suatu masa, Quanzhou menjadi kota yang dipenuhi oleh masjid, kuil, dan biara. Namun kini semua itu hilang, dan yang tersisa hanyalah dinding yang nyaris roboh.
TAUSIYAH: Seluruh Mahluk di Alam Semesta Bertasbih Lewat Gerakan
Semua benda dialam semesta ini bergerak, tidak ada satupun yang tidak bergerak dari benda terkecil yang disebut partikel atom, sampai benda terbesar seperti bintang yang ukuranya puluhan ribu dari planet kita pun juga bergerak dangerakannya melingkar lingkar.
Sebut saja Electron setiap saat tidak perna berhenti berputar pada porosnya atau disebut dengan Spin/Rotasi, selain itu juga jika ia berada dalam atom maka ia akan mengitari inti atom atau disebut Revolusi , hal itu juga terjadi pada benda benda yang lebih besar ternyata gerakan berputar kembali terjadi. Bumi berotasi pada porosnya disamping itu juga berovolusi untuk mengelilingi matahari , matahari dan planet yang mengitarinya juga mengitari Galaxy ( Galaxi kita Bimasakti ) ternyata galaxy tersebut juga mengelilingi pusat galaxy yang bernama Super Cluster
Untuk kita ketahui Galaxy adalah gugusan bintang yang dikelilingi 100 milyard matahari dan ratusan milyard Planet.
Super cluster adalah gugusan galaxy yang yang kira kira terdiri dari 10.000 milyard galaxy dan triliunan Planet.
Jadi dilam semesta ini tidak ada benda yang berhenti mutlak di alam semesta ini kita ambil contoh sebuah meja yang kita lihat tidak bergerak sebenarnya juga bergerak mengerlilingi matahar demikian benda lain yang ada di bumi. Dalam pengamatan telescop Huble diketahui bahwa .seluruh benda langit sedang bergerak saling menjauh , hal ini disebabkan karena ledakan besar yang terjadi pada awal penciptaan alam semesta yang dijelaskan pada teori BIG-BANG jadi dari ledakan yang luar biasa tersebut sumber energi alam semesta ini terjadi dan sampai saat ini masih berlangsung sampai dengan 3 milyard tahun kedepan menurut perkiraan pakar Astronomi . memang aneh kenapa bisa berputar, kita belum bisa menjawabnya , justru dengan berputar keutuhan alam semesta ini terjaga sampai dengan saat ini.
Jadi kesimpulan saya adalah Esensi kehidupan adalah gerakan dan keseimbangan dan masing masing berpusat pada satu aturan yang harmonis dan tunduk pada Sunatulloh atau hokum alam yang telah ditetapkan sang Qalik jadi yang dimaksud dengan Bertasbih disini keadaan dimana benda benda tersebut mematuhi hokum alam yang telah ditetapkan seperti benda benda tersebut berjalan pada orbitnya dan sampai kapanpun akan terus begitu sampai Alloh menghendaki untuk kerusakannya .
Hal ini termuat dalam Alquran ;
QS : Al Israa ( 17 ) : 44
“ Langit yang tujuh , bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah , dan
tidak ada satupun melainkan bertasbih dengan memujiNya. Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka sesungguhnya dialah ( Allah ) yang penyantun dan maha penyayang “
QS : Ra’du ( 67 ) : 3 – 4
“ Allah – lah yang meninggikan langit tanpa tiang ( sebagaimana ) yang kamu lihat , kemudian dia bersemayam diatas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan dan masing masing beredar pada waktu yang telah ditentukan Allah mengatur urusan ( Mahluknya ), menjelaskan tanda tanda (kebesarannya ) supaya kamu meyakini pertemuan ( mu ) dengan Tuhanmu . “
Sebut saja Electron setiap saat tidak perna berhenti berputar pada porosnya atau disebut dengan Spin/Rotasi, selain itu juga jika ia berada dalam atom maka ia akan mengitari inti atom atau disebut Revolusi , hal itu juga terjadi pada benda benda yang lebih besar ternyata gerakan berputar kembali terjadi. Bumi berotasi pada porosnya disamping itu juga berovolusi untuk mengelilingi matahari , matahari dan planet yang mengitarinya juga mengitari Galaxy ( Galaxi kita Bimasakti ) ternyata galaxy tersebut juga mengelilingi pusat galaxy yang bernama Super Cluster
Untuk kita ketahui Galaxy adalah gugusan bintang yang dikelilingi 100 milyard matahari dan ratusan milyard Planet.
Super cluster adalah gugusan galaxy yang yang kira kira terdiri dari 10.000 milyard galaxy dan triliunan Planet.
Jadi dilam semesta ini tidak ada benda yang berhenti mutlak di alam semesta ini kita ambil contoh sebuah meja yang kita lihat tidak bergerak sebenarnya juga bergerak mengerlilingi matahar demikian benda lain yang ada di bumi. Dalam pengamatan telescop Huble diketahui bahwa .seluruh benda langit sedang bergerak saling menjauh , hal ini disebabkan karena ledakan besar yang terjadi pada awal penciptaan alam semesta yang dijelaskan pada teori BIG-BANG jadi dari ledakan yang luar biasa tersebut sumber energi alam semesta ini terjadi dan sampai saat ini masih berlangsung sampai dengan 3 milyard tahun kedepan menurut perkiraan pakar Astronomi . memang aneh kenapa bisa berputar, kita belum bisa menjawabnya , justru dengan berputar keutuhan alam semesta ini terjaga sampai dengan saat ini.
Jadi kesimpulan saya adalah Esensi kehidupan adalah gerakan dan keseimbangan dan masing masing berpusat pada satu aturan yang harmonis dan tunduk pada Sunatulloh atau hokum alam yang telah ditetapkan sang Qalik jadi yang dimaksud dengan Bertasbih disini keadaan dimana benda benda tersebut mematuhi hokum alam yang telah ditetapkan seperti benda benda tersebut berjalan pada orbitnya dan sampai kapanpun akan terus begitu sampai Alloh menghendaki untuk kerusakannya .
Hal ini termuat dalam Alquran ;
QS : Al Israa ( 17 ) : 44
“ Langit yang tujuh , bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah , dan
tidak ada satupun melainkan bertasbih dengan memujiNya. Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka sesungguhnya dialah ( Allah ) yang penyantun dan maha penyayang “
QS : Ra’du ( 67 ) : 3 – 4
“ Allah – lah yang meninggikan langit tanpa tiang ( sebagaimana ) yang kamu lihat , kemudian dia bersemayam diatas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan dan masing masing beredar pada waktu yang telah ditentukan Allah mengatur urusan ( Mahluknya ), menjelaskan tanda tanda (kebesarannya ) supaya kamu meyakini pertemuan ( mu ) dengan Tuhanmu . “
Dalil Nagli : Menabur Bunga di Atas Makam
Setelah mayit atau jenasah dimasukkan ke liang lahat, dihadapkan ke arah kiblat, lalu pocongnya dibuka dan sudah diadzani, lantas liang ditutup rata dengan tanah. Setelah itu ditaburkan bunga di atasnya. Bunga tadi disiram air agar tidak cepat layu, namun bukan ditujukan sesuatu yang berbau mistik.
Sebenarnya tidak harus bunga, pelepah atau ranting-ranting pun boleh, yang penting masih basah atau segar. Hal ini senafas dengan ayat Al-Qur'an QS At-Taghabun ayat 1:
يُسَبِّحُ لِلّهِ مَا فِي السَّموَاتِ وَ مَا فِي اْلأَرْضِ
Bahwa Semua makhluk, termasuk hewan dan tumbuhan, bertasbih kepada Allah SWT.
Akan tetapi, mengenai cara masing-masing membaca tasbih, hanya Allah saja yang tahu. Dan terkait dengan tabur bunga tadi, dihimbau penabumya memilih bunga-bunga yang masih segar agar bisa memberi “manfaat” bagi si mayit, sebab bunga-bunga tadi akan bertasbih kepada Allah.
Hal ini berdasar pada, pertama penjelasan dari kitab Kasyifatus Syubhat hlm. 131: Bahwa disunnahkan meletakkan pelepah daun yang masih hijau di atas kubur/makam karea mengjkuti sunnah Nabi (hadits ini sanadnya shahih). Dijelaskan bahwa pelapah seperti itu dapat meringankan beban si mayit berkat bacaan tasbihnya. Untuk memperoleh tasbih yang sempurna, sebaiknya dipilih daun yang masih basah atau segar.
Analog dengan meletakkan pelepah tadi ialah mencucurkan bunga atau sejenisnya. Pelapah atau bunga yang masih segar tadi haram diambil karena menjadi hak si mayit. Akan tetapi, kalau sudah kering, hukumnya boleh lantaran sudah bukan hak si mayit lagi (sebab pelapah, bunga, atau sejenisnya tadi sudah tidak bisa bertasbih).
Dalil kedua yakni hadits Ibnu Hibban dari Abu Hurairah yang mengatakan: “Kami berjalan bersama Nabi melewati dua makam, lalu beliau berdiri di atas makam itu, kami pun ikut berdiri. Tiba-tiba beliau meyingsingkan lengan bajunya, kami pun bertanya: ‘Ada apa ya Rasul?’”
“Beliau menjawab: ‘Apakah kau tidak mendengar?’ Kami menjawab heran: Tidak, ada apa ya Nabi? Beliau pun menerangkan: ‘Dua lelaki sedang disiksa di dalam kuburnya dengan siksa yang pedih dan hina.’ Kami pun bertanya lagi: Kenapa bisa begitu ya RasuI? Beliau menjelaskan: ‘Yang satu, tidak bersih kalau membasuh bekas kencing; dan satunya lagi suka mencaci orang lain dan suka mengadudomba.’
"Rasulullah lalu mengambil dua pelapah kurma, diletakkan di atas kubur dua lelaki tadi. Kami kembali bertanya Apa gunanya ya Rasul? Beliau menjawab: ‘Gunanya untuk meringankan siksa mereka berdua selagi masih basah.’” Demikian seperti dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin Juz II hlm 119.
Dalil ketiga: Para ulama menjadikan kasus Rasulullah menancapkan dua pelepah kurma yang ditancapkan di alas dua kubur tadi dengan menanam pohon atau bunga, sayang para ulama tidak menjelaskan caranya.
Akan tetapi, di dalam hadits shahih disebutkan: Rasulullah menancapkan di masing-masing kuburan itu dan tetap memberi manfaat pada semua ruang. Maksudnya, pelapah itu dapat ditancapkan di mana saja. Abd bin Humaid dalam Musnad-nya mengatakan: Rasulullah menancapkan pelapah itu tepat di arah kepala si mayit dalam kuburnya. Demikian penjelasan dalam kitab al-Fatawa al-Haditsiyah hal 196.
KH Munawir Abdul Fattah
Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta
Sebenarnya tidak harus bunga, pelepah atau ranting-ranting pun boleh, yang penting masih basah atau segar. Hal ini senafas dengan ayat Al-Qur'an QS At-Taghabun ayat 1:
يُسَبِّحُ لِلّهِ مَا فِي السَّموَاتِ وَ مَا فِي اْلأَرْضِ
Bahwa Semua makhluk, termasuk hewan dan tumbuhan, bertasbih kepada Allah SWT.
Akan tetapi, mengenai cara masing-masing membaca tasbih, hanya Allah saja yang tahu. Dan terkait dengan tabur bunga tadi, dihimbau penabumya memilih bunga-bunga yang masih segar agar bisa memberi “manfaat” bagi si mayit, sebab bunga-bunga tadi akan bertasbih kepada Allah.
Hal ini berdasar pada, pertama penjelasan dari kitab Kasyifatus Syubhat hlm. 131: Bahwa disunnahkan meletakkan pelepah daun yang masih hijau di atas kubur/makam karea mengjkuti sunnah Nabi (hadits ini sanadnya shahih). Dijelaskan bahwa pelapah seperti itu dapat meringankan beban si mayit berkat bacaan tasbihnya. Untuk memperoleh tasbih yang sempurna, sebaiknya dipilih daun yang masih basah atau segar.
Analog dengan meletakkan pelepah tadi ialah mencucurkan bunga atau sejenisnya. Pelapah atau bunga yang masih segar tadi haram diambil karena menjadi hak si mayit. Akan tetapi, kalau sudah kering, hukumnya boleh lantaran sudah bukan hak si mayit lagi (sebab pelapah, bunga, atau sejenisnya tadi sudah tidak bisa bertasbih).
Dalil kedua yakni hadits Ibnu Hibban dari Abu Hurairah yang mengatakan: “Kami berjalan bersama Nabi melewati dua makam, lalu beliau berdiri di atas makam itu, kami pun ikut berdiri. Tiba-tiba beliau meyingsingkan lengan bajunya, kami pun bertanya: ‘Ada apa ya Rasul?’”
“Beliau menjawab: ‘Apakah kau tidak mendengar?’ Kami menjawab heran: Tidak, ada apa ya Nabi? Beliau pun menerangkan: ‘Dua lelaki sedang disiksa di dalam kuburnya dengan siksa yang pedih dan hina.’ Kami pun bertanya lagi: Kenapa bisa begitu ya RasuI? Beliau menjelaskan: ‘Yang satu, tidak bersih kalau membasuh bekas kencing; dan satunya lagi suka mencaci orang lain dan suka mengadudomba.’
"Rasulullah lalu mengambil dua pelapah kurma, diletakkan di atas kubur dua lelaki tadi. Kami kembali bertanya Apa gunanya ya Rasul? Beliau menjawab: ‘Gunanya untuk meringankan siksa mereka berdua selagi masih basah.’” Demikian seperti dijelaskan dalam kitab I’anatut Thalibin Juz II hlm 119.
Dalil ketiga: Para ulama menjadikan kasus Rasulullah menancapkan dua pelepah kurma yang ditancapkan di alas dua kubur tadi dengan menanam pohon atau bunga, sayang para ulama tidak menjelaskan caranya.
Akan tetapi, di dalam hadits shahih disebutkan: Rasulullah menancapkan di masing-masing kuburan itu dan tetap memberi manfaat pada semua ruang. Maksudnya, pelapah itu dapat ditancapkan di mana saja. Abd bin Humaid dalam Musnad-nya mengatakan: Rasulullah menancapkan pelapah itu tepat di arah kepala si mayit dalam kuburnya. Demikian penjelasan dalam kitab al-Fatawa al-Haditsiyah hal 196.
KH Munawir Abdul Fattah
Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)