عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَيَقُولُ :
إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ (صحيح البخاري
Dari Ibn Abbas ra anhuma, bahwa Nabi saw berdoa mohon perlindungan Allah untuk cucu beliau saw yaitu Hasan dan Husein, seraya bersabda : “Sungguh Ayahanda kalian (kakek moyang kalian yaitu Nabi Ibrahim as) meminta perlindungan Allah untuk Ismail dan Ishak (putra Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq) dengan Doa : Aku berlindung Demi kalimat kalimat Allah kesemuanya, dari segala syaitan, dan segala racun, dan dari segala penyakit penyakit akal dan kegilaan” (Shahih Bukhari).
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Jalla Wa Alla yang menghimpun dan mengizinkan kita kembali hadir bertamu kehadirat Keridhaan-Nya, kehadirat Kasih Sayang-Nya, kehamparan Kelembutan-Nya yang kehadiran kita dengan di malam hari ini membuka rahasia keabadian yang abadi dan kita tidak keluar dari majelis ini terkecuali telah dihapus seluruh dosa kita. (amin)
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian kehadiran teragung, kehadiran bertamu kepada Allah Jalla Wa ‘Alaa di majelis dzikir, di masjid, di majelis ta’lim dan juga ditempat – tempat beribadah. Mereka bertamu kepada Allah Jalla Wa Alla. Dan hadirin – hadirat jika kita keluar dari majelis ini, dari masjid ini, hendaknya jiwa kita terus bertamu kehadirat Allah walau jasad kita keluar dari majelis. Jadikan jiwa kita selalu bertamu kehadirat Nya dan Kasih Sayang-Nya.
Seindah – indah lintasan pemikiran, seindah – indah renungan, adalah renungan yang mengacu kepada keridhaan Allah, menginginkan Allah, mencintai Allah, merindukan Allah dan tentunya tanpa lupa mencintai Sang Nabi utusan Allah yaitu Sayyidina Muhammad Saw.
Manusia yang menjadi perantara Kasih Sayang Ilahi. “Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil a’lamin” Ku-utus engkau (wahai Muhammad) untuk membawa Kasih Sayang-Ku untuk sekalian alam. (QS. Al Anbiyaa : 107).
Hadirin – hadirat, maka kenal dan sampailah kita pada Kasih Sayang Ilahi, Cahaya yang melebihi segenap cahaya, Cahaya yang menciptakan seluruh cahaya melebihi terangnya cahaya yang hanya bisa dipahami oleh mata, tapi Cahaya Allah menyejukkan jiwa. Cahaya Allah jika telah menerangi sanubari maka tenanglah jiwa kita. Betapa jiwa yang sedang gundah dalam keadaan yang indah secara jasadiyyah. Secara jasadnya ia dalam keadaan yang baik tetapi jiwanya dalam keadaan gundah maka semua yang dilihatnya baik menjadi buruk, dan semua yang buruk menjadi lebih buruk dan ia melihat keadaannya adalah seburuk – buruk keadaan. Akan tetapi jika terbit Cahaya Ilahi pada sanubarinya maka ia akan tenang menghadapi hari – harinya, selalu ceria dan bersahaja melewati hari – harinya siang dan malam, yang ini semua hanyalah detik – detik penantian untuk berjumpa dengan Yang Maha Mengakhiri segala kehidupan, Dialah Allah Jalla Wa Alaa (Jalla wa ‘alaa : Maha Berwibawa dan Maha Luhur).
Inilah detik – detik penantian kita melewati siang dan malam dan kejadian kehidupan kita yang setelah itu kita akan menuju kehidupan yang kekal. Dan Rasul saw selalu menuntun kita kepada keindahan kehidupan agar kita terjaga daripada bala dan musibah dan kesusahan di dunia dan akhirat. Demikian kehendak Allah Swt.
Sampailah kita pada hadits mulia ini, diriwayatkan oleh Sayyidina Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma bahwa dikatakan bahwa Rasul saw membacakan Sayyidina Hasan wa Husein (cucu beliau saw) putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra dan Sayyidina Ali karramallahu wajhah wa radhiyallahu anhuma. Menunjukkan bahwa bacaan ini bukan dibaca saat lahirnya bayi tetapi bacaan ini boleh dibacakan kapan pun. Maka oleh sebab itu, simpan kertas ini untuk kalian yang sudah punya keturunan (ataupun belum). Bacakan mulai ucapan “Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli a’inin lammah” demikian riwayat Shahih Bukhari.
Rasul saw bersabda “inna abakuma yu’awwidzu biha..” sungguh ayah kalian berdua (ayah : kakek moyang kalian berdua yaitu Nabi Ibrahim as, wahai Hasan dan Husein) meminta perlindungan kepada Allah untuk putranya yaitu Ishaq dan Ismail alaihimassalam. Yang dimaksud ayah kalian berdua disini adalah Nabi Ibrahim bukannya ayah dari Hasan wa Husein tapi ayah dari nenek moyangnya yang keberapa. Lebih dari kakek, dari kakek, dari kakeknya. Di dalam bahasa arab ayah itu bisa bermakna kakek, bisa bermakna paman, bisa bermakna kakek dan kakeknya lebih lagi, mengutip dari hadits ini riwayat Shahih Bukhari terbukti “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq” sungguh ayah kalian berdua (wahai Hasan dan Husein)…
Nabi Ibrahim itu membaca doa ini untuk meminta perlindungan kepada Allah untuk putranya yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Nabi Muhammad Saw adalah keturunan Nabi Ismail, walaupun jauh nasabnya tapi nasabnya bersambung kepada Nabi Ismail bin Ibrahim alaihis salam. Dan Nabi – Nabi yang lain bersambung nasabnya kepada Nabi Ishaq bin Ibrahim alaihis salam. Jadi hadits ini luas maknanya.
Yang pertama, doa ini boleh dibacakan untuk anak kita yang baru lahir atau yang sudah bertahun – tahun usianya pun bisa. Dan yang belum punya keturunan, simpan saja dan niatkan kalau punya keturunan nanti bacakan ini. Kenapa? Kita lihat isinya “Audzubikalimatillahittammah….” Aku berlindung demi kalimat – kalimat Allah kesemuanya.. Kita tidak bisa mengupasnya satu – persatu ucapan ini tapi sedikit saja kita buka.
Kita pernah membahas makna kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” Dengan Nama Allah. Nama Allah sudah mencakup seluruh kehidupan, seluruh alam semesta mulai dicipta hingga ada hingga akan sirna seluruh kehidupan, seluruh sel, seluruh molekul dan semua yang ada di alam semesta ini, itu sudah tercakup dalam kalimat Bismillah. Itu adalah satu butir dari Keagungan Allah Jalla Wa Alla. Arrahman adalah limpahan Rahmat dan Anugerah kebahagiaan, kenikmatan untuk seluruh makhluk yang beriman, yang tidak beriman, yang baik, yang jahat diberi oleh Allah berupa kehidupan dunia. Dan Arrahim adalah Kasih Sayang Allah khusus untuk orang yang beriman yaitu dunia dan akhirat. Jadi seluruh kenikmatan yang pernah ada, pada hewan, tumbuhan, manusia, jin dan seluruh makhluk dan malaikat, mulai mereka dicipta hingga alam ini berakhir sudah ada dalam kalimat Arrahman Arrahim bahkan sampai kenikmatan yang abadi, semua ada dalam kalimat Arrahman Arrahim.
Kita baru bicara 3 kalimat, bagaimana dengan 6660 kalimat Alqur’anulkarim yang mencakup sedemikian agungnya. Sang Nabi berkata “Audzubikalimatillahittammah ..” Aku berlindung kepada Allah demi seluruh kalimat – kalimat Allah, (Alqur’anulkarim). Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa ini juga menurut sebagian ulama bermakna seluruh ketentuan Allah, seluruh takdir – takdir Allah, terpadu dalam kalimat Allah : “Audzubikalimatillahittammah..”. (lalu selanjutnya) “…min kulli syaithan wa hammah..” dari segala syaitan. Syaitan yang dhahir, syaitan yang batin. Syaitan yang batin menggoda jiwa kita, syaitan yang dhahir yang mengganggu, merasuki, sihir dan lain sebagainya. Itulah syaitan yang dhahir. Kalau yang batin gangguan kesurupan dan lain sebagainya.
“…min kulli syaithan wa hammatin..”. “Hammatin” Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan maknanya adalah semua racun, segala racun, apakah itu racun yang membunuh atau racun yang tidak membunuh. Jadi si anak bayi ini diminta perlindungan Allah dari racun – racun. Barangkali ia tidak tahu, ini masih kecil makan sesuatu yang meracuni dirinya atau diracun orang lain maka ia terjaga dari racun. “..wa min kulli a’inin lammah” dan dari segala hal – hal yang membawa kerusakan akal. Apakah itu beruapa gila atau berupa hal – hal yang bersifat kerusakan jiwa dan akal terlindungi oleh kalimat ini. Yang mengucapkan kepada bayinya atau anaknya maka ia telah mengucapkan kalimat yang telah melindungi Sayyidina Hasan wa Husein radiyallahu anhuma hingga dalam keridhaan Illahi sehingga keduanya menjadi 2 pemuda pemimpin ahli surga. Dan tentunya kalimat ini bukan pertama kalinya diucapkan oleh Sang Nabi saw tapi kalimat ini adalah ucapan Nabiyullah Ibrahim untuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq yang keduanya kemudian menjadi orang – orang yang mulia dan suci. Terjaga dari penyakit akal, terjaga dari segala godaan syaitan, terjaga daripada segala hal yang munkar. Dengan ucapan inilah Nabi Ismail alaihissalam menjadi manusia yang mulia dengan doa keagungan kalimat – kalimat Ilahi.
Yang kemudian dari keturunan Nabi Ismail, muncullah Sayyidina Muhammad Saw, Sayyidatuna Fatimah Azzahra (putri Nabi Muhammad Saw) dan keturunannya Sayyidina Hasan wa Husein, dan selanjutnya dari para Habaib dan Akramin. Demikian agungnya kalimat ini, yang tampaknya hal yang sangat remeh tapi kalau kita buka inilah rahasia Rahmatnya Allah yang muncul dengan kebangkitan Sayyidina Muhammad Saw. Maka kita membaca kalimat ini sering – sering bukan dari kalimat haditsnya (saja) tapi dari kalimat “Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli a’inin lammah”. Jadi Nabi saw mengajari, mendoakan, melindungi Sayyidina Hasan wa Husein dengan doa in iagar terlindungi daripada racun, daripada sihir dan lain sebagainya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya tuntunan Nabi kita Rasulullah Saw, manusia yang paling sempurna hingga tuntunan beliau. Ucapan Nabi Ibrahim itu berapa ribu tahun sebelum Nabi Muhammad Saw. Nabi Isa saja 600 tahun sebelum Nabi Muhammad saw. Ini Nabi Isa jauh kepada Nabi Musa, Nabi Musa jauh lagi keatas kepada Nabi Ibrahim alaihis salam. Mungkin 4000 – 5000 tahun. Namun ucapan itu tetap ada karena diajari oleh Yang Maha Ada. Generasi boleh berubah tapi Allah tetap ada, kalimat agung barangkali sudah dilupakan tapi kemudian muncul lagi (misalnya) 5000 tahun kemudian dan atau sekian tahun kemudian. terbuka lagi rahasia kemuliaan itu, dimunculkan lagi di masa Nabiyyuna Muhammad Saw. Kalimat ribuan tahun yang lalu, Rasulullah Saw diberi tahu oleh Allah “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq..” ayah nenek moyang kalian dahulu (Nabi Ibrahim) membacakan doa ini untuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka muncullah kota Makkah dari keberkahan Nabiyullah Ibrahim dan Nabi Ismail dan kesabaran istrinya Nabiyullah Ibrahim alaihis salam. Hingga dibangun kembali Ka’bah yang sudah runtuh dan jadilah kota Makkah sebagaimana yang telah saya sampaikan beberapa waktu yang lalu mengenai sejarah kota Makkah.
Dan tentunya di masa Nabi saw, Rasul saw ketika naik ke atas gunung Uhud sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw ketika naik ke atas gunung uhud seraya berkata “hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh” gunung ini mencintai kita, (mencintai aku) dan kita mencintai gunung ini. Kita bayangkan gunung uhud yang tidak bisa bersuara, tidak bisa bergerak atau berbuat apa – apa tapi gunung itu gema cintanya dari perasaan batu itu terbaca dan tergema pada sanubari Sayyidina Muhammad Saw.
Beliau saw merasakan cintanya gunung itu kepada beliau saw seraya berkata “inna hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh” dan kita juga menjawab cintanya dan aku mencintainya pula, kata Rasul saw. Gunung batu itu ternyata mempunyai perasaan, semua batu, semua butir, semua debu berfikir kepada Allah sebagaimana firman Allah “yusabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh” bertasbih kepada Allah semua apa yang ada dilangit dan di bumi. Akan tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Walaakin laa tafqahuuna tasbiihahum” kalian tidak memahami tasbih dan dzikir mereka. QS. Al Israa’ : 44. Alam semesta ini terus bergemuruh mensucikan Nama Allah karena dicipta oleh Allah termasuk butiran sel tubuh kita. Tinggal jiwa kita yang sepi dari dzikirullah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Hingga Rasul saw berkata “hadza uhud jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh, allahumma inna Ibrahima harrama makkah wa ana uharrimu maa bayna laabatayhaa” wahai Allah, Nabi Ibrahim sudah menjadikan kota Makkah sebagai kota haram (kota suci), maka aku menjadikan pula dan meminta kepada-Mu agar Kau jadikan Madinah ini kota suci. Maka jadilah kota Madinah pun kota suci. “Inniy uharrimu maa bayna labatayhaa” (yaitu) ini diantara 2 bukit ini, kata Rasul, yaitu (yang diantara dua bukit) Madinah Al Munawwarah adalah kota suci.
Sehingga dalam riwayat lainnya, Rasul saw bersabda “Allahumma habbib ilaynal Madinah kahubbina Makkah awa asyadd” wahai Allah jadikan kami mencintai kota Madinah dan jadikan kami mencintainya seperti kami mencintai Makkah atau lebih dari mencintai kota Makkah. Demikian riwayat Shahih Bukhari.
Disini terdapat ikhtilaf para ulama, mana kota yang lebih mulia? Madinah atau Makkah. Sebagian mengatakan Madinah lebih mulia karena Nabi Ibrahim as adalah dibawah panji kepemimpinan Sayyidina Muhammad Saw. Nabiyullah Ibrahim menjadikan kota Makkah sebagai kota suci, Nabi Muhammad Saw menjadikan Madinah sebagai kota suci. Tentunya lebih tinggi derajat Sayyidina Muhammad Saw. Karena beliau Sayyidul Awwalin wa Akhirin yaumal qiyamah (beliau saw pemimpin seluruh manusia yang pertama dan terakhir di hari kiamat *shahih Bukhari). (yaitu) Nabi kita Muhammad Saw. Namun pendapat yang mengatakan kota Makkah lebih afdhal karena kota Makkah juga tanah kelahiran Sayyidina Muhammad Saw. Jadi sudah ada Nabiyullah Ibrahim, jadi kota itu pula tanah kelahiran Sang Nabi saw, kota Madinah tanah wafat Sang Nabi saw dan Masjid Al Aqsa adalah tempat tanah Isra Mi’rajnya Sang Nabi saw. Ketiga tempat itu adalah tempat suci, namun Masjid Al Aqsa dan Baitul Maqdis dan kota Makkah sudah menjadi kota suci sebelum Sang Nabi saw lahir. Namun kota Madinah baru menjadi kota suci di masa Nabiyyuna Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itulah, rahasia kemuliaan tuntunan Ilahi sampai kepada hamba – hambaNya melalui tuntunan Sang Nabi saw dan setelah wafatnya Sang Nabi saw, rahasia kemuliaan, keberkahan dan kesejahteraan dan kebahagiaan terwariskan kepada para Muhajirin dan Anshar dan diteruskan dari zaman ke zaman. Rahasia keberkahan dan kesejahteraan itu bisa sampai kepada mereka walaupun mereka dalam keadaan yang tidak beriman. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika para sahabat keluar berdakwah ke satu wilayah dan di wilayah itu ada 1 suku (musyrikin) yang mana kepala sukunya sedang sakit maka mereka berkata “kalian ini bisa tidak mengobati kepala suku kami , barangkali bisa mengobati?” tentunya mereka diluar Islam, mereka belum mengenal Islam. Namun para sahabat yang memang ingin mengenalkan Islam saling pandang satu sama lain. Akhirnya mereka membacakan surah Al Fatihah di air. Dari sinilah banyak riwayat Shahih Bukhari lainnya bahwa Rasul saw memperbolehkan mengobati dengan air yang didoakan.
Demikian terbukti Rasul saw melakukannya dan para sahabat melakukannya bahkan memberikannya kepada yang non muslim. Menunjukkan hubungan antara muslim dengan yang diluar Islam harus selalu baik secara Islam, secara syari’ah wajib bagi setiap muslim berhubungan baik dengan yang diluar Islam kecuali mereka yang memerangi muslimin maka diizinkan untuk membela diri, maka dengan senjata sekalipun diizinkan, demi untuk membela diri. Tapi selain dari itu, kita mengenal Nabi kita Muhammad Saw baik terhadap musuh dan yang diluar Islam bahkan para sahabat mengobati kepala suku itu, membacakan di air surah Al Fatihah lalu diberikan kepada orang itu dan diminumkan kepada kepala sukunya dan langsung sembuh. (diantara) Mereka masuk Islam, sebagian tidak masuk Islam. Para Sahabat diberilah hadiah berupa seekor kambing, maka dibawa kepada Rasul saw. Sahabat sudah ingin menyembelih dan memakannya tapi mereka saling bertanya “nanti dulu, jangan dimakan dulu, hadiah dari mendoakan seperti ini boleh tidak? (juga hadiah dari non muslim) tanya dulu pada Rasul?” Maka ketika ditanyakan kepada Rasul, Rasul tersenyum gembira dan berkata “boleh sembelih dan berikan aku sebagian darinya”. Al Imam Ibn Hajar berkata bukan Rasul saw ingin daripada bagian itu tapi Rasul ingin menghilangkan syak wasangka daripada pribadi para sahabat terhadap barang pemberian (hadiah itu).
Hadirin – hadirat, demikian indah dan agungnya keberkahan dari bibir orang yang beriman membacakan surah Al Fatihah di air bisa menyembuhkan bahkan kepada yang diluar Islam. Ternyata hal itu terbukti secara ilmiah bahwa air bereaksi pada ucapan (orang) yang ada di depannya. Air itu berubah dan bereaksi dengan getaran jiwa orang yang dihadapannya. Apakah dengan tulisan atau dengan ucapan. Air yang dihadapannya di caci – maki, diperdengarkan ucapan – ucapan emosi maka dilihat dalam skala tertentu pada mikroskop maka akan terlihat bahwa air itu berubah menjadi buruk bentuknya. Demikian ucapan Prof. Masaru Emoto dari Jepang. Dan ia berkata jika diucapkan dari ucapan orang yang baik, ucapan yang polos, ucapan terima kasih, pujian, ia (prof tsb) tidak mengenal Islam hingga ia tidak berkata hanya doa saja ucapan yang baik. Tentunya doa lebih baik lagi karena merupakan kalimat – kalimat Allah tentunya. Maka air itu jika dilihat dengan skala tertentu berubah bentuknya menjadi indah. Air itu bereaksi dengan getaran jiwa. Hadirin – hadirat, lebih – lebih lagi kalimat Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi, Maha Suci Allah Swt yang telah memuliakan kita untuk hadir di majelis agung ini di dalam rahasia kemuliaan Allah Yang Maha Tinggi. Maha Tinggi Keluhurannya bukan dengan jarak dan bukan dengan ukuran tapi Maha Tinggi dengan ketinggian yang abadi mengungguli segala keunggulan karena bersumber darinya segalanya keluhuran.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang sahabat yang saling percaya karena Allah, Kita berbicara seputar Keagungan Allah dari mulai kalimat – kalimat doa yang menyelamatkan anak – anak kita barangkali bisa dibaca juga untuk kita tentunya boleh. Doa tadi yang dituliskan di hadits sampai membuka keselamatan kita dari segala gangguan syaitan, sihir, racun dan segala – galanya daripada penyakit – penyakit lainnya. Ini seringlah diulang – ulang untuk diri kita, untuk anak kita dan untuk keturunan kita.
Hadirin – hadirat, lantas kita berbicara tentang keagungan surah Al Fatihah dan keagungannya dibacakan kepada orang yang sakit, lalu kita berbicara tentang air yang bereaksi tapi tentunya bukan hanya air tapi alam semesta ini bereaksi dengan getaran jiwa. Karena apa? Karena jiwa yang beriman, jiwa yang suci dengan Nama Allah merubah keadaan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika dua sahabat bertemu dan berkata “aku ingin pinjam uang padamu sebesar 1000 dinar” maka sahabatnya punya uang dan berkata “iya, aku setuju”. Jaminannya apa? “Jaminannya Allah”. Maka orang yang punya uang juga orang yang cinta kepada Allah, maka ia berkata “ya sudah jaminannya Allah, tapi saksinya siapa?” temannya berkata “saksinya Allah” jadi dengan saksi, jangan tanpa saksi ia berkata “saksinya Allah”. Sekarang batin ini orang yang sangat cinta kepada Allah ini berkata “saksi manusia saja saya terima apalagi saksinya Allah” maka ia pun memberikan uang 1000 dinar. “kapan mau dikembalikan?” “tanggal anu, hari anu” lalu ia memberikan 1000 dinar. Sampai waktu yang sudah mulai ditentukan. Temanku tadi pergi menyeberangi laut, ia datang hampir tepat waktunya berdiri di pinggir laut, sepertinya tidak ada kapal yang merapat. “ia belum datang”. Dalam hatinya ia berkata “wahai Allah salahkah aku percaya engkau sebagai penjamin dan salahkah aku wahai Allah jika aku percaya engkau sebagai saksi?”. Temannya disana rupanya sudah siap pulang, namun disana tidak bisa menyeberang karena tidak ada kapal yang menyeberang ke pulau itu. “wahai Allah salahkah aku sudah mengambil engkau sebagai penjamin dan menjadikan engkau sebagai saksi? Aku sudah berbuat seperti ini?” maka ia pun memasukkan uangnya kedalam kayu kemudian menutupnya dan mengikatnya serta menuliskan surat didalamnya yang kemudian menghanyutkannya ke air. “wahai Allah yang sudah kuambil saksi dan sebagai jaminan, kuberikan dan kutitipkan kepada-Mu”. Maka orang itu menunggu, sudah harinya, tanggalnya, tidak ada sesuatu (kapal atau perahu) yang datang. Kapal (tak ada) apalagi manusia, namun ia melihat sepotong kayu yang menarik perhatiannya. Ini kayu jangan – jangan dari potongan perahu, barangkali ada yang kecelakaan. Ia mengambil kayu itu ternyata terikat, dibuka ikatannya, surat dari temannya (dan uang berisi 1000 dinar) bahwa aku sudah jadikan Allah sebagai penjamin dan saksi. Entah Allah menyampaikannya atau tidak, aku pasrahkan kepada Allah tepat pada waktunya. Demikian jiwa yang bertawakal kepada Yang Maha Mengatur segala keadaan.
Hadirin – hadirat, tentunya barangkali (sebagian dari) kita belum mampu mencapai derajat seperti ini. Paling tidak kita mendengar kejadian seperti ini sebagai penyejuk jiwa bahwa Yang Maha Ada tetap ada, Yang Maha Berkuasa tetap berkuasa, Dia akan melihat segala kejadian dan menjadikan segala kesulitan kita penghapus dosa dan mengangkat derajat kita.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu kita lihat kejadian tsunami yang belum lama, lalu di situ gintung, masjid tidak runtuh juga. Masjid itu perlu diperdalami, apa sejarahnya, masjid itu pasti bekas ada orang shalih (atau dahulu banyak orang shalih di masjid itu) disitu yang pernah melakukan ibadah sehingga masjid itu menjadi benteng dari musibah hingga runtuh wilayah lainnya dan masjid ini tidak disentuh air. Hadirin – hadirat, sudah terjadi di Aceh, terjadi lagi dan lagi di banyak wilayah, menunjukkan Allah ingin menyempaikan pesan kepada penduduk bumi bahwa permukaan bumi masih milik-Ku, kata Allah. Seakan ada pesan bahwa setiap jengkal di permukaan bumi yang Ku-kehendaki sampai padanya musibah akan sampai musibah dan setiap jengkal bumi yang tidak Ku-kehendaki tidak terkena musibah tidak akan disentuh musibah. Tsunami sebesar apapun, koq bias air sedahsyat itu mengenali pagar – pagar masjid.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikianlah daripada rahasia keagungan Ilahi. Ada hal yang ingin saya sampaikan dari pertanyaan yang muncul pada saya tentang petasan di maulid, majelis maulid. Apakah hal itu bertentangan dengan sya’riah?. Hal seperti itu mubah karena ada dalil penguatnya tapi terikat kepada situasi dan kondisinya.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang dari kaum wanita anshar sedang meniup seruling dan disaat itu ada Rasul saw sedang menutup dirinya dengan selimut. Datang Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq, disitu ada istrinya Rasul saw yaitu Sayyidatuna Aisyah radiyallahu anha. Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq datang dan menghardik “di tempat seperti ini, dirumahnya Rasulullah kalian buat keributan, sana jangan bikin keributan disini ini tempatnya Rasulullah..!”. Maka Rasul saw keluar dari dalam selimut dan berkata “wahai Abu Bakar sudah diamkan saja, inikah hari ied (hari raya)”. Padahal hari itu bukan hari raya tapi hari Mina, bukan hari idul adha bukan hari idul fitri. Maka menunjukkan ucapan Rasul saw “ini hari raya” maksudnya hari Mina juga hari kegembiraan. Maka tentunya munasabah – munasabah yang padanya terdapat syiar Islam boleh saja dipakai sesuatu yang untuk lebih mensyiarkan Islam berupa mercon (petasan) misalnya. Tapi dilihat apakah mengganggu wilayah sekitar atau tidak. Kalau tidak mengganggu masyarakat memang suka begitu maka tentunya ada dalilnya sebagaimana yang saya sebutkan riwayat Shahih Bukhari, (dan jelas pada shahih Bukhari dijelaskan bahwa itu bukan hari Idul fitr dan idul adha, tapi hari Mina) Tapi kalau seandainya masyarakat tidak suka dan mengganggu masyarakat maka jangan dilakukan. Kalau saya pribadi tentunya bagi saya kalau di majelis taklim tidak pakai mercon karena majelis taklim, tapi kalau majelis tahunan mau untuk juga syiar masyarakat sekitar, boleh – boleh saja tapi jangan terlalu banyak, (demikian) kalau bagi pribadi saya. Kalau terlalu banyak mengganggu banyak orang, asapnya (mungkin) mengganggu, dan saya juga terganggu karena saya punya penyakit asma.
Hadirin – hadirat, oleh sebab itu yang saya sampaikan himbauan pertanyaan tentang petasan di acara – acara maulid atau munasabah Islam, bagaimana hukumnya? Hukumnya secara ringkas dalil shahih dari Shahih Bukhari bahwa berbuat sesuatu untuk mensyiarkan hari raya diperbolehkan walaupun bukan hari idul fitri atau hari idul adha. Dan gembira atas hari kelahiran Sang Nabi saw adalah tentunya kelahiran beliau mengawali semua hari raya ada dalilnya, tapi dilihat kondisinya? Masyarakat sekitar suka atau tidak? kalau terganggu jangan dipakai karena mengganggu orang, (maka akan) terkena dosa juga kita (dosa mengganggu orang lain). Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, jadi hukumnya terlihat kepada kondisinya. Bisa berubah dari mubah menjadi sunnah, atau berubah menjadi makruh atau berubah menjadi haram. Dilihat dengan kondisinya. Demikian hadirin – hadirat.
Alhamdulillah acara kita di Istiqlal sukses dan Guru Mulia kita gembira dan saya memohon maaf kepada jamaah dan semua hadirin – hadirat yang hadir di Istiqlal penyampaian saya barangkali tidak sampai kesemua yang hadir di Istiqlal. Dan disampaikan lewat website dan akan dimunculkan juga. Tentunya saya mohon maaf kalau ada hal – hal yang sifatnya kekurangan dari protokoler yang terjadi di masjid Istiqlal, hal itu tentunya semua demi kemajuan dakwah kita, demi bersatunya ulama dan umara, dan tentunya masyarakat muslimin – muslimat bersatu dalam doa dan Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh, beliau mengatakan bahwa “acara mulia itu (yang di Istiqlal) membawa kabar gembira bagi negeri ini, semoga membawa kemakmuran bagi kita dan munculnya sebab berkumpulnya kita di Istiqlal hari ahad yang lalu. Semoga Allah jadikan gerbang kebahagiaan kedamaian.
Wahai Allah Yang Maha Menjaga rahasia ribuan tahun, rahasia kebahagiaan Kau jaga dan Kau munculkan kembali, maka munculkan kebahagiaan di hari – hari kami, bagi bangsa kami dan negeri kami, bagi seluruh muslimin – muslimat. Ya Allah pandanglah jiwa kami, pandanglah sanubari kami, wahai Yang Maha terang – benderang, Cahaya yang terang – benderangnya tidak terbaca oleh pandangan mata tapi menerangi jiwa maka terangilah jiwa kami, terangilah siang dan malam kami, wahai Yang Menerangi hari senin, wahai Yang Menerangi tiap hari sepanjang minggunya, wahai Cahaya Penerang sepanjang jalan (kehidupan), wahai Yang Maha Menerbitkan matahari dan bulan, terbitkan dalam jiwa kami cahaya keindahan-Mu, terbitkan dalam jiwa kami cahaya kerinduan kehadirat-Mu, terbitkan dalam jiwa kami keinginan dari cahaya taubat, cahaya istighfar, cahaya yang membuat kami jauh dari kemunkaran dan perbuatan yang hina, cahaya yang membuat kami selalu ingin berbuat baik, cahaya yang membuat kemakmuran dunia dan akhirat, wahai Yang Mengajari kami doa meminta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Semoga terang – benderang jiwa kita dengan kebahagiaan, ketenangan, kemuliaan. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram. Kita teruskan acara dengan doa bersama mendoakan muslimin – muslimat sebagaimana disabdakan Nabi kita Muhammad Saw, riwayat Shahih Muslim “barangsiapa yang berdoa untuk saudara muslimnya maka Allah perintahkan malaikat untuk mengatakan amin walaka mitsluh (amin dan untukmu balasan sebagaimana doamu untuk saudaramu)”. Orang yang mendoakan muslimn – muslimat maka akan sampai kepadanya seluruh kemuliaan dari seluruh jamaah dari seluruh muslimin – musimat di Barat dan Timur yang hidup saat ini dan yang akan hidup kelak sampai kemuliaannya kepada kita. Mari kita berdoa bersama – sama.
Habib Munzir Almusawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar