Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila dipancarkan".
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (Al Qur'an, 53:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur'an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.
Rahmat Karunia ALLAH SWT dan Syafaat dan Salam dari Rasulullah saw dan Keluarganya beserta para shahabatnya serta keberkahan dan karomah dari para Kekasih ALLAH (para Nabi, para Waliyullah dan para Malaikat ALLAH) tercurah tuk kita semua sebagai ummat-Nya
25 Juni, 2009
Cara Tidurnya Rasulullah Muhammad SAW
“Seandainya manusia tidak mendapatkan nikmat tidur, boleh jadi manusia akan menjadi makhluk yang paling buruk dan menderita di dunia”, benarkah demikian?
Salah satu hak yang harus dipenuhi oleh tubuh dan mata adalah tidur. Tidur merupakan salah satu bentuk nikmat Allah swt yang tiada terkira nilainya. Adanya nikmat tidur yang dianugerahkan Allah swt telah memberikan banyak hal kepada manusia. Entah bagaimana jadinya jika Allah swt tidak menganugerahi manusia dengan nikmat tidur tersebut, boleh jadi manusia akan menjadi makhluk yang paling buruk dan menderita di dunia.
Coba saja bayangkan bagaimana jika kita tidak tidur selama sebulan saja. Otak kita terus berputar memikirkan dan terpikirkan berbagai macam permasalahan, tanpa istirahat. Hati tidak pernah berhenti merasakan panasnya kehidupan, marah, sedih, kecewa, semuanya terus menumpuk tanpa jeda. Mungkin wajah kita akan tampak pucat, kusut, mata merah dan cekung, pipi kempot, badan kurus kering, lemah dan tanpa gairah, atau bahkan jadi suka marah-marah. Dari segi jasmani maupun kejiwaan, bukankah itu termasuk gambaran manusia yang sangat buruk dan menderita?
Untuk itulah, maka tidur ini merupakan nikmat yang sudah sepatutnya senantiasa di syukuri oleh seluruh manusia di muka bumi ini. Namun yang menjadi permasalahan adalah, bagaimanakah seharusnya manusia mensyukuri nikmat tidur tersebut?
Salah satu cara untuk mensyukuri nikmat tidur yaitu dengan cara menunaikannya dengan baik dan benar. Mengerjakan segala aspek yang berkaitan dengan nikmat tidur dengan baik, mulai dari ketika hendak tidur sampai setelah bangun tidur. Dan untuk itu semua, pemimpin seluruh umat muslim di dunia, Rasulullah Muhammad saw telah memberikan banyak keterangan yang jelas mengenai bagaimanakah seharusnya umat muslim memperlakukan nikmat tidur yang telah dianugerahkan Allah swt kepadanya. Rasulullah Muhammad saw senantiasa memperlakukan tidur dengan etika yang baik. Rasulullah Muhammad saw tidak pernah tidur, keduali dengan disertai etika tidur yang baik.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)
Sebagai suri teladan yang baik, Rasulullah Muhammad saw telah banyak memberikan contoh bagaimana tata cara tidur yang baik. Berikut beberapa etika tidur yang sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw:
1. Berwudhu ketika akan tidur
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)
Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan".
2. Membaca doa akan tidur
Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, "Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, "Alhamdulillahillaji ahyana ba'da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim)
Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdoa: Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)
Hudzaifah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, maka beliau berdoa: Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa (Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mat dan aku hidup). Dan jika bangun dari tidurnya beliau berdoa: Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan daku kembali setelah mematikan daku, dan kepada-Nya tempat kembali).” (HR. At Tarmidzi)
Dari Al Barra' bin Azib ra berkata, "Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: "Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja'tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus." (HR. Bukhari)
3. Miring ke sebelah kanan
Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad saw yang artinya: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan".
4. Meletakkan tangan di bawah pipi sebelah kanan
“Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
5. Membaca surat surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas
Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)
6. Tidurlah di awal malam
“Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq 'Alaih)
“Bahwasanya Rasulullah Muhammad saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))
7. Tidak tidur dengan posisi telungkup (tengkurap)
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)
8. Berdoa ketika bangun tidur
Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, "Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, "Alhamdulillahillaji ahyana ba'da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim)
9. Mengusap Bekas tidur
“Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” (HR. Muslim No. 763 (182)
10. Beristinsyaq, beristintsaar dan bersiwak ketika bangun tidur
“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)
Beristinsyaq dan beristintsaar adalah menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan kembali air dari hidung.
“Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)
Demikianlah Rasulullah Muhammad saw menunaikan hak-hak tidur yang telah diberikan Allah swt kepadanya. Dan sebagai umat Islam yang beriman kepada Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw, maka sudah sepatutnya umat muslim menunaikan nikmat tidur tersebut sebagaimana yang telah dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw.
Wallahua'lam
Salah satu hak yang harus dipenuhi oleh tubuh dan mata adalah tidur. Tidur merupakan salah satu bentuk nikmat Allah swt yang tiada terkira nilainya. Adanya nikmat tidur yang dianugerahkan Allah swt telah memberikan banyak hal kepada manusia. Entah bagaimana jadinya jika Allah swt tidak menganugerahi manusia dengan nikmat tidur tersebut, boleh jadi manusia akan menjadi makhluk yang paling buruk dan menderita di dunia.
Coba saja bayangkan bagaimana jika kita tidak tidur selama sebulan saja. Otak kita terus berputar memikirkan dan terpikirkan berbagai macam permasalahan, tanpa istirahat. Hati tidak pernah berhenti merasakan panasnya kehidupan, marah, sedih, kecewa, semuanya terus menumpuk tanpa jeda. Mungkin wajah kita akan tampak pucat, kusut, mata merah dan cekung, pipi kempot, badan kurus kering, lemah dan tanpa gairah, atau bahkan jadi suka marah-marah. Dari segi jasmani maupun kejiwaan, bukankah itu termasuk gambaran manusia yang sangat buruk dan menderita?
Untuk itulah, maka tidur ini merupakan nikmat yang sudah sepatutnya senantiasa di syukuri oleh seluruh manusia di muka bumi ini. Namun yang menjadi permasalahan adalah, bagaimanakah seharusnya manusia mensyukuri nikmat tidur tersebut?
Salah satu cara untuk mensyukuri nikmat tidur yaitu dengan cara menunaikannya dengan baik dan benar. Mengerjakan segala aspek yang berkaitan dengan nikmat tidur dengan baik, mulai dari ketika hendak tidur sampai setelah bangun tidur. Dan untuk itu semua, pemimpin seluruh umat muslim di dunia, Rasulullah Muhammad saw telah memberikan banyak keterangan yang jelas mengenai bagaimanakah seharusnya umat muslim memperlakukan nikmat tidur yang telah dianugerahkan Allah swt kepadanya. Rasulullah Muhammad saw senantiasa memperlakukan tidur dengan etika yang baik. Rasulullah Muhammad saw tidak pernah tidur, keduali dengan disertai etika tidur yang baik.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)
Sebagai suri teladan yang baik, Rasulullah Muhammad saw telah banyak memberikan contoh bagaimana tata cara tidur yang baik. Berikut beberapa etika tidur yang sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw:
1. Berwudhu ketika akan tidur
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)
Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan".
2. Membaca doa akan tidur
Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, "Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, "Alhamdulillahillaji ahyana ba'da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim)
Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdoa: Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)
Hudzaifah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, maka beliau berdoa: Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa (Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mat dan aku hidup). Dan jika bangun dari tidurnya beliau berdoa: Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan daku kembali setelah mematikan daku, dan kepada-Nya tempat kembali).” (HR. At Tarmidzi)
Dari Al Barra' bin Azib ra berkata, "Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: "Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja'tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus." (HR. Bukhari)
3. Miring ke sebelah kanan
Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad saw yang artinya: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan".
4. Meletakkan tangan di bawah pipi sebelah kanan
“Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
5. Membaca surat surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas
Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)
6. Tidurlah di awal malam
“Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq 'Alaih)
“Bahwasanya Rasulullah Muhammad saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))
7. Tidak tidur dengan posisi telungkup (tengkurap)
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)
8. Berdoa ketika bangun tidur
Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, "Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, "Alhamdulillahillaji ahyana ba'da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim)
9. Mengusap Bekas tidur
“Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” (HR. Muslim No. 763 (182)
10. Beristinsyaq, beristintsaar dan bersiwak ketika bangun tidur
“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)
Beristinsyaq dan beristintsaar adalah menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan kembali air dari hidung.
“Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)
Demikianlah Rasulullah Muhammad saw menunaikan hak-hak tidur yang telah diberikan Allah swt kepadanya. Dan sebagai umat Islam yang beriman kepada Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw, maka sudah sepatutnya umat muslim menunaikan nikmat tidur tersebut sebagaimana yang telah dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw.
Wallahua'lam
05 Juni, 2009
Dalil Nagli : Shalat Qabliyah Jum’at
Shalat qabliyah jumat hukumnya sunnah. Orang yang mengerjakannya akan mendapat pahala dan tidak berdosa orang yang meninggalkannya. Kesunatan ini berdasarkan hadis-hadis shahih, bukan hadits dhoif sebagaimana yang diduga oleh segelintir Orang.
A. Hadis-hadis yang menerangkan Shalat Qabliyah Jum’at
1. Hadits Riwayat Abu dawud
“Dari Ibnu Umar Ra. Bahwasanya ia senantiasa memanjangkan shalat qabliyah jum’at. Dan ia juga melakukan shalat ba’diyyah jumat dua rekaat. Ia menceritakan bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa melakukan hal demikian”. (Nailul authar III/313).
Penilaian para muhadditsin terhadap hadist ini adalah :
Berkata Imam Syaukani: “Menurut Hafiz al-iraqi, hadits Ibnu umar itu isnadnya Sahih”.
Hafiz Ibnu Mulqin dalam kitabnya yang berjudul Ar-risalah berkata :”Isnadnya sahih tanpa ada keraguan”.
Imam Nawawi dalam Al-Khulashah mengatakan : ‘Hadits tersebut shohih menurut persyaratan Imam Bukhori. Juga telah dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam shohihnya’.
2. Hadits Riwayat Ibnu Majah
“Dari Abu Hurairah dan Abu Sufyan dari Jabir, keduanya berkata : Telah dating Sulaik al-Ghathfani ketika rasulullah tengah berkhutbah. Lalu Nabi bertanya kepadanya : “Apakah engkau sudah shalat dua rekaat sebelum dating kesini?” Dia mejawab : Belum. Nabi Saw. Bersabda: “Shalatlah kamu dua rekaat dan ringkaskanlah shalatmu” (Nailul Authar III/318).
Jelas sekali dalam hadits ini bagaimana Rasulallah saw. menganjurkan (pada orang itu) shalat sunnah qabliyyah jum’at dua raka’at sebelum duduk mendengarkan khutbah. Juga dalam menerangkan hadits ini Syeikh Syihabuddin al-Qalyubi (wafat 1070H) mengatakan; bahwa hadits ini nyata dan jelas berkenaan dengan shalat sunnah qabliyah jum’at, bukan shalat tahiyyatul masjid. Hal ini dikarenakan tahiyyatul masjid tidak boleh dikerjakan dirumah atau diluar masjid melainkan harus dikerjakan di masjid.
Syeikh Umairoh berkata: Andai ada orang yang mengatakan bahwa yang disabdakan oleh Nabi itu mungkin sholat tahiyyatul masjid, maka dapat dijawab “Tidak Mungkin”. Sebab shalat tahiyyatul masjid tidak dapat dilaku- kan diluar masjid, sedangkan nabi saw. (waktu itu) bertanya; Apakah engkau sudah sholat sebelum (dirumahnya) datang kesini ? (Al-Qalyubi wa Umairoh 1/212).
Begitu juga Imam Syaukani ketika mengomentari hadits riwayat Ibnu Majah tersebut mengatakan dengan tegas :
Sabda Nabi saw. ‘sebelum engkau datang kesini’ menunjukkan bahwa sholat dua raka’at itu adalah sunnah qabliyyah jum’at dan bukan sholat sunnah tahiyyatul masjid“.(Nailul Authar III/318)
Mengenai derajat hadits riwayat Ibnu Majah itu Imam Syaukani berkata ; ‘Hadits Ibnu Majah ini perawi-perawinya adalah orang kepercayaan’. Begitu juga Hafidz al-Iraqi berkata: ‘Hadits Ibnu Majah ini adalah hadits shohih’.
3. Hadits riwayat Bukhori dan Muslim
“Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzanni, ia berkata; Rasulallah saw. bersabda: ‘Antara dua adzan itu terdapat shalat’”. Menurut para ulama yang dimaksud antara dua adzan ialah antara adzan dan iqamah.
Mengenai hadits ini tidak ada seorang ulamapun yang meragukan keshohih- annya karena dia disamping diriwayatkan oleh Bukhori Muslim juga diriwayat kan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dalam kitab Musnadnya. Dari hadits ini saja kita sudah dapat memahami bahwa Nabi saw. menganjurkan supaya diantara adzan dan iqamah itu dilakukan sholat sunnah dahulu, termasuk dalam katergori ini sholat sunnah qabliyah jum’at. Tetapi nyatanya para golongan pengingkar tidak mengamalkan amalan sunnah ini karena mereka anggap amalan bid’ah.
4. Riwayat dalam sunan Turmudzi II/18:
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya beliau melakukan shalat sunnah qabliyah jum’at sebanyak empat raka’at dan sholat ba’diyah (setelah) jum’at sebanyak empat raka’at pula”.
Abdullah bin Mas’ud merupakan sahabat Nabi saw. yang utama dan tertua, dipercayai oleh Nabi sebagai pembawa amanah sehingga beliau selalu dekat dengan nabi saw. Beliau wafat pada tahun 32 H. Kalau seorang sahabat Nabi yang utama dan selalu dekat dengan beliau saw. mengamal- kan suatu ibadah, maka tentu ibadahnya itu diambil dari sunnah Nabi saw.
Penulis kitab Hujjatu Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah setelah mengutip riwayat Abdullah bin Mas’ud tersebut mengatakan: “Secara dhohir (lahiriyah) apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Mas’ud itu adalah berdasarkan petunjuk langsung dari Nabi Muhammad saw.”
Dalam kitab Sunan Turmudzi itu dikatakan pula bahwa Imam Sufyan ats-Tsauri dan Ibnul Mubarak beramal sebagaimana yang diamalkan oleh Abdullah bin Mas’ud ( Al-Majmu’ 1V/10).
5. Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Thabrani:
“Dari Abdullah bin Zubair, ia berkata, Rasulallah saw. bersabda : ‘Tidak ada satupun sholat yang fardhu kecuali disunnahkan sebelumnya shalat dua raka’at’ “.
Menurut kandungan hadits ini jelas bahwa disunnahkan juga shalat qabliyyah jum’at sebelum sholat fardhu jum’at dikerjakan.
Mengenai derajat hadits ini Imam Hafidz as-Suyuthi mengatakan : ‘Ini adalah hadits shohih’ dan Ibnu Hibban berkata ; ‘Hadits ini adalah shohih’. Sedang- kan Syeikh al-Kurdi berkata: “Dalil yang paling kuat untuk dijadikan pegang- an dalam hal disyariatkannya sholat sunnah dua raka’at qabliyyah jum’at adalah hadits yang dipandang shohih oleh Ibnu Hibban yakni hadits Abdullah bin Zubair yang marfu’ (bersambung sanadnya sampai kepada Nabi saw.) yang artinya: ‘Tidak ada satupun shalat yang fardhu kecuali disunnahkan sebelumnya shalat dua raka’at’ “.
Demikianlah beberapa hadits yang shohih diatas sebagai dalil disunnah- kannya sholat qabliyyah jum’at.
B. Menurut Ulama ahli fiqih khususnya dalam madzhab Syafi’i
Sedangkan kesimpulan beberapa ulama ahli fiqih khususnya dalam madzhab Syafi’i tentang hukum sholat sunnah qabliyyah jum’at yang tertulis dalam kitab-kitab mereka ialah :
1. Hasiyah al-Bajuri 1/137 :
“Shalat jum’at itu sama dengan shalat Dhuhur dalam perkara yang disunnahkan untuknya. Maka disunnahkan sebelum jum’at itu empat raka’at dan sesudahnya juga empat raka’at”.
2. Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarah Muhazzab 1V/9 :
“Disunnahkan shalat sebelum dan sesudah jum’at. Minimalnya adalah dua raka’at qabliyyah dan dua raka’at ba’diyyah (setelah sholat jum’at). Dan yang lebih sempurna adalah empat raka’at qabliyyah dan empat raka’at ba’diyyah’.
3. Iqna’ oleh Syeikh Khatib Syarbini 1/99 :
“Jum’at itu sama seperti shalat Dhuhur.Disunnahkan sebelumnya empat raka’at dan sesudahnya juga empat raka’at”.
4. Imam Nawawi dalam Minhajut Thalibin :
“Disunnahkan shalat sebelum Jum’at sebagaimana shalat sebelum Dzuhur”.
Begitu juga masih banyak pandangan ulama pakar berbagai madzhab mengenai sunnahnya sholat qabliyyah jum’at ini.
Dengan keterangan-keterangan singkat mengenai kesunnahan sholat qabliyyah jum’at, kita akan memahami bahwa ini semua adalah sunnah Rasulallah saw., bukan sebagai amalan bid’ah. Semoga kita semua diberi hidayah oleh Allah swt.
A. Hadis-hadis yang menerangkan Shalat Qabliyah Jum’at
1. Hadits Riwayat Abu dawud
“Dari Ibnu Umar Ra. Bahwasanya ia senantiasa memanjangkan shalat qabliyah jum’at. Dan ia juga melakukan shalat ba’diyyah jumat dua rekaat. Ia menceritakan bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa melakukan hal demikian”. (Nailul authar III/313).
Penilaian para muhadditsin terhadap hadist ini adalah :
Berkata Imam Syaukani: “Menurut Hafiz al-iraqi, hadits Ibnu umar itu isnadnya Sahih”.
Hafiz Ibnu Mulqin dalam kitabnya yang berjudul Ar-risalah berkata :”Isnadnya sahih tanpa ada keraguan”.
Imam Nawawi dalam Al-Khulashah mengatakan : ‘Hadits tersebut shohih menurut persyaratan Imam Bukhori. Juga telah dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam shohihnya’.
2. Hadits Riwayat Ibnu Majah
“Dari Abu Hurairah dan Abu Sufyan dari Jabir, keduanya berkata : Telah dating Sulaik al-Ghathfani ketika rasulullah tengah berkhutbah. Lalu Nabi bertanya kepadanya : “Apakah engkau sudah shalat dua rekaat sebelum dating kesini?” Dia mejawab : Belum. Nabi Saw. Bersabda: “Shalatlah kamu dua rekaat dan ringkaskanlah shalatmu” (Nailul Authar III/318).
Jelas sekali dalam hadits ini bagaimana Rasulallah saw. menganjurkan (pada orang itu) shalat sunnah qabliyyah jum’at dua raka’at sebelum duduk mendengarkan khutbah. Juga dalam menerangkan hadits ini Syeikh Syihabuddin al-Qalyubi (wafat 1070H) mengatakan; bahwa hadits ini nyata dan jelas berkenaan dengan shalat sunnah qabliyah jum’at, bukan shalat tahiyyatul masjid. Hal ini dikarenakan tahiyyatul masjid tidak boleh dikerjakan dirumah atau diluar masjid melainkan harus dikerjakan di masjid.
Syeikh Umairoh berkata: Andai ada orang yang mengatakan bahwa yang disabdakan oleh Nabi itu mungkin sholat tahiyyatul masjid, maka dapat dijawab “Tidak Mungkin”. Sebab shalat tahiyyatul masjid tidak dapat dilaku- kan diluar masjid, sedangkan nabi saw. (waktu itu) bertanya; Apakah engkau sudah sholat sebelum (dirumahnya) datang kesini ? (Al-Qalyubi wa Umairoh 1/212).
Begitu juga Imam Syaukani ketika mengomentari hadits riwayat Ibnu Majah tersebut mengatakan dengan tegas :
Sabda Nabi saw. ‘sebelum engkau datang kesini’ menunjukkan bahwa sholat dua raka’at itu adalah sunnah qabliyyah jum’at dan bukan sholat sunnah tahiyyatul masjid“.(Nailul Authar III/318)
Mengenai derajat hadits riwayat Ibnu Majah itu Imam Syaukani berkata ; ‘Hadits Ibnu Majah ini perawi-perawinya adalah orang kepercayaan’. Begitu juga Hafidz al-Iraqi berkata: ‘Hadits Ibnu Majah ini adalah hadits shohih’.
3. Hadits riwayat Bukhori dan Muslim
“Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzanni, ia berkata; Rasulallah saw. bersabda: ‘Antara dua adzan itu terdapat shalat’”. Menurut para ulama yang dimaksud antara dua adzan ialah antara adzan dan iqamah.
Mengenai hadits ini tidak ada seorang ulamapun yang meragukan keshohih- annya karena dia disamping diriwayatkan oleh Bukhori Muslim juga diriwayat kan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dalam kitab Musnadnya. Dari hadits ini saja kita sudah dapat memahami bahwa Nabi saw. menganjurkan supaya diantara adzan dan iqamah itu dilakukan sholat sunnah dahulu, termasuk dalam katergori ini sholat sunnah qabliyah jum’at. Tetapi nyatanya para golongan pengingkar tidak mengamalkan amalan sunnah ini karena mereka anggap amalan bid’ah.
4. Riwayat dalam sunan Turmudzi II/18:
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya beliau melakukan shalat sunnah qabliyah jum’at sebanyak empat raka’at dan sholat ba’diyah (setelah) jum’at sebanyak empat raka’at pula”.
Abdullah bin Mas’ud merupakan sahabat Nabi saw. yang utama dan tertua, dipercayai oleh Nabi sebagai pembawa amanah sehingga beliau selalu dekat dengan nabi saw. Beliau wafat pada tahun 32 H. Kalau seorang sahabat Nabi yang utama dan selalu dekat dengan beliau saw. mengamal- kan suatu ibadah, maka tentu ibadahnya itu diambil dari sunnah Nabi saw.
Penulis kitab Hujjatu Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah setelah mengutip riwayat Abdullah bin Mas’ud tersebut mengatakan: “Secara dhohir (lahiriyah) apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Mas’ud itu adalah berdasarkan petunjuk langsung dari Nabi Muhammad saw.”
Dalam kitab Sunan Turmudzi itu dikatakan pula bahwa Imam Sufyan ats-Tsauri dan Ibnul Mubarak beramal sebagaimana yang diamalkan oleh Abdullah bin Mas’ud ( Al-Majmu’ 1V/10).
5. Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Thabrani:
“Dari Abdullah bin Zubair, ia berkata, Rasulallah saw. bersabda : ‘Tidak ada satupun sholat yang fardhu kecuali disunnahkan sebelumnya shalat dua raka’at’ “.
Menurut kandungan hadits ini jelas bahwa disunnahkan juga shalat qabliyyah jum’at sebelum sholat fardhu jum’at dikerjakan.
Mengenai derajat hadits ini Imam Hafidz as-Suyuthi mengatakan : ‘Ini adalah hadits shohih’ dan Ibnu Hibban berkata ; ‘Hadits ini adalah shohih’. Sedang- kan Syeikh al-Kurdi berkata: “Dalil yang paling kuat untuk dijadikan pegang- an dalam hal disyariatkannya sholat sunnah dua raka’at qabliyyah jum’at adalah hadits yang dipandang shohih oleh Ibnu Hibban yakni hadits Abdullah bin Zubair yang marfu’ (bersambung sanadnya sampai kepada Nabi saw.) yang artinya: ‘Tidak ada satupun shalat yang fardhu kecuali disunnahkan sebelumnya shalat dua raka’at’ “.
Demikianlah beberapa hadits yang shohih diatas sebagai dalil disunnah- kannya sholat qabliyyah jum’at.
B. Menurut Ulama ahli fiqih khususnya dalam madzhab Syafi’i
Sedangkan kesimpulan beberapa ulama ahli fiqih khususnya dalam madzhab Syafi’i tentang hukum sholat sunnah qabliyyah jum’at yang tertulis dalam kitab-kitab mereka ialah :
1. Hasiyah al-Bajuri 1/137 :
“Shalat jum’at itu sama dengan shalat Dhuhur dalam perkara yang disunnahkan untuknya. Maka disunnahkan sebelum jum’at itu empat raka’at dan sesudahnya juga empat raka’at”.
2. Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarah Muhazzab 1V/9 :
“Disunnahkan shalat sebelum dan sesudah jum’at. Minimalnya adalah dua raka’at qabliyyah dan dua raka’at ba’diyyah (setelah sholat jum’at). Dan yang lebih sempurna adalah empat raka’at qabliyyah dan empat raka’at ba’diyyah’.
3. Iqna’ oleh Syeikh Khatib Syarbini 1/99 :
“Jum’at itu sama seperti shalat Dhuhur.Disunnahkan sebelumnya empat raka’at dan sesudahnya juga empat raka’at”.
4. Imam Nawawi dalam Minhajut Thalibin :
“Disunnahkan shalat sebelum Jum’at sebagaimana shalat sebelum Dzuhur”.
Begitu juga masih banyak pandangan ulama pakar berbagai madzhab mengenai sunnahnya sholat qabliyyah jum’at ini.
Dengan keterangan-keterangan singkat mengenai kesunnahan sholat qabliyyah jum’at, kita akan memahami bahwa ini semua adalah sunnah Rasulallah saw., bukan sebagai amalan bid’ah. Semoga kita semua diberi hidayah oleh Allah swt.
Do'a Nabi SAW Mohon Perlindungan Allah SWT
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَيَقُولُ :
إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ (صحيح البخاري
Dari Ibn Abbas ra anhuma, bahwa Nabi saw berdoa mohon perlindungan Allah untuk cucu beliau saw yaitu Hasan dan Husein, seraya bersabda : “Sungguh Ayahanda kalian (kakek moyang kalian yaitu Nabi Ibrahim as) meminta perlindungan Allah untuk Ismail dan Ishak (putra Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq) dengan Doa : Aku berlindung Demi kalimat kalimat Allah kesemuanya, dari segala syaitan, dan segala racun, dan dari segala penyakit penyakit akal dan kegilaan” (Shahih Bukhari).
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Jalla Wa Alla yang menghimpun dan mengizinkan kita kembali hadir bertamu kehadirat Keridhaan-Nya, kehadirat Kasih Sayang-Nya, kehamparan Kelembutan-Nya yang kehadiran kita dengan di malam hari ini membuka rahasia keabadian yang abadi dan kita tidak keluar dari majelis ini terkecuali telah dihapus seluruh dosa kita. (amin)
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian kehadiran teragung, kehadiran bertamu kepada Allah Jalla Wa ‘Alaa di majelis dzikir, di masjid, di majelis ta’lim dan juga ditempat – tempat beribadah. Mereka bertamu kepada Allah Jalla Wa Alla. Dan hadirin – hadirat jika kita keluar dari majelis ini, dari masjid ini, hendaknya jiwa kita terus bertamu kehadirat Allah walau jasad kita keluar dari majelis. Jadikan jiwa kita selalu bertamu kehadirat Nya dan Kasih Sayang-Nya.
Seindah – indah lintasan pemikiran, seindah – indah renungan, adalah renungan yang mengacu kepada keridhaan Allah, menginginkan Allah, mencintai Allah, merindukan Allah dan tentunya tanpa lupa mencintai Sang Nabi utusan Allah yaitu Sayyidina Muhammad Saw.
Manusia yang menjadi perantara Kasih Sayang Ilahi. “Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil a’lamin” Ku-utus engkau (wahai Muhammad) untuk membawa Kasih Sayang-Ku untuk sekalian alam. (QS. Al Anbiyaa : 107).
Hadirin – hadirat, maka kenal dan sampailah kita pada Kasih Sayang Ilahi, Cahaya yang melebihi segenap cahaya, Cahaya yang menciptakan seluruh cahaya melebihi terangnya cahaya yang hanya bisa dipahami oleh mata, tapi Cahaya Allah menyejukkan jiwa. Cahaya Allah jika telah menerangi sanubari maka tenanglah jiwa kita. Betapa jiwa yang sedang gundah dalam keadaan yang indah secara jasadiyyah. Secara jasadnya ia dalam keadaan yang baik tetapi jiwanya dalam keadaan gundah maka semua yang dilihatnya baik menjadi buruk, dan semua yang buruk menjadi lebih buruk dan ia melihat keadaannya adalah seburuk – buruk keadaan. Akan tetapi jika terbit Cahaya Ilahi pada sanubarinya maka ia akan tenang menghadapi hari – harinya, selalu ceria dan bersahaja melewati hari – harinya siang dan malam, yang ini semua hanyalah detik – detik penantian untuk berjumpa dengan Yang Maha Mengakhiri segala kehidupan, Dialah Allah Jalla Wa Alaa (Jalla wa ‘alaa : Maha Berwibawa dan Maha Luhur).
Inilah detik – detik penantian kita melewati siang dan malam dan kejadian kehidupan kita yang setelah itu kita akan menuju kehidupan yang kekal. Dan Rasul saw selalu menuntun kita kepada keindahan kehidupan agar kita terjaga daripada bala dan musibah dan kesusahan di dunia dan akhirat. Demikian kehendak Allah Swt.
Sampailah kita pada hadits mulia ini, diriwayatkan oleh Sayyidina Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma bahwa dikatakan bahwa Rasul saw membacakan Sayyidina Hasan wa Husein (cucu beliau saw) putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra dan Sayyidina Ali karramallahu wajhah wa radhiyallahu anhuma. Menunjukkan bahwa bacaan ini bukan dibaca saat lahirnya bayi tetapi bacaan ini boleh dibacakan kapan pun. Maka oleh sebab itu, simpan kertas ini untuk kalian yang sudah punya keturunan (ataupun belum). Bacakan mulai ucapan “Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli a’inin lammah” demikian riwayat Shahih Bukhari.
Rasul saw bersabda “inna abakuma yu’awwidzu biha..” sungguh ayah kalian berdua (ayah : kakek moyang kalian berdua yaitu Nabi Ibrahim as, wahai Hasan dan Husein) meminta perlindungan kepada Allah untuk putranya yaitu Ishaq dan Ismail alaihimassalam. Yang dimaksud ayah kalian berdua disini adalah Nabi Ibrahim bukannya ayah dari Hasan wa Husein tapi ayah dari nenek moyangnya yang keberapa. Lebih dari kakek, dari kakek, dari kakeknya. Di dalam bahasa arab ayah itu bisa bermakna kakek, bisa bermakna paman, bisa bermakna kakek dan kakeknya lebih lagi, mengutip dari hadits ini riwayat Shahih Bukhari terbukti “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq” sungguh ayah kalian berdua (wahai Hasan dan Husein)…
Nabi Ibrahim itu membaca doa ini untuk meminta perlindungan kepada Allah untuk putranya yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Nabi Muhammad Saw adalah keturunan Nabi Ismail, walaupun jauh nasabnya tapi nasabnya bersambung kepada Nabi Ismail bin Ibrahim alaihis salam. Dan Nabi – Nabi yang lain bersambung nasabnya kepada Nabi Ishaq bin Ibrahim alaihis salam. Jadi hadits ini luas maknanya.
Yang pertama, doa ini boleh dibacakan untuk anak kita yang baru lahir atau yang sudah bertahun – tahun usianya pun bisa. Dan yang belum punya keturunan, simpan saja dan niatkan kalau punya keturunan nanti bacakan ini. Kenapa? Kita lihat isinya “Audzubikalimatillahittammah….” Aku berlindung demi kalimat – kalimat Allah kesemuanya.. Kita tidak bisa mengupasnya satu – persatu ucapan ini tapi sedikit saja kita buka.
Kita pernah membahas makna kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” Dengan Nama Allah. Nama Allah sudah mencakup seluruh kehidupan, seluruh alam semesta mulai dicipta hingga ada hingga akan sirna seluruh kehidupan, seluruh sel, seluruh molekul dan semua yang ada di alam semesta ini, itu sudah tercakup dalam kalimat Bismillah. Itu adalah satu butir dari Keagungan Allah Jalla Wa Alla. Arrahman adalah limpahan Rahmat dan Anugerah kebahagiaan, kenikmatan untuk seluruh makhluk yang beriman, yang tidak beriman, yang baik, yang jahat diberi oleh Allah berupa kehidupan dunia. Dan Arrahim adalah Kasih Sayang Allah khusus untuk orang yang beriman yaitu dunia dan akhirat. Jadi seluruh kenikmatan yang pernah ada, pada hewan, tumbuhan, manusia, jin dan seluruh makhluk dan malaikat, mulai mereka dicipta hingga alam ini berakhir sudah ada dalam kalimat Arrahman Arrahim bahkan sampai kenikmatan yang abadi, semua ada dalam kalimat Arrahman Arrahim.
Kita baru bicara 3 kalimat, bagaimana dengan 6660 kalimat Alqur’anulkarim yang mencakup sedemikian agungnya. Sang Nabi berkata “Audzubikalimatillahittammah ..” Aku berlindung kepada Allah demi seluruh kalimat – kalimat Allah, (Alqur’anulkarim). Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa ini juga menurut sebagian ulama bermakna seluruh ketentuan Allah, seluruh takdir – takdir Allah, terpadu dalam kalimat Allah : “Audzubikalimatillahittammah..”. (lalu selanjutnya) “…min kulli syaithan wa hammah..” dari segala syaitan. Syaitan yang dhahir, syaitan yang batin. Syaitan yang batin menggoda jiwa kita, syaitan yang dhahir yang mengganggu, merasuki, sihir dan lain sebagainya. Itulah syaitan yang dhahir. Kalau yang batin gangguan kesurupan dan lain sebagainya.
“…min kulli syaithan wa hammatin..”. “Hammatin” Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan maknanya adalah semua racun, segala racun, apakah itu racun yang membunuh atau racun yang tidak membunuh. Jadi si anak bayi ini diminta perlindungan Allah dari racun – racun. Barangkali ia tidak tahu, ini masih kecil makan sesuatu yang meracuni dirinya atau diracun orang lain maka ia terjaga dari racun. “..wa min kulli a’inin lammah” dan dari segala hal – hal yang membawa kerusakan akal. Apakah itu beruapa gila atau berupa hal – hal yang bersifat kerusakan jiwa dan akal terlindungi oleh kalimat ini. Yang mengucapkan kepada bayinya atau anaknya maka ia telah mengucapkan kalimat yang telah melindungi Sayyidina Hasan wa Husein radiyallahu anhuma hingga dalam keridhaan Illahi sehingga keduanya menjadi 2 pemuda pemimpin ahli surga. Dan tentunya kalimat ini bukan pertama kalinya diucapkan oleh Sang Nabi saw tapi kalimat ini adalah ucapan Nabiyullah Ibrahim untuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq yang keduanya kemudian menjadi orang – orang yang mulia dan suci. Terjaga dari penyakit akal, terjaga dari segala godaan syaitan, terjaga daripada segala hal yang munkar. Dengan ucapan inilah Nabi Ismail alaihissalam menjadi manusia yang mulia dengan doa keagungan kalimat – kalimat Ilahi.
Yang kemudian dari keturunan Nabi Ismail, muncullah Sayyidina Muhammad Saw, Sayyidatuna Fatimah Azzahra (putri Nabi Muhammad Saw) dan keturunannya Sayyidina Hasan wa Husein, dan selanjutnya dari para Habaib dan Akramin. Demikian agungnya kalimat ini, yang tampaknya hal yang sangat remeh tapi kalau kita buka inilah rahasia Rahmatnya Allah yang muncul dengan kebangkitan Sayyidina Muhammad Saw. Maka kita membaca kalimat ini sering – sering bukan dari kalimat haditsnya (saja) tapi dari kalimat “Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli a’inin lammah”. Jadi Nabi saw mengajari, mendoakan, melindungi Sayyidina Hasan wa Husein dengan doa in iagar terlindungi daripada racun, daripada sihir dan lain sebagainya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya tuntunan Nabi kita Rasulullah Saw, manusia yang paling sempurna hingga tuntunan beliau. Ucapan Nabi Ibrahim itu berapa ribu tahun sebelum Nabi Muhammad Saw. Nabi Isa saja 600 tahun sebelum Nabi Muhammad saw. Ini Nabi Isa jauh kepada Nabi Musa, Nabi Musa jauh lagi keatas kepada Nabi Ibrahim alaihis salam. Mungkin 4000 – 5000 tahun. Namun ucapan itu tetap ada karena diajari oleh Yang Maha Ada. Generasi boleh berubah tapi Allah tetap ada, kalimat agung barangkali sudah dilupakan tapi kemudian muncul lagi (misalnya) 5000 tahun kemudian dan atau sekian tahun kemudian. terbuka lagi rahasia kemuliaan itu, dimunculkan lagi di masa Nabiyyuna Muhammad Saw. Kalimat ribuan tahun yang lalu, Rasulullah Saw diberi tahu oleh Allah “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq..” ayah nenek moyang kalian dahulu (Nabi Ibrahim) membacakan doa ini untuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka muncullah kota Makkah dari keberkahan Nabiyullah Ibrahim dan Nabi Ismail dan kesabaran istrinya Nabiyullah Ibrahim alaihis salam. Hingga dibangun kembali Ka’bah yang sudah runtuh dan jadilah kota Makkah sebagaimana yang telah saya sampaikan beberapa waktu yang lalu mengenai sejarah kota Makkah.
Dan tentunya di masa Nabi saw, Rasul saw ketika naik ke atas gunung Uhud sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw ketika naik ke atas gunung uhud seraya berkata “hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh” gunung ini mencintai kita, (mencintai aku) dan kita mencintai gunung ini. Kita bayangkan gunung uhud yang tidak bisa bersuara, tidak bisa bergerak atau berbuat apa – apa tapi gunung itu gema cintanya dari perasaan batu itu terbaca dan tergema pada sanubari Sayyidina Muhammad Saw.
Beliau saw merasakan cintanya gunung itu kepada beliau saw seraya berkata “inna hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh” dan kita juga menjawab cintanya dan aku mencintainya pula, kata Rasul saw. Gunung batu itu ternyata mempunyai perasaan, semua batu, semua butir, semua debu berfikir kepada Allah sebagaimana firman Allah “yusabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh” bertasbih kepada Allah semua apa yang ada dilangit dan di bumi. Akan tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Walaakin laa tafqahuuna tasbiihahum” kalian tidak memahami tasbih dan dzikir mereka. QS. Al Israa’ : 44. Alam semesta ini terus bergemuruh mensucikan Nama Allah karena dicipta oleh Allah termasuk butiran sel tubuh kita. Tinggal jiwa kita yang sepi dari dzikirullah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Hingga Rasul saw berkata “hadza uhud jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh, allahumma inna Ibrahima harrama makkah wa ana uharrimu maa bayna laabatayhaa” wahai Allah, Nabi Ibrahim sudah menjadikan kota Makkah sebagai kota haram (kota suci), maka aku menjadikan pula dan meminta kepada-Mu agar Kau jadikan Madinah ini kota suci. Maka jadilah kota Madinah pun kota suci. “Inniy uharrimu maa bayna labatayhaa” (yaitu) ini diantara 2 bukit ini, kata Rasul, yaitu (yang diantara dua bukit) Madinah Al Munawwarah adalah kota suci.
Sehingga dalam riwayat lainnya, Rasul saw bersabda “Allahumma habbib ilaynal Madinah kahubbina Makkah awa asyadd” wahai Allah jadikan kami mencintai kota Madinah dan jadikan kami mencintainya seperti kami mencintai Makkah atau lebih dari mencintai kota Makkah. Demikian riwayat Shahih Bukhari.
Disini terdapat ikhtilaf para ulama, mana kota yang lebih mulia? Madinah atau Makkah. Sebagian mengatakan Madinah lebih mulia karena Nabi Ibrahim as adalah dibawah panji kepemimpinan Sayyidina Muhammad Saw. Nabiyullah Ibrahim menjadikan kota Makkah sebagai kota suci, Nabi Muhammad Saw menjadikan Madinah sebagai kota suci. Tentunya lebih tinggi derajat Sayyidina Muhammad Saw. Karena beliau Sayyidul Awwalin wa Akhirin yaumal qiyamah (beliau saw pemimpin seluruh manusia yang pertama dan terakhir di hari kiamat *shahih Bukhari). (yaitu) Nabi kita Muhammad Saw. Namun pendapat yang mengatakan kota Makkah lebih afdhal karena kota Makkah juga tanah kelahiran Sayyidina Muhammad Saw. Jadi sudah ada Nabiyullah Ibrahim, jadi kota itu pula tanah kelahiran Sang Nabi saw, kota Madinah tanah wafat Sang Nabi saw dan Masjid Al Aqsa adalah tempat tanah Isra Mi’rajnya Sang Nabi saw. Ketiga tempat itu adalah tempat suci, namun Masjid Al Aqsa dan Baitul Maqdis dan kota Makkah sudah menjadi kota suci sebelum Sang Nabi saw lahir. Namun kota Madinah baru menjadi kota suci di masa Nabiyyuna Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itulah, rahasia kemuliaan tuntunan Ilahi sampai kepada hamba – hambaNya melalui tuntunan Sang Nabi saw dan setelah wafatnya Sang Nabi saw, rahasia kemuliaan, keberkahan dan kesejahteraan dan kebahagiaan terwariskan kepada para Muhajirin dan Anshar dan diteruskan dari zaman ke zaman. Rahasia keberkahan dan kesejahteraan itu bisa sampai kepada mereka walaupun mereka dalam keadaan yang tidak beriman. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika para sahabat keluar berdakwah ke satu wilayah dan di wilayah itu ada 1 suku (musyrikin) yang mana kepala sukunya sedang sakit maka mereka berkata “kalian ini bisa tidak mengobati kepala suku kami , barangkali bisa mengobati?” tentunya mereka diluar Islam, mereka belum mengenal Islam. Namun para sahabat yang memang ingin mengenalkan Islam saling pandang satu sama lain. Akhirnya mereka membacakan surah Al Fatihah di air. Dari sinilah banyak riwayat Shahih Bukhari lainnya bahwa Rasul saw memperbolehkan mengobati dengan air yang didoakan.
Demikian terbukti Rasul saw melakukannya dan para sahabat melakukannya bahkan memberikannya kepada yang non muslim. Menunjukkan hubungan antara muslim dengan yang diluar Islam harus selalu baik secara Islam, secara syari’ah wajib bagi setiap muslim berhubungan baik dengan yang diluar Islam kecuali mereka yang memerangi muslimin maka diizinkan untuk membela diri, maka dengan senjata sekalipun diizinkan, demi untuk membela diri. Tapi selain dari itu, kita mengenal Nabi kita Muhammad Saw baik terhadap musuh dan yang diluar Islam bahkan para sahabat mengobati kepala suku itu, membacakan di air surah Al Fatihah lalu diberikan kepada orang itu dan diminumkan kepada kepala sukunya dan langsung sembuh. (diantara) Mereka masuk Islam, sebagian tidak masuk Islam. Para Sahabat diberilah hadiah berupa seekor kambing, maka dibawa kepada Rasul saw. Sahabat sudah ingin menyembelih dan memakannya tapi mereka saling bertanya “nanti dulu, jangan dimakan dulu, hadiah dari mendoakan seperti ini boleh tidak? (juga hadiah dari non muslim) tanya dulu pada Rasul?” Maka ketika ditanyakan kepada Rasul, Rasul tersenyum gembira dan berkata “boleh sembelih dan berikan aku sebagian darinya”. Al Imam Ibn Hajar berkata bukan Rasul saw ingin daripada bagian itu tapi Rasul ingin menghilangkan syak wasangka daripada pribadi para sahabat terhadap barang pemberian (hadiah itu).
Hadirin – hadirat, demikian indah dan agungnya keberkahan dari bibir orang yang beriman membacakan surah Al Fatihah di air bisa menyembuhkan bahkan kepada yang diluar Islam. Ternyata hal itu terbukti secara ilmiah bahwa air bereaksi pada ucapan (orang) yang ada di depannya. Air itu berubah dan bereaksi dengan getaran jiwa orang yang dihadapannya. Apakah dengan tulisan atau dengan ucapan. Air yang dihadapannya di caci – maki, diperdengarkan ucapan – ucapan emosi maka dilihat dalam skala tertentu pada mikroskop maka akan terlihat bahwa air itu berubah menjadi buruk bentuknya. Demikian ucapan Prof. Masaru Emoto dari Jepang. Dan ia berkata jika diucapkan dari ucapan orang yang baik, ucapan yang polos, ucapan terima kasih, pujian, ia (prof tsb) tidak mengenal Islam hingga ia tidak berkata hanya doa saja ucapan yang baik. Tentunya doa lebih baik lagi karena merupakan kalimat – kalimat Allah tentunya. Maka air itu jika dilihat dengan skala tertentu berubah bentuknya menjadi indah. Air itu bereaksi dengan getaran jiwa. Hadirin – hadirat, lebih – lebih lagi kalimat Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi, Maha Suci Allah Swt yang telah memuliakan kita untuk hadir di majelis agung ini di dalam rahasia kemuliaan Allah Yang Maha Tinggi. Maha Tinggi Keluhurannya bukan dengan jarak dan bukan dengan ukuran tapi Maha Tinggi dengan ketinggian yang abadi mengungguli segala keunggulan karena bersumber darinya segalanya keluhuran.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang sahabat yang saling percaya karena Allah, Kita berbicara seputar Keagungan Allah dari mulai kalimat – kalimat doa yang menyelamatkan anak – anak kita barangkali bisa dibaca juga untuk kita tentunya boleh. Doa tadi yang dituliskan di hadits sampai membuka keselamatan kita dari segala gangguan syaitan, sihir, racun dan segala – galanya daripada penyakit – penyakit lainnya. Ini seringlah diulang – ulang untuk diri kita, untuk anak kita dan untuk keturunan kita.
Hadirin – hadirat, lantas kita berbicara tentang keagungan surah Al Fatihah dan keagungannya dibacakan kepada orang yang sakit, lalu kita berbicara tentang air yang bereaksi tapi tentunya bukan hanya air tapi alam semesta ini bereaksi dengan getaran jiwa. Karena apa? Karena jiwa yang beriman, jiwa yang suci dengan Nama Allah merubah keadaan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika dua sahabat bertemu dan berkata “aku ingin pinjam uang padamu sebesar 1000 dinar” maka sahabatnya punya uang dan berkata “iya, aku setuju”. Jaminannya apa? “Jaminannya Allah”. Maka orang yang punya uang juga orang yang cinta kepada Allah, maka ia berkata “ya sudah jaminannya Allah, tapi saksinya siapa?” temannya berkata “saksinya Allah” jadi dengan saksi, jangan tanpa saksi ia berkata “saksinya Allah”. Sekarang batin ini orang yang sangat cinta kepada Allah ini berkata “saksi manusia saja saya terima apalagi saksinya Allah” maka ia pun memberikan uang 1000 dinar. “kapan mau dikembalikan?” “tanggal anu, hari anu” lalu ia memberikan 1000 dinar. Sampai waktu yang sudah mulai ditentukan. Temanku tadi pergi menyeberangi laut, ia datang hampir tepat waktunya berdiri di pinggir laut, sepertinya tidak ada kapal yang merapat. “ia belum datang”. Dalam hatinya ia berkata “wahai Allah salahkah aku percaya engkau sebagai penjamin dan salahkah aku wahai Allah jika aku percaya engkau sebagai saksi?”. Temannya disana rupanya sudah siap pulang, namun disana tidak bisa menyeberang karena tidak ada kapal yang menyeberang ke pulau itu. “wahai Allah salahkah aku sudah mengambil engkau sebagai penjamin dan menjadikan engkau sebagai saksi? Aku sudah berbuat seperti ini?” maka ia pun memasukkan uangnya kedalam kayu kemudian menutupnya dan mengikatnya serta menuliskan surat didalamnya yang kemudian menghanyutkannya ke air. “wahai Allah yang sudah kuambil saksi dan sebagai jaminan, kuberikan dan kutitipkan kepada-Mu”. Maka orang itu menunggu, sudah harinya, tanggalnya, tidak ada sesuatu (kapal atau perahu) yang datang. Kapal (tak ada) apalagi manusia, namun ia melihat sepotong kayu yang menarik perhatiannya. Ini kayu jangan – jangan dari potongan perahu, barangkali ada yang kecelakaan. Ia mengambil kayu itu ternyata terikat, dibuka ikatannya, surat dari temannya (dan uang berisi 1000 dinar) bahwa aku sudah jadikan Allah sebagai penjamin dan saksi. Entah Allah menyampaikannya atau tidak, aku pasrahkan kepada Allah tepat pada waktunya. Demikian jiwa yang bertawakal kepada Yang Maha Mengatur segala keadaan.
Hadirin – hadirat, tentunya barangkali (sebagian dari) kita belum mampu mencapai derajat seperti ini. Paling tidak kita mendengar kejadian seperti ini sebagai penyejuk jiwa bahwa Yang Maha Ada tetap ada, Yang Maha Berkuasa tetap berkuasa, Dia akan melihat segala kejadian dan menjadikan segala kesulitan kita penghapus dosa dan mengangkat derajat kita.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu kita lihat kejadian tsunami yang belum lama, lalu di situ gintung, masjid tidak runtuh juga. Masjid itu perlu diperdalami, apa sejarahnya, masjid itu pasti bekas ada orang shalih (atau dahulu banyak orang shalih di masjid itu) disitu yang pernah melakukan ibadah sehingga masjid itu menjadi benteng dari musibah hingga runtuh wilayah lainnya dan masjid ini tidak disentuh air. Hadirin – hadirat, sudah terjadi di Aceh, terjadi lagi dan lagi di banyak wilayah, menunjukkan Allah ingin menyempaikan pesan kepada penduduk bumi bahwa permukaan bumi masih milik-Ku, kata Allah. Seakan ada pesan bahwa setiap jengkal di permukaan bumi yang Ku-kehendaki sampai padanya musibah akan sampai musibah dan setiap jengkal bumi yang tidak Ku-kehendaki tidak terkena musibah tidak akan disentuh musibah. Tsunami sebesar apapun, koq bias air sedahsyat itu mengenali pagar – pagar masjid.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikianlah daripada rahasia keagungan Ilahi. Ada hal yang ingin saya sampaikan dari pertanyaan yang muncul pada saya tentang petasan di maulid, majelis maulid. Apakah hal itu bertentangan dengan sya’riah?. Hal seperti itu mubah karena ada dalil penguatnya tapi terikat kepada situasi dan kondisinya.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang dari kaum wanita anshar sedang meniup seruling dan disaat itu ada Rasul saw sedang menutup dirinya dengan selimut. Datang Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq, disitu ada istrinya Rasul saw yaitu Sayyidatuna Aisyah radiyallahu anha. Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq datang dan menghardik “di tempat seperti ini, dirumahnya Rasulullah kalian buat keributan, sana jangan bikin keributan disini ini tempatnya Rasulullah..!”. Maka Rasul saw keluar dari dalam selimut dan berkata “wahai Abu Bakar sudah diamkan saja, inikah hari ied (hari raya)”. Padahal hari itu bukan hari raya tapi hari Mina, bukan hari idul adha bukan hari idul fitri. Maka menunjukkan ucapan Rasul saw “ini hari raya” maksudnya hari Mina juga hari kegembiraan. Maka tentunya munasabah – munasabah yang padanya terdapat syiar Islam boleh saja dipakai sesuatu yang untuk lebih mensyiarkan Islam berupa mercon (petasan) misalnya. Tapi dilihat apakah mengganggu wilayah sekitar atau tidak. Kalau tidak mengganggu masyarakat memang suka begitu maka tentunya ada dalilnya sebagaimana yang saya sebutkan riwayat Shahih Bukhari, (dan jelas pada shahih Bukhari dijelaskan bahwa itu bukan hari Idul fitr dan idul adha, tapi hari Mina) Tapi kalau seandainya masyarakat tidak suka dan mengganggu masyarakat maka jangan dilakukan. Kalau saya pribadi tentunya bagi saya kalau di majelis taklim tidak pakai mercon karena majelis taklim, tapi kalau majelis tahunan mau untuk juga syiar masyarakat sekitar, boleh – boleh saja tapi jangan terlalu banyak, (demikian) kalau bagi pribadi saya. Kalau terlalu banyak mengganggu banyak orang, asapnya (mungkin) mengganggu, dan saya juga terganggu karena saya punya penyakit asma.
Hadirin – hadirat, oleh sebab itu yang saya sampaikan himbauan pertanyaan tentang petasan di acara – acara maulid atau munasabah Islam, bagaimana hukumnya? Hukumnya secara ringkas dalil shahih dari Shahih Bukhari bahwa berbuat sesuatu untuk mensyiarkan hari raya diperbolehkan walaupun bukan hari idul fitri atau hari idul adha. Dan gembira atas hari kelahiran Sang Nabi saw adalah tentunya kelahiran beliau mengawali semua hari raya ada dalilnya, tapi dilihat kondisinya? Masyarakat sekitar suka atau tidak? kalau terganggu jangan dipakai karena mengganggu orang, (maka akan) terkena dosa juga kita (dosa mengganggu orang lain). Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, jadi hukumnya terlihat kepada kondisinya. Bisa berubah dari mubah menjadi sunnah, atau berubah menjadi makruh atau berubah menjadi haram. Dilihat dengan kondisinya. Demikian hadirin – hadirat.
Alhamdulillah acara kita di Istiqlal sukses dan Guru Mulia kita gembira dan saya memohon maaf kepada jamaah dan semua hadirin – hadirat yang hadir di Istiqlal penyampaian saya barangkali tidak sampai kesemua yang hadir di Istiqlal. Dan disampaikan lewat website dan akan dimunculkan juga. Tentunya saya mohon maaf kalau ada hal – hal yang sifatnya kekurangan dari protokoler yang terjadi di masjid Istiqlal, hal itu tentunya semua demi kemajuan dakwah kita, demi bersatunya ulama dan umara, dan tentunya masyarakat muslimin – muslimat bersatu dalam doa dan Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh, beliau mengatakan bahwa “acara mulia itu (yang di Istiqlal) membawa kabar gembira bagi negeri ini, semoga membawa kemakmuran bagi kita dan munculnya sebab berkumpulnya kita di Istiqlal hari ahad yang lalu. Semoga Allah jadikan gerbang kebahagiaan kedamaian.
Wahai Allah Yang Maha Menjaga rahasia ribuan tahun, rahasia kebahagiaan Kau jaga dan Kau munculkan kembali, maka munculkan kebahagiaan di hari – hari kami, bagi bangsa kami dan negeri kami, bagi seluruh muslimin – muslimat. Ya Allah pandanglah jiwa kami, pandanglah sanubari kami, wahai Yang Maha terang – benderang, Cahaya yang terang – benderangnya tidak terbaca oleh pandangan mata tapi menerangi jiwa maka terangilah jiwa kami, terangilah siang dan malam kami, wahai Yang Menerangi hari senin, wahai Yang Menerangi tiap hari sepanjang minggunya, wahai Cahaya Penerang sepanjang jalan (kehidupan), wahai Yang Maha Menerbitkan matahari dan bulan, terbitkan dalam jiwa kami cahaya keindahan-Mu, terbitkan dalam jiwa kami cahaya kerinduan kehadirat-Mu, terbitkan dalam jiwa kami keinginan dari cahaya taubat, cahaya istighfar, cahaya yang membuat kami jauh dari kemunkaran dan perbuatan yang hina, cahaya yang membuat kami selalu ingin berbuat baik, cahaya yang membuat kemakmuran dunia dan akhirat, wahai Yang Mengajari kami doa meminta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Semoga terang – benderang jiwa kita dengan kebahagiaan, ketenangan, kemuliaan. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram. Kita teruskan acara dengan doa bersama mendoakan muslimin – muslimat sebagaimana disabdakan Nabi kita Muhammad Saw, riwayat Shahih Muslim “barangsiapa yang berdoa untuk saudara muslimnya maka Allah perintahkan malaikat untuk mengatakan amin walaka mitsluh (amin dan untukmu balasan sebagaimana doamu untuk saudaramu)”. Orang yang mendoakan muslimn – muslimat maka akan sampai kepadanya seluruh kemuliaan dari seluruh jamaah dari seluruh muslimin – musimat di Barat dan Timur yang hidup saat ini dan yang akan hidup kelak sampai kemuliaannya kepada kita. Mari kita berdoa bersama – sama.
Habib Munzir Almusawa
إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ (صحيح البخاري
Dari Ibn Abbas ra anhuma, bahwa Nabi saw berdoa mohon perlindungan Allah untuk cucu beliau saw yaitu Hasan dan Husein, seraya bersabda : “Sungguh Ayahanda kalian (kakek moyang kalian yaitu Nabi Ibrahim as) meminta perlindungan Allah untuk Ismail dan Ishak (putra Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq) dengan Doa : Aku berlindung Demi kalimat kalimat Allah kesemuanya, dari segala syaitan, dan segala racun, dan dari segala penyakit penyakit akal dan kegilaan” (Shahih Bukhari).
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Jalla Wa Alla yang menghimpun dan mengizinkan kita kembali hadir bertamu kehadirat Keridhaan-Nya, kehadirat Kasih Sayang-Nya, kehamparan Kelembutan-Nya yang kehadiran kita dengan di malam hari ini membuka rahasia keabadian yang abadi dan kita tidak keluar dari majelis ini terkecuali telah dihapus seluruh dosa kita. (amin)
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian kehadiran teragung, kehadiran bertamu kepada Allah Jalla Wa ‘Alaa di majelis dzikir, di masjid, di majelis ta’lim dan juga ditempat – tempat beribadah. Mereka bertamu kepada Allah Jalla Wa Alla. Dan hadirin – hadirat jika kita keluar dari majelis ini, dari masjid ini, hendaknya jiwa kita terus bertamu kehadirat Allah walau jasad kita keluar dari majelis. Jadikan jiwa kita selalu bertamu kehadirat Nya dan Kasih Sayang-Nya.
Seindah – indah lintasan pemikiran, seindah – indah renungan, adalah renungan yang mengacu kepada keridhaan Allah, menginginkan Allah, mencintai Allah, merindukan Allah dan tentunya tanpa lupa mencintai Sang Nabi utusan Allah yaitu Sayyidina Muhammad Saw.
Manusia yang menjadi perantara Kasih Sayang Ilahi. “Wamaa arsalnaaka illa rahmatan lil a’lamin” Ku-utus engkau (wahai Muhammad) untuk membawa Kasih Sayang-Ku untuk sekalian alam. (QS. Al Anbiyaa : 107).
Hadirin – hadirat, maka kenal dan sampailah kita pada Kasih Sayang Ilahi, Cahaya yang melebihi segenap cahaya, Cahaya yang menciptakan seluruh cahaya melebihi terangnya cahaya yang hanya bisa dipahami oleh mata, tapi Cahaya Allah menyejukkan jiwa. Cahaya Allah jika telah menerangi sanubari maka tenanglah jiwa kita. Betapa jiwa yang sedang gundah dalam keadaan yang indah secara jasadiyyah. Secara jasadnya ia dalam keadaan yang baik tetapi jiwanya dalam keadaan gundah maka semua yang dilihatnya baik menjadi buruk, dan semua yang buruk menjadi lebih buruk dan ia melihat keadaannya adalah seburuk – buruk keadaan. Akan tetapi jika terbit Cahaya Ilahi pada sanubarinya maka ia akan tenang menghadapi hari – harinya, selalu ceria dan bersahaja melewati hari – harinya siang dan malam, yang ini semua hanyalah detik – detik penantian untuk berjumpa dengan Yang Maha Mengakhiri segala kehidupan, Dialah Allah Jalla Wa Alaa (Jalla wa ‘alaa : Maha Berwibawa dan Maha Luhur).
Inilah detik – detik penantian kita melewati siang dan malam dan kejadian kehidupan kita yang setelah itu kita akan menuju kehidupan yang kekal. Dan Rasul saw selalu menuntun kita kepada keindahan kehidupan agar kita terjaga daripada bala dan musibah dan kesusahan di dunia dan akhirat. Demikian kehendak Allah Swt.
Sampailah kita pada hadits mulia ini, diriwayatkan oleh Sayyidina Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma bahwa dikatakan bahwa Rasul saw membacakan Sayyidina Hasan wa Husein (cucu beliau saw) putra Sayyidatuna Fatimah Azzahra dan Sayyidina Ali karramallahu wajhah wa radhiyallahu anhuma. Menunjukkan bahwa bacaan ini bukan dibaca saat lahirnya bayi tetapi bacaan ini boleh dibacakan kapan pun. Maka oleh sebab itu, simpan kertas ini untuk kalian yang sudah punya keturunan (ataupun belum). Bacakan mulai ucapan “Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli a’inin lammah” demikian riwayat Shahih Bukhari.
Rasul saw bersabda “inna abakuma yu’awwidzu biha..” sungguh ayah kalian berdua (ayah : kakek moyang kalian berdua yaitu Nabi Ibrahim as, wahai Hasan dan Husein) meminta perlindungan kepada Allah untuk putranya yaitu Ishaq dan Ismail alaihimassalam. Yang dimaksud ayah kalian berdua disini adalah Nabi Ibrahim bukannya ayah dari Hasan wa Husein tapi ayah dari nenek moyangnya yang keberapa. Lebih dari kakek, dari kakek, dari kakeknya. Di dalam bahasa arab ayah itu bisa bermakna kakek, bisa bermakna paman, bisa bermakna kakek dan kakeknya lebih lagi, mengutip dari hadits ini riwayat Shahih Bukhari terbukti “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq” sungguh ayah kalian berdua (wahai Hasan dan Husein)…
Nabi Ibrahim itu membaca doa ini untuk meminta perlindungan kepada Allah untuk putranya yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Nabi Muhammad Saw adalah keturunan Nabi Ismail, walaupun jauh nasabnya tapi nasabnya bersambung kepada Nabi Ismail bin Ibrahim alaihis salam. Dan Nabi – Nabi yang lain bersambung nasabnya kepada Nabi Ishaq bin Ibrahim alaihis salam. Jadi hadits ini luas maknanya.
Yang pertama, doa ini boleh dibacakan untuk anak kita yang baru lahir atau yang sudah bertahun – tahun usianya pun bisa. Dan yang belum punya keturunan, simpan saja dan niatkan kalau punya keturunan nanti bacakan ini. Kenapa? Kita lihat isinya “Audzubikalimatillahittammah….” Aku berlindung demi kalimat – kalimat Allah kesemuanya.. Kita tidak bisa mengupasnya satu – persatu ucapan ini tapi sedikit saja kita buka.
Kita pernah membahas makna kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” Dengan Nama Allah. Nama Allah sudah mencakup seluruh kehidupan, seluruh alam semesta mulai dicipta hingga ada hingga akan sirna seluruh kehidupan, seluruh sel, seluruh molekul dan semua yang ada di alam semesta ini, itu sudah tercakup dalam kalimat Bismillah. Itu adalah satu butir dari Keagungan Allah Jalla Wa Alla. Arrahman adalah limpahan Rahmat dan Anugerah kebahagiaan, kenikmatan untuk seluruh makhluk yang beriman, yang tidak beriman, yang baik, yang jahat diberi oleh Allah berupa kehidupan dunia. Dan Arrahim adalah Kasih Sayang Allah khusus untuk orang yang beriman yaitu dunia dan akhirat. Jadi seluruh kenikmatan yang pernah ada, pada hewan, tumbuhan, manusia, jin dan seluruh makhluk dan malaikat, mulai mereka dicipta hingga alam ini berakhir sudah ada dalam kalimat Arrahman Arrahim bahkan sampai kenikmatan yang abadi, semua ada dalam kalimat Arrahman Arrahim.
Kita baru bicara 3 kalimat, bagaimana dengan 6660 kalimat Alqur’anulkarim yang mencakup sedemikian agungnya. Sang Nabi berkata “Audzubikalimatillahittammah ..” Aku berlindung kepada Allah demi seluruh kalimat – kalimat Allah, (Alqur’anulkarim). Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa ini juga menurut sebagian ulama bermakna seluruh ketentuan Allah, seluruh takdir – takdir Allah, terpadu dalam kalimat Allah : “Audzubikalimatillahittammah..”. (lalu selanjutnya) “…min kulli syaithan wa hammah..” dari segala syaitan. Syaitan yang dhahir, syaitan yang batin. Syaitan yang batin menggoda jiwa kita, syaitan yang dhahir yang mengganggu, merasuki, sihir dan lain sebagainya. Itulah syaitan yang dhahir. Kalau yang batin gangguan kesurupan dan lain sebagainya.
“…min kulli syaithan wa hammatin..”. “Hammatin” Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan maknanya adalah semua racun, segala racun, apakah itu racun yang membunuh atau racun yang tidak membunuh. Jadi si anak bayi ini diminta perlindungan Allah dari racun – racun. Barangkali ia tidak tahu, ini masih kecil makan sesuatu yang meracuni dirinya atau diracun orang lain maka ia terjaga dari racun. “..wa min kulli a’inin lammah” dan dari segala hal – hal yang membawa kerusakan akal. Apakah itu beruapa gila atau berupa hal – hal yang bersifat kerusakan jiwa dan akal terlindungi oleh kalimat ini. Yang mengucapkan kepada bayinya atau anaknya maka ia telah mengucapkan kalimat yang telah melindungi Sayyidina Hasan wa Husein radiyallahu anhuma hingga dalam keridhaan Illahi sehingga keduanya menjadi 2 pemuda pemimpin ahli surga. Dan tentunya kalimat ini bukan pertama kalinya diucapkan oleh Sang Nabi saw tapi kalimat ini adalah ucapan Nabiyullah Ibrahim untuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq yang keduanya kemudian menjadi orang – orang yang mulia dan suci. Terjaga dari penyakit akal, terjaga dari segala godaan syaitan, terjaga daripada segala hal yang munkar. Dengan ucapan inilah Nabi Ismail alaihissalam menjadi manusia yang mulia dengan doa keagungan kalimat – kalimat Ilahi.
Yang kemudian dari keturunan Nabi Ismail, muncullah Sayyidina Muhammad Saw, Sayyidatuna Fatimah Azzahra (putri Nabi Muhammad Saw) dan keturunannya Sayyidina Hasan wa Husein, dan selanjutnya dari para Habaib dan Akramin. Demikian agungnya kalimat ini, yang tampaknya hal yang sangat remeh tapi kalau kita buka inilah rahasia Rahmatnya Allah yang muncul dengan kebangkitan Sayyidina Muhammad Saw. Maka kita membaca kalimat ini sering – sering bukan dari kalimat haditsnya (saja) tapi dari kalimat “Audzubikalimatillahittammati min kulli syaithan wa hammah wa minkulli a’inin lammah”. Jadi Nabi saw mengajari, mendoakan, melindungi Sayyidina Hasan wa Husein dengan doa in iagar terlindungi daripada racun, daripada sihir dan lain sebagainya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian indahnya tuntunan Nabi kita Rasulullah Saw, manusia yang paling sempurna hingga tuntunan beliau. Ucapan Nabi Ibrahim itu berapa ribu tahun sebelum Nabi Muhammad Saw. Nabi Isa saja 600 tahun sebelum Nabi Muhammad saw. Ini Nabi Isa jauh kepada Nabi Musa, Nabi Musa jauh lagi keatas kepada Nabi Ibrahim alaihis salam. Mungkin 4000 – 5000 tahun. Namun ucapan itu tetap ada karena diajari oleh Yang Maha Ada. Generasi boleh berubah tapi Allah tetap ada, kalimat agung barangkali sudah dilupakan tapi kemudian muncul lagi (misalnya) 5000 tahun kemudian dan atau sekian tahun kemudian. terbuka lagi rahasia kemuliaan itu, dimunculkan lagi di masa Nabiyyuna Muhammad Saw. Kalimat ribuan tahun yang lalu, Rasulullah Saw diberi tahu oleh Allah “inna abakuma yu’awwidzu biha Ismail wa Ishaq..” ayah nenek moyang kalian dahulu (Nabi Ibrahim) membacakan doa ini untuk Nabi Ismail dan Nabi Ishaq.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka muncullah kota Makkah dari keberkahan Nabiyullah Ibrahim dan Nabi Ismail dan kesabaran istrinya Nabiyullah Ibrahim alaihis salam. Hingga dibangun kembali Ka’bah yang sudah runtuh dan jadilah kota Makkah sebagaimana yang telah saya sampaikan beberapa waktu yang lalu mengenai sejarah kota Makkah.
Dan tentunya di masa Nabi saw, Rasul saw ketika naik ke atas gunung Uhud sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw ketika naik ke atas gunung uhud seraya berkata “hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh” gunung ini mencintai kita, (mencintai aku) dan kita mencintai gunung ini. Kita bayangkan gunung uhud yang tidak bisa bersuara, tidak bisa bergerak atau berbuat apa – apa tapi gunung itu gema cintanya dari perasaan batu itu terbaca dan tergema pada sanubari Sayyidina Muhammad Saw.
Beliau saw merasakan cintanya gunung itu kepada beliau saw seraya berkata “inna hadza jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh” dan kita juga menjawab cintanya dan aku mencintainya pula, kata Rasul saw. Gunung batu itu ternyata mempunyai perasaan, semua batu, semua butir, semua debu berfikir kepada Allah sebagaimana firman Allah “yusabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh” bertasbih kepada Allah semua apa yang ada dilangit dan di bumi. Akan tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Walaakin laa tafqahuuna tasbiihahum” kalian tidak memahami tasbih dan dzikir mereka. QS. Al Israa’ : 44. Alam semesta ini terus bergemuruh mensucikan Nama Allah karena dicipta oleh Allah termasuk butiran sel tubuh kita. Tinggal jiwa kita yang sepi dari dzikirullah.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Hingga Rasul saw berkata “hadza uhud jabalun yuhibbuna wa nuhibbuh, allahumma inna Ibrahima harrama makkah wa ana uharrimu maa bayna laabatayhaa” wahai Allah, Nabi Ibrahim sudah menjadikan kota Makkah sebagai kota haram (kota suci), maka aku menjadikan pula dan meminta kepada-Mu agar Kau jadikan Madinah ini kota suci. Maka jadilah kota Madinah pun kota suci. “Inniy uharrimu maa bayna labatayhaa” (yaitu) ini diantara 2 bukit ini, kata Rasul, yaitu (yang diantara dua bukit) Madinah Al Munawwarah adalah kota suci.
Sehingga dalam riwayat lainnya, Rasul saw bersabda “Allahumma habbib ilaynal Madinah kahubbina Makkah awa asyadd” wahai Allah jadikan kami mencintai kota Madinah dan jadikan kami mencintainya seperti kami mencintai Makkah atau lebih dari mencintai kota Makkah. Demikian riwayat Shahih Bukhari.
Disini terdapat ikhtilaf para ulama, mana kota yang lebih mulia? Madinah atau Makkah. Sebagian mengatakan Madinah lebih mulia karena Nabi Ibrahim as adalah dibawah panji kepemimpinan Sayyidina Muhammad Saw. Nabiyullah Ibrahim menjadikan kota Makkah sebagai kota suci, Nabi Muhammad Saw menjadikan Madinah sebagai kota suci. Tentunya lebih tinggi derajat Sayyidina Muhammad Saw. Karena beliau Sayyidul Awwalin wa Akhirin yaumal qiyamah (beliau saw pemimpin seluruh manusia yang pertama dan terakhir di hari kiamat *shahih Bukhari). (yaitu) Nabi kita Muhammad Saw. Namun pendapat yang mengatakan kota Makkah lebih afdhal karena kota Makkah juga tanah kelahiran Sayyidina Muhammad Saw. Jadi sudah ada Nabiyullah Ibrahim, jadi kota itu pula tanah kelahiran Sang Nabi saw, kota Madinah tanah wafat Sang Nabi saw dan Masjid Al Aqsa adalah tempat tanah Isra Mi’rajnya Sang Nabi saw. Ketiga tempat itu adalah tempat suci, namun Masjid Al Aqsa dan Baitul Maqdis dan kota Makkah sudah menjadi kota suci sebelum Sang Nabi saw lahir. Namun kota Madinah baru menjadi kota suci di masa Nabiyyuna Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itulah, rahasia kemuliaan tuntunan Ilahi sampai kepada hamba – hambaNya melalui tuntunan Sang Nabi saw dan setelah wafatnya Sang Nabi saw, rahasia kemuliaan, keberkahan dan kesejahteraan dan kebahagiaan terwariskan kepada para Muhajirin dan Anshar dan diteruskan dari zaman ke zaman. Rahasia keberkahan dan kesejahteraan itu bisa sampai kepada mereka walaupun mereka dalam keadaan yang tidak beriman. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika para sahabat keluar berdakwah ke satu wilayah dan di wilayah itu ada 1 suku (musyrikin) yang mana kepala sukunya sedang sakit maka mereka berkata “kalian ini bisa tidak mengobati kepala suku kami , barangkali bisa mengobati?” tentunya mereka diluar Islam, mereka belum mengenal Islam. Namun para sahabat yang memang ingin mengenalkan Islam saling pandang satu sama lain. Akhirnya mereka membacakan surah Al Fatihah di air. Dari sinilah banyak riwayat Shahih Bukhari lainnya bahwa Rasul saw memperbolehkan mengobati dengan air yang didoakan.
Demikian terbukti Rasul saw melakukannya dan para sahabat melakukannya bahkan memberikannya kepada yang non muslim. Menunjukkan hubungan antara muslim dengan yang diluar Islam harus selalu baik secara Islam, secara syari’ah wajib bagi setiap muslim berhubungan baik dengan yang diluar Islam kecuali mereka yang memerangi muslimin maka diizinkan untuk membela diri, maka dengan senjata sekalipun diizinkan, demi untuk membela diri. Tapi selain dari itu, kita mengenal Nabi kita Muhammad Saw baik terhadap musuh dan yang diluar Islam bahkan para sahabat mengobati kepala suku itu, membacakan di air surah Al Fatihah lalu diberikan kepada orang itu dan diminumkan kepada kepala sukunya dan langsung sembuh. (diantara) Mereka masuk Islam, sebagian tidak masuk Islam. Para Sahabat diberilah hadiah berupa seekor kambing, maka dibawa kepada Rasul saw. Sahabat sudah ingin menyembelih dan memakannya tapi mereka saling bertanya “nanti dulu, jangan dimakan dulu, hadiah dari mendoakan seperti ini boleh tidak? (juga hadiah dari non muslim) tanya dulu pada Rasul?” Maka ketika ditanyakan kepada Rasul, Rasul tersenyum gembira dan berkata “boleh sembelih dan berikan aku sebagian darinya”. Al Imam Ibn Hajar berkata bukan Rasul saw ingin daripada bagian itu tapi Rasul ingin menghilangkan syak wasangka daripada pribadi para sahabat terhadap barang pemberian (hadiah itu).
Hadirin – hadirat, demikian indah dan agungnya keberkahan dari bibir orang yang beriman membacakan surah Al Fatihah di air bisa menyembuhkan bahkan kepada yang diluar Islam. Ternyata hal itu terbukti secara ilmiah bahwa air bereaksi pada ucapan (orang) yang ada di depannya. Air itu berubah dan bereaksi dengan getaran jiwa orang yang dihadapannya. Apakah dengan tulisan atau dengan ucapan. Air yang dihadapannya di caci – maki, diperdengarkan ucapan – ucapan emosi maka dilihat dalam skala tertentu pada mikroskop maka akan terlihat bahwa air itu berubah menjadi buruk bentuknya. Demikian ucapan Prof. Masaru Emoto dari Jepang. Dan ia berkata jika diucapkan dari ucapan orang yang baik, ucapan yang polos, ucapan terima kasih, pujian, ia (prof tsb) tidak mengenal Islam hingga ia tidak berkata hanya doa saja ucapan yang baik. Tentunya doa lebih baik lagi karena merupakan kalimat – kalimat Allah tentunya. Maka air itu jika dilihat dengan skala tertentu berubah bentuknya menjadi indah. Air itu bereaksi dengan getaran jiwa. Hadirin – hadirat, lebih – lebih lagi kalimat Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi, Maha Suci Allah Swt yang telah memuliakan kita untuk hadir di majelis agung ini di dalam rahasia kemuliaan Allah Yang Maha Tinggi. Maha Tinggi Keluhurannya bukan dengan jarak dan bukan dengan ukuran tapi Maha Tinggi dengan ketinggian yang abadi mengungguli segala keunggulan karena bersumber darinya segalanya keluhuran.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang sahabat yang saling percaya karena Allah, Kita berbicara seputar Keagungan Allah dari mulai kalimat – kalimat doa yang menyelamatkan anak – anak kita barangkali bisa dibaca juga untuk kita tentunya boleh. Doa tadi yang dituliskan di hadits sampai membuka keselamatan kita dari segala gangguan syaitan, sihir, racun dan segala – galanya daripada penyakit – penyakit lainnya. Ini seringlah diulang – ulang untuk diri kita, untuk anak kita dan untuk keturunan kita.
Hadirin – hadirat, lantas kita berbicara tentang keagungan surah Al Fatihah dan keagungannya dibacakan kepada orang yang sakit, lalu kita berbicara tentang air yang bereaksi tapi tentunya bukan hanya air tapi alam semesta ini bereaksi dengan getaran jiwa. Karena apa? Karena jiwa yang beriman, jiwa yang suci dengan Nama Allah merubah keadaan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika dua sahabat bertemu dan berkata “aku ingin pinjam uang padamu sebesar 1000 dinar” maka sahabatnya punya uang dan berkata “iya, aku setuju”. Jaminannya apa? “Jaminannya Allah”. Maka orang yang punya uang juga orang yang cinta kepada Allah, maka ia berkata “ya sudah jaminannya Allah, tapi saksinya siapa?” temannya berkata “saksinya Allah” jadi dengan saksi, jangan tanpa saksi ia berkata “saksinya Allah”. Sekarang batin ini orang yang sangat cinta kepada Allah ini berkata “saksi manusia saja saya terima apalagi saksinya Allah” maka ia pun memberikan uang 1000 dinar. “kapan mau dikembalikan?” “tanggal anu, hari anu” lalu ia memberikan 1000 dinar. Sampai waktu yang sudah mulai ditentukan. Temanku tadi pergi menyeberangi laut, ia datang hampir tepat waktunya berdiri di pinggir laut, sepertinya tidak ada kapal yang merapat. “ia belum datang”. Dalam hatinya ia berkata “wahai Allah salahkah aku percaya engkau sebagai penjamin dan salahkah aku wahai Allah jika aku percaya engkau sebagai saksi?”. Temannya disana rupanya sudah siap pulang, namun disana tidak bisa menyeberang karena tidak ada kapal yang menyeberang ke pulau itu. “wahai Allah salahkah aku sudah mengambil engkau sebagai penjamin dan menjadikan engkau sebagai saksi? Aku sudah berbuat seperti ini?” maka ia pun memasukkan uangnya kedalam kayu kemudian menutupnya dan mengikatnya serta menuliskan surat didalamnya yang kemudian menghanyutkannya ke air. “wahai Allah yang sudah kuambil saksi dan sebagai jaminan, kuberikan dan kutitipkan kepada-Mu”. Maka orang itu menunggu, sudah harinya, tanggalnya, tidak ada sesuatu (kapal atau perahu) yang datang. Kapal (tak ada) apalagi manusia, namun ia melihat sepotong kayu yang menarik perhatiannya. Ini kayu jangan – jangan dari potongan perahu, barangkali ada yang kecelakaan. Ia mengambil kayu itu ternyata terikat, dibuka ikatannya, surat dari temannya (dan uang berisi 1000 dinar) bahwa aku sudah jadikan Allah sebagai penjamin dan saksi. Entah Allah menyampaikannya atau tidak, aku pasrahkan kepada Allah tepat pada waktunya. Demikian jiwa yang bertawakal kepada Yang Maha Mengatur segala keadaan.
Hadirin – hadirat, tentunya barangkali (sebagian dari) kita belum mampu mencapai derajat seperti ini. Paling tidak kita mendengar kejadian seperti ini sebagai penyejuk jiwa bahwa Yang Maha Ada tetap ada, Yang Maha Berkuasa tetap berkuasa, Dia akan melihat segala kejadian dan menjadikan segala kesulitan kita penghapus dosa dan mengangkat derajat kita.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu kita lihat kejadian tsunami yang belum lama, lalu di situ gintung, masjid tidak runtuh juga. Masjid itu perlu diperdalami, apa sejarahnya, masjid itu pasti bekas ada orang shalih (atau dahulu banyak orang shalih di masjid itu) disitu yang pernah melakukan ibadah sehingga masjid itu menjadi benteng dari musibah hingga runtuh wilayah lainnya dan masjid ini tidak disentuh air. Hadirin – hadirat, sudah terjadi di Aceh, terjadi lagi dan lagi di banyak wilayah, menunjukkan Allah ingin menyempaikan pesan kepada penduduk bumi bahwa permukaan bumi masih milik-Ku, kata Allah. Seakan ada pesan bahwa setiap jengkal di permukaan bumi yang Ku-kehendaki sampai padanya musibah akan sampai musibah dan setiap jengkal bumi yang tidak Ku-kehendaki tidak terkena musibah tidak akan disentuh musibah. Tsunami sebesar apapun, koq bias air sedahsyat itu mengenali pagar – pagar masjid.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikianlah daripada rahasia keagungan Ilahi. Ada hal yang ingin saya sampaikan dari pertanyaan yang muncul pada saya tentang petasan di maulid, majelis maulid. Apakah hal itu bertentangan dengan sya’riah?. Hal seperti itu mubah karena ada dalil penguatnya tapi terikat kepada situasi dan kondisinya.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika dua orang dari kaum wanita anshar sedang meniup seruling dan disaat itu ada Rasul saw sedang menutup dirinya dengan selimut. Datang Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq, disitu ada istrinya Rasul saw yaitu Sayyidatuna Aisyah radiyallahu anha. Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq datang dan menghardik “di tempat seperti ini, dirumahnya Rasulullah kalian buat keributan, sana jangan bikin keributan disini ini tempatnya Rasulullah..!”. Maka Rasul saw keluar dari dalam selimut dan berkata “wahai Abu Bakar sudah diamkan saja, inikah hari ied (hari raya)”. Padahal hari itu bukan hari raya tapi hari Mina, bukan hari idul adha bukan hari idul fitri. Maka menunjukkan ucapan Rasul saw “ini hari raya” maksudnya hari Mina juga hari kegembiraan. Maka tentunya munasabah – munasabah yang padanya terdapat syiar Islam boleh saja dipakai sesuatu yang untuk lebih mensyiarkan Islam berupa mercon (petasan) misalnya. Tapi dilihat apakah mengganggu wilayah sekitar atau tidak. Kalau tidak mengganggu masyarakat memang suka begitu maka tentunya ada dalilnya sebagaimana yang saya sebutkan riwayat Shahih Bukhari, (dan jelas pada shahih Bukhari dijelaskan bahwa itu bukan hari Idul fitr dan idul adha, tapi hari Mina) Tapi kalau seandainya masyarakat tidak suka dan mengganggu masyarakat maka jangan dilakukan. Kalau saya pribadi tentunya bagi saya kalau di majelis taklim tidak pakai mercon karena majelis taklim, tapi kalau majelis tahunan mau untuk juga syiar masyarakat sekitar, boleh – boleh saja tapi jangan terlalu banyak, (demikian) kalau bagi pribadi saya. Kalau terlalu banyak mengganggu banyak orang, asapnya (mungkin) mengganggu, dan saya juga terganggu karena saya punya penyakit asma.
Hadirin – hadirat, oleh sebab itu yang saya sampaikan himbauan pertanyaan tentang petasan di acara – acara maulid atau munasabah Islam, bagaimana hukumnya? Hukumnya secara ringkas dalil shahih dari Shahih Bukhari bahwa berbuat sesuatu untuk mensyiarkan hari raya diperbolehkan walaupun bukan hari idul fitri atau hari idul adha. Dan gembira atas hari kelahiran Sang Nabi saw adalah tentunya kelahiran beliau mengawali semua hari raya ada dalilnya, tapi dilihat kondisinya? Masyarakat sekitar suka atau tidak? kalau terganggu jangan dipakai karena mengganggu orang, (maka akan) terkena dosa juga kita (dosa mengganggu orang lain). Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, jadi hukumnya terlihat kepada kondisinya. Bisa berubah dari mubah menjadi sunnah, atau berubah menjadi makruh atau berubah menjadi haram. Dilihat dengan kondisinya. Demikian hadirin – hadirat.
Alhamdulillah acara kita di Istiqlal sukses dan Guru Mulia kita gembira dan saya memohon maaf kepada jamaah dan semua hadirin – hadirat yang hadir di Istiqlal penyampaian saya barangkali tidak sampai kesemua yang hadir di Istiqlal. Dan disampaikan lewat website dan akan dimunculkan juga. Tentunya saya mohon maaf kalau ada hal – hal yang sifatnya kekurangan dari protokoler yang terjadi di masjid Istiqlal, hal itu tentunya semua demi kemajuan dakwah kita, demi bersatunya ulama dan umara, dan tentunya masyarakat muslimin – muslimat bersatu dalam doa dan Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh, beliau mengatakan bahwa “acara mulia itu (yang di Istiqlal) membawa kabar gembira bagi negeri ini, semoga membawa kemakmuran bagi kita dan munculnya sebab berkumpulnya kita di Istiqlal hari ahad yang lalu. Semoga Allah jadikan gerbang kebahagiaan kedamaian.
Wahai Allah Yang Maha Menjaga rahasia ribuan tahun, rahasia kebahagiaan Kau jaga dan Kau munculkan kembali, maka munculkan kebahagiaan di hari – hari kami, bagi bangsa kami dan negeri kami, bagi seluruh muslimin – muslimat. Ya Allah pandanglah jiwa kami, pandanglah sanubari kami, wahai Yang Maha terang – benderang, Cahaya yang terang – benderangnya tidak terbaca oleh pandangan mata tapi menerangi jiwa maka terangilah jiwa kami, terangilah siang dan malam kami, wahai Yang Menerangi hari senin, wahai Yang Menerangi tiap hari sepanjang minggunya, wahai Cahaya Penerang sepanjang jalan (kehidupan), wahai Yang Maha Menerbitkan matahari dan bulan, terbitkan dalam jiwa kami cahaya keindahan-Mu, terbitkan dalam jiwa kami cahaya kerinduan kehadirat-Mu, terbitkan dalam jiwa kami keinginan dari cahaya taubat, cahaya istighfar, cahaya yang membuat kami jauh dari kemunkaran dan perbuatan yang hina, cahaya yang membuat kami selalu ingin berbuat baik, cahaya yang membuat kemakmuran dunia dan akhirat, wahai Yang Mengajari kami doa meminta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Semoga terang – benderang jiwa kita dengan kebahagiaan, ketenangan, kemuliaan. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram. Kita teruskan acara dengan doa bersama mendoakan muslimin – muslimat sebagaimana disabdakan Nabi kita Muhammad Saw, riwayat Shahih Muslim “barangsiapa yang berdoa untuk saudara muslimnya maka Allah perintahkan malaikat untuk mengatakan amin walaka mitsluh (amin dan untukmu balasan sebagaimana doamu untuk saudaramu)”. Orang yang mendoakan muslimn – muslimat maka akan sampai kepadanya seluruh kemuliaan dari seluruh jamaah dari seluruh muslimin – musimat di Barat dan Timur yang hidup saat ini dan yang akan hidup kelak sampai kemuliaannya kepada kita. Mari kita berdoa bersama – sama.
Habib Munzir Almusawa
Kajian Sejarah : Raja Kerajaan Mataram dan Kerajaan Brunei termasuk Keturunan Nabi Muhammad SAW
JANGAN heran kalau di Brunei Darussalam ada sejumlah tokoh yang disebut sebagai Pangiran Dipanegara. Di sana sebutan itu menjadi gelar resmi bagi kerabat kerajaan yang dianggap mengharumkan nama negara. Dan ini diakui paling tidak oleh Prof. Dr. Haji Awang bin Mohammad Jamil Al-Sufri, 72 tahun, ahli sejarah di Istana Brunei. Sebutan itu merupakan sisa pengaruh Jawa di negeri petrodolar itu. Bukan hanya itu. Haji Awang punya catatan bahwa Sultan Hassanul Bolkiah punya hubungan darah dengan keturunan Raja Mataram, seperti Sultan Hamengkubuwono X dari Yogya. Titik temu silsilah kedua sultan ini, menurut Haji Awang, ada pada diri Sunan Giri Muhammad Ainul Yaqqin Sahibul Qairi, penyebar agama Islam di Jawa Timur tahun 1500-an. Pendapat kontroversial versi Haji Awang ini dikemukakan dalam simposium sejarah di Kampus UGM Yogya dua pekan lalu.
Dalam forum ini, Haji Awang membawakan makalah yang mengulas hubungan Brunei dengan Jawa beradad-abad lalu. Dan tak tanggung- tanggung, ia membawa pula skema silsilah yang mempertautkan dinasti Brunei dan Mataram. Syahdan, menurut Haji Awang, Sunan Giri punya cicit bernama Raden Mas Ayu Siti Aisyah. Ketika dewasa, Aisyah disunting oleh Sultan Abdul Jalilul Akbar. Pasangan inilah yang kemudian menurunkan Sultan Bolkiah, Sultan Brunei Darussalam saat ini. Dari istri yang lain, Sunan Giri juga menurunkan cicit yang disunting oleh Panembahan Senopati, perintis dinasti Mataram. Dari pasangan ini kemudian lahir Panembahan Seda Krapyak. Sang Panembahan melahirkan Sultan Agung.
Selajutnya, lahirlah penguasa Mataram yang kini menyisakan empat keraton, dua di Yogya dan dua di Solo. Kalau cuma sampai di situ, silsilah yang dibawa Haji Awang ke Yogya itu tak cukup spektakuler. Kalau direntang lagi ke belakang, lewat garis yang rumit, silsilah ini mengatakan hal yang luar biasa: dinasti Brunei dan Mataram sama-sama punya hubungan darah dengan dinasti Majapahit sekaligus Sayidina Husin, cucu Nabi Besar Muhammad SAW.
Asal tahu saja, silsilah itu diterbitkan oleh Jabatan Pusat Sejarah Kementrian Kebudayaan-Belia dan Sukan Brunei Darussalam. Simpulnya lagi-lagi Sunan Giri. Oleh Haji Awang, Sunan Giri disebut lahir dari Sunan Ampel, tokoh syiar Islam di Jawa Timur yang menikahi Putri Sekardadu, cicit Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk. Sunan Ampel sendiri, menurut catatannya, adalah keturunan ke-21 dari Sayidina Husin. Namun, jalur Sultan Bolkiah ke Nabi Muhammad tak hanya lewat Sunan Giri. Sultan Abdul Jalilul Akbar, katanya, punya garis silsilah sendiri ke Nabi Muhammad, dari jalur ayahnya.
Kerajaan Brunei sendiri, menurut Haji Awang, sudah lahir tahun 500 Masehi. Brunei menjadi negara Islam, katanya, sejak zaman pra-Majapahit. Alkisah, seorang Raja Brunei, yang oleh profesor sepuh ini disebut sebagai Raja Chermin, berlayar ke Jawa. Ia membawa putrinya, Siti Fatimah. Misinya adalah mengislamkan Raja Jenggala yang ketika itu bergelar Prabu Angka Wijaya. Bila mau masuk Islam, sang Prabu akan dihadiahi putrinya. Tapi Angka Wijaya menolak. Raja Chermin kecewa. Ia dan rombongannya meninggalkan istana. Sebelum pulang, mereka beristirahat di Desa Leran, dekat Gresik. Malang, Siti Fatimah dan beberapa pengikutnya meninggal, lalu dimakamkan di situ. Kompleks pemakaman itu kemudian diurus Maulana Malik Ibrahim, sepupu Raja Chermin, yang telah menjadi penyebar Islam di Jawa Timur. Kebesaran Majapahit sempat membuat Brunei surut. Ekspansi Gajahmada menjadikan Brunei kerajaan jajahan. Tapi identitasnya tak terganggu: tetap kerajaan Islam.
Sepeninggalnya Gajahmada, Brunei kembali merdeka. Sepintas, cerita Haji Awang itu memukau. Makam Siti Fatimah di Leran itu memang benar adanya dan sekarang dikenal sebagai situs sejarah Islam tertua di Indonesia. Di kalangan arkeolog, situs ini dikenal sebagai Makam Fatimah dengan sederet keterangan dalam tulisan Arab.
Dalam forum ini, Haji Awang membawakan makalah yang mengulas hubungan Brunei dengan Jawa beradad-abad lalu. Dan tak tanggung- tanggung, ia membawa pula skema silsilah yang mempertautkan dinasti Brunei dan Mataram. Syahdan, menurut Haji Awang, Sunan Giri punya cicit bernama Raden Mas Ayu Siti Aisyah. Ketika dewasa, Aisyah disunting oleh Sultan Abdul Jalilul Akbar. Pasangan inilah yang kemudian menurunkan Sultan Bolkiah, Sultan Brunei Darussalam saat ini. Dari istri yang lain, Sunan Giri juga menurunkan cicit yang disunting oleh Panembahan Senopati, perintis dinasti Mataram. Dari pasangan ini kemudian lahir Panembahan Seda Krapyak. Sang Panembahan melahirkan Sultan Agung.
Selajutnya, lahirlah penguasa Mataram yang kini menyisakan empat keraton, dua di Yogya dan dua di Solo. Kalau cuma sampai di situ, silsilah yang dibawa Haji Awang ke Yogya itu tak cukup spektakuler. Kalau direntang lagi ke belakang, lewat garis yang rumit, silsilah ini mengatakan hal yang luar biasa: dinasti Brunei dan Mataram sama-sama punya hubungan darah dengan dinasti Majapahit sekaligus Sayidina Husin, cucu Nabi Besar Muhammad SAW.
Asal tahu saja, silsilah itu diterbitkan oleh Jabatan Pusat Sejarah Kementrian Kebudayaan-Belia dan Sukan Brunei Darussalam. Simpulnya lagi-lagi Sunan Giri. Oleh Haji Awang, Sunan Giri disebut lahir dari Sunan Ampel, tokoh syiar Islam di Jawa Timur yang menikahi Putri Sekardadu, cicit Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk. Sunan Ampel sendiri, menurut catatannya, adalah keturunan ke-21 dari Sayidina Husin. Namun, jalur Sultan Bolkiah ke Nabi Muhammad tak hanya lewat Sunan Giri. Sultan Abdul Jalilul Akbar, katanya, punya garis silsilah sendiri ke Nabi Muhammad, dari jalur ayahnya.
Kerajaan Brunei sendiri, menurut Haji Awang, sudah lahir tahun 500 Masehi. Brunei menjadi negara Islam, katanya, sejak zaman pra-Majapahit. Alkisah, seorang Raja Brunei, yang oleh profesor sepuh ini disebut sebagai Raja Chermin, berlayar ke Jawa. Ia membawa putrinya, Siti Fatimah. Misinya adalah mengislamkan Raja Jenggala yang ketika itu bergelar Prabu Angka Wijaya. Bila mau masuk Islam, sang Prabu akan dihadiahi putrinya. Tapi Angka Wijaya menolak. Raja Chermin kecewa. Ia dan rombongannya meninggalkan istana. Sebelum pulang, mereka beristirahat di Desa Leran, dekat Gresik. Malang, Siti Fatimah dan beberapa pengikutnya meninggal, lalu dimakamkan di situ. Kompleks pemakaman itu kemudian diurus Maulana Malik Ibrahim, sepupu Raja Chermin, yang telah menjadi penyebar Islam di Jawa Timur. Kebesaran Majapahit sempat membuat Brunei surut. Ekspansi Gajahmada menjadikan Brunei kerajaan jajahan. Tapi identitasnya tak terganggu: tetap kerajaan Islam.
Sepeninggalnya Gajahmada, Brunei kembali merdeka. Sepintas, cerita Haji Awang itu memukau. Makam Siti Fatimah di Leran itu memang benar adanya dan sekarang dikenal sebagai situs sejarah Islam tertua di Indonesia. Di kalangan arkeolog, situs ini dikenal sebagai Makam Fatimah dengan sederet keterangan dalam tulisan Arab.
Cara Rasulullah SAW dalam Memuliakan Pembantu
Tugas ibu rumahtangga sangatlah banyak dan berat. Mulai dari mencuci dan menyeterika pakaian, mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, mengasuh anak, membereskan rumah, melayani suami, dan segudang tugas lainnya. Sedemikian merepotkan sehingga banyak keluarga mempekerjakan orang lain untuk mengambil alih sebagian besar tugas ibu rumahtangga itu. Orang yang diupah untuk tugas tersebut, di negeri ini lazim disebut pelayan (khadam) atau pembantu rumahtangga (PRT).
Keberadaan para pelayan itu sangat membantu banyak keluarga, terutama pada keluarga yang sang ibunya turut mencari nafkah ke luar rumah. Mereka sangat berjasa dalam memperlancar tugas seluruh anggota keluarga.
Namun sayangnya banyak keluarga yang tidak menyadari peran penting para pelayan itu. Bahkan, karena warisan feodalisme, para pelayan tersebut kadangkala diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya. Mereka diperlakukan seperti budak atau hamba sahaya yang tidak berharga. Padahal, kepada budak sekalipun, Islam memerintahkan para majikan berbuat baik kepada mereka dan memerdekakan mereka. Apalagi kepada para pelayan yang sesungguhnya mereka adalah manusia merdeka, tentu para majikan harus lebih menghormati mereka.
Dalam ajaran Islam, para pelayan itu pada hakekatnya adalah saudara para majikan dan menjadi binaan para majikan. Karena itu mereka harus diperlakukan sebagaimana saudara kita. Kita beri makan dengan makanan yang biasa kita makan, kita bimbing mereka sebagaimana kita membimbing saudara, bahkan kita harus sering memberi maaf dan meminta maaf kepada mereka, sebagaimana kita sering memberi dan meminta maaf kepada saudara kita.
Abdullah bin Umar menceritakan, pernah ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) seraya berkata,” Wahai Rasul, berapa kalikah aku harus minta maaf kepada pembantuku (hamba sahaya)?” Rasulullah menjawab,”Tujuh puluh kali setiap hari.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
Rasulullah adalah contoh manusia yang memperlakukan pelayannya dengan sangat baik, sebagaimana diceritakan oleh Anas radhiallahu ‘anhu yang menjadi pelayan beliau selama belasan tahun. Kata Anas, selama ia melayani Rasulullah, beliau tidak pernah memukul atau membentak, bahkan beliau tidak pernah menggugat sesuatu yang sedang dikerjakannya, “Kenapa kamu kerjakan begitu?” Beliau juga tidak pernah menggugat tugas yang belum sempat ditunaikannya.
Banyak hadits Nabi yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana berakhlak mulia kepada pelayan dan bawahan kita. Berikut ini adalah ikhtisarnya:
o Hendaknya majikan menganggap pelayan sebagai saudara sendiri. [Riwayat Bukhari]
o Hendaknya majikan memberi makanan kepada pelayan sebagaimana makanan yang ia makan, juga memberi pakaian sebaik pakaian yang ia kenakan. [Riwayat Bukhari]
o Setiap majikan hendaknya mengajak pelayannya makan bersama dengannya, atau minimal memberi sebagian makanan yang telah mereka buat itu. [Riwayat Ahmad]
o Seorang majikan wajib memberi gaji yang cukup kepada para pelayan dan bawahannya, sesegera mungkin dan sesuai dengan jerih parah yang dilakukannya. [Riwayat Muslim]
o Barangsiapa mendidik pembantunya, maka ia akan mendapat dua pahala [Riwayat Bukhari]
o Barangsiapa bersikap ramah kepada pembantunya (bawahannya), niscaya Allah akan memudahkan kematiannya (maksudnya akan dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut) dan memasukkannya ke dalam surga. [Riwayat Tirmidzi]
o Berlaku lembut kepada pelayan (bawahan) akan membawa kebahagiaan, sedangkan berlaku kasar terhadap bawahan akan membawa bencana. Bawahan yang diperlakukan lembut biasanya akan lebih menghargai majikannya daripada mereka yang diperlakukan kasar. [Riwayat Abu Dawud].
Demikian penting urusan pelayan/pembantu ini, sehingga Rasulullah Saw pernah berpesan pada akhir hayatnya, ”Perhatikanlah ibadah shalat dan pembantumu.” (Riwayat Muslim). Nah, bagaimana dengan kita semua? [Ali Athwa/Sahid]
Keberadaan para pelayan itu sangat membantu banyak keluarga, terutama pada keluarga yang sang ibunya turut mencari nafkah ke luar rumah. Mereka sangat berjasa dalam memperlancar tugas seluruh anggota keluarga.
Namun sayangnya banyak keluarga yang tidak menyadari peran penting para pelayan itu. Bahkan, karena warisan feodalisme, para pelayan tersebut kadangkala diperlakukan tidak manusiawi oleh majikannya. Mereka diperlakukan seperti budak atau hamba sahaya yang tidak berharga. Padahal, kepada budak sekalipun, Islam memerintahkan para majikan berbuat baik kepada mereka dan memerdekakan mereka. Apalagi kepada para pelayan yang sesungguhnya mereka adalah manusia merdeka, tentu para majikan harus lebih menghormati mereka.
Dalam ajaran Islam, para pelayan itu pada hakekatnya adalah saudara para majikan dan menjadi binaan para majikan. Karena itu mereka harus diperlakukan sebagaimana saudara kita. Kita beri makan dengan makanan yang biasa kita makan, kita bimbing mereka sebagaimana kita membimbing saudara, bahkan kita harus sering memberi maaf dan meminta maaf kepada mereka, sebagaimana kita sering memberi dan meminta maaf kepada saudara kita.
Abdullah bin Umar menceritakan, pernah ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) seraya berkata,” Wahai Rasul, berapa kalikah aku harus minta maaf kepada pembantuku (hamba sahaya)?” Rasulullah menjawab,”Tujuh puluh kali setiap hari.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
Rasulullah adalah contoh manusia yang memperlakukan pelayannya dengan sangat baik, sebagaimana diceritakan oleh Anas radhiallahu ‘anhu yang menjadi pelayan beliau selama belasan tahun. Kata Anas, selama ia melayani Rasulullah, beliau tidak pernah memukul atau membentak, bahkan beliau tidak pernah menggugat sesuatu yang sedang dikerjakannya, “Kenapa kamu kerjakan begitu?” Beliau juga tidak pernah menggugat tugas yang belum sempat ditunaikannya.
Banyak hadits Nabi yang mengajarkan kepada kita tentang bagaimana berakhlak mulia kepada pelayan dan bawahan kita. Berikut ini adalah ikhtisarnya:
o Hendaknya majikan menganggap pelayan sebagai saudara sendiri. [Riwayat Bukhari]
o Hendaknya majikan memberi makanan kepada pelayan sebagaimana makanan yang ia makan, juga memberi pakaian sebaik pakaian yang ia kenakan. [Riwayat Bukhari]
o Setiap majikan hendaknya mengajak pelayannya makan bersama dengannya, atau minimal memberi sebagian makanan yang telah mereka buat itu. [Riwayat Ahmad]
o Seorang majikan wajib memberi gaji yang cukup kepada para pelayan dan bawahannya, sesegera mungkin dan sesuai dengan jerih parah yang dilakukannya. [Riwayat Muslim]
o Barangsiapa mendidik pembantunya, maka ia akan mendapat dua pahala [Riwayat Bukhari]
o Barangsiapa bersikap ramah kepada pembantunya (bawahannya), niscaya Allah akan memudahkan kematiannya (maksudnya akan dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut) dan memasukkannya ke dalam surga. [Riwayat Tirmidzi]
o Berlaku lembut kepada pelayan (bawahan) akan membawa kebahagiaan, sedangkan berlaku kasar terhadap bawahan akan membawa bencana. Bawahan yang diperlakukan lembut biasanya akan lebih menghargai majikannya daripada mereka yang diperlakukan kasar. [Riwayat Abu Dawud].
Demikian penting urusan pelayan/pembantu ini, sehingga Rasulullah Saw pernah berpesan pada akhir hayatnya, ”Perhatikanlah ibadah shalat dan pembantumu.” (Riwayat Muslim). Nah, bagaimana dengan kita semua? [Ali Athwa/Sahid]
Keajaiban MEDAN MAGNET di Madinah
Ada sebuah wilayah di utara Madinah yang merupakan tempat wisata warga sekitar, letaknya di balik Gunung Uhud, sekitar 25 kilometer utara pusat kota Madinah. Jalan raya di sana menuju kuldesak, jalan buntu. Banyak warga camping di sini. Jangan dibayangkan sama seperti di Indonesia, di mana tempat perkemahan biasanya merupakan lahan hijau nan penuh rumput dan pepohonan. Di utara Madinah ini, lahan tempat campingnya adalah sebuah tanah lapang tandus, padang pasir, dengan pohon dan semak sesekali dikelilingi oleh bukit batu. Daerah ini berada di luar batas tanah haram.
Warga Madinah yang ingin melakukan perkemahan atau sekadar jalan-jalan biasanya membawa tenda sendiri dan berkendaraan pribadi. Mereka juga membawa makanan sendiri. Persis tradisi rakyat Indonesia di era tahun 1970-an yang sering melakukan piknic di pinggir jalan dengan beralaskan tikar dan makan-makan seadanya, duduk bersama di bawah pohon.
Wilayah ini termasuk wilayah tersubur di Madinah, selain di Quba. Jalannya berkelak-kelok, berbeda dengan jalan-jalan raya kebanyakan di sini yang lurus-lurus. Yang tumbuh ditanahnya juga kurma terbaik di Jazirah Arab, kurma Nabi atau Kurma Ajwa. Dinamakan demikian karena diyakini pohon kurma tersebut dahulu langsung ditanam Rasulullah SAW. DI masa dahulu, wilayah ini merupakan tempat uzlah atau menyepi bagi mereka yang tengah berselisih pendapat agar bisa mendapat ketenangan.
Namun, yang membuat wilayah ini terkenal ke seantero jagad bukanlah karena wilayah yang disebut sebagai perkampungan putih (Mantheqa Baidha) ini dijadikan tempat wisata, melainkan keajaiban alamnya yang hanya ada di segelintir tempat di dunia. Banyak orang percaya bahwa di daerah ini terdapat sebuah medan magnetik yang sangat kuat dan besar.
Fenomena alam yang luar biasa ini bisa dirasakan sepanjang lima kilometer ruas jalan dari ujung aspal sampai pintu masuk ke daerah ini. Jalan ini sendiri berakhir di lima deret bukit yang mengelilingi wilayah tersebut. Jalannya turun naik. Namun kendaraan yang menuju perbukitan jalannya hanya bisa pelan, seolah ada yang menahan. Sebaliknya, dari arah perbukitan, walau jalannya tidak menurun tetapi turun naik, semua kendaraan akan berjalan dengan cepat bahkan bisa sampai 120km/jam walau persneling dibebaskan. Bahkan kendaraan dimatikan pun akan tetap melaju sekencang itu.
Ini tentu bukan isapan jempol. Beberapa jamaah Indonesia sempat membuktikan cerita itu. Eramuslim sendiri mencoba untuk mengetes apakah memang ada medan magnet atau sekadar tipuan mata. Dengan sebuah bus besar, rombongan kami melalui daerah ini. Sesaat menjelang masuk ke wilayah yang dikatakan ada medan magnetiknya, guide Kami menyerukan agar handphone yang ada segera dimatikan untuk menghindari hilangnya data. Semua penumpang mengeluarkan ponselnya dan mematikan. Kecuali ponsel milik Eramuslim. Kami ingin mengecek benar tidaknya himbauan guide kami tersebut.
Sesaat kemudian, guide kami berseru, “Inilah saatnya…”. TIba-tiba bus besar yang kami tumpangi memposisikan free pada roda gigi busnya…dan bus pun berhenti. Tak sampai beberapa detik, bus yang tadinya berhenti dan masih di free roda giginya tiba-tiba bergerak perlahan. Kian lama kian kencang. Hingga ajaib, kendaraan yang Kami tumpangi melaju dengan kecepatan 90 kilometer per jam sejauh tiga kilometer!
Sang pemandu perjalanan Kami mencoba menerangkan fenomena unik. Dia mengatakan bahwa kemungkinan besar bukit-bukit yang ada di sekitar mengandung magnet yang kuat, sehingga bisa menarik tiap logam ke arahnya.
Kami pun mengecek ponsel yang tidak Kami matikan. Ternyata benar. Ponsel Kami tidak bekerja dan bahkan banyak data hilang di dalamnya. Kami jelas sedih, tapi rasa takjubnya jauh lebih besar. Subhanallah… Allahu Akbar! Kami telah membuktikannya. Dan bagi siapa saja yang pergi haji atau umroh dan melalui wilayah ini, segera matikan ponsel Anda dan bersiap menikmati pengalaman yang tidak terlupakan. Jangan lupa, matikan ponsel Anda, atau data-data di dalam ponsel akan banyak yang hilang….
Kian Besar Kian Cepat
Menurut warga sekitar, kecepatan kendaraan yang bisa ditarik oleh medan magnet di wilayah ini bisa berbeda-beda. Semakin besar dan berat kendaraan yang melintas, maka akan semakin cepat magnet menariknya hingga bisa sampai 120 kilometer perjam sejauh lima kilometer! Sudah banyak yang membuktikan hal tersebut. Ada sejumlah orang yang datang dengan kendaraan berbeda dan membuktikannya.
Bukit Gravitasi
Tidak banyak tempat di seluruh dunia yang memiliki medan magnetic seperti di Madinah ini. Tempat serupa ada di Korea Selatan, Yunani, Australia, timur Amerika, dan juga di sekitar Gunung Kelud, Jawa Timur. Hanya saja, kekuatan magnet di daerah-daerah tersebut tidaklah sekuat yang ada di Madinah.
Siapa pun bisa mengalami hal ini dengan mengunjungi langsung wilayah tersebut. Namun bagi yang belum bisa merasakan sendiri, silakan menonton fenomena unik ini dengan mengklik situs youtube dengan menulis ‘Gravity Hills’ atau ‘Magnetic Hills’ di kolom pencariannya. Yang jelas, keajaiban ini seharusnya mampu menambah kecintaan kita kepada Allah SWT, yang telah menciptakan alam semesta seisinya dengan kesempurnaan yang tiada cela sedikit pun.(m)
Warga Madinah yang ingin melakukan perkemahan atau sekadar jalan-jalan biasanya membawa tenda sendiri dan berkendaraan pribadi. Mereka juga membawa makanan sendiri. Persis tradisi rakyat Indonesia di era tahun 1970-an yang sering melakukan piknic di pinggir jalan dengan beralaskan tikar dan makan-makan seadanya, duduk bersama di bawah pohon.
Wilayah ini termasuk wilayah tersubur di Madinah, selain di Quba. Jalannya berkelak-kelok, berbeda dengan jalan-jalan raya kebanyakan di sini yang lurus-lurus. Yang tumbuh ditanahnya juga kurma terbaik di Jazirah Arab, kurma Nabi atau Kurma Ajwa. Dinamakan demikian karena diyakini pohon kurma tersebut dahulu langsung ditanam Rasulullah SAW. DI masa dahulu, wilayah ini merupakan tempat uzlah atau menyepi bagi mereka yang tengah berselisih pendapat agar bisa mendapat ketenangan.
Namun, yang membuat wilayah ini terkenal ke seantero jagad bukanlah karena wilayah yang disebut sebagai perkampungan putih (Mantheqa Baidha) ini dijadikan tempat wisata, melainkan keajaiban alamnya yang hanya ada di segelintir tempat di dunia. Banyak orang percaya bahwa di daerah ini terdapat sebuah medan magnetik yang sangat kuat dan besar.
Fenomena alam yang luar biasa ini bisa dirasakan sepanjang lima kilometer ruas jalan dari ujung aspal sampai pintu masuk ke daerah ini. Jalan ini sendiri berakhir di lima deret bukit yang mengelilingi wilayah tersebut. Jalannya turun naik. Namun kendaraan yang menuju perbukitan jalannya hanya bisa pelan, seolah ada yang menahan. Sebaliknya, dari arah perbukitan, walau jalannya tidak menurun tetapi turun naik, semua kendaraan akan berjalan dengan cepat bahkan bisa sampai 120km/jam walau persneling dibebaskan. Bahkan kendaraan dimatikan pun akan tetap melaju sekencang itu.
Ini tentu bukan isapan jempol. Beberapa jamaah Indonesia sempat membuktikan cerita itu. Eramuslim sendiri mencoba untuk mengetes apakah memang ada medan magnet atau sekadar tipuan mata. Dengan sebuah bus besar, rombongan kami melalui daerah ini. Sesaat menjelang masuk ke wilayah yang dikatakan ada medan magnetiknya, guide Kami menyerukan agar handphone yang ada segera dimatikan untuk menghindari hilangnya data. Semua penumpang mengeluarkan ponselnya dan mematikan. Kecuali ponsel milik Eramuslim. Kami ingin mengecek benar tidaknya himbauan guide kami tersebut.
Sesaat kemudian, guide kami berseru, “Inilah saatnya…”. TIba-tiba bus besar yang kami tumpangi memposisikan free pada roda gigi busnya…dan bus pun berhenti. Tak sampai beberapa detik, bus yang tadinya berhenti dan masih di free roda giginya tiba-tiba bergerak perlahan. Kian lama kian kencang. Hingga ajaib, kendaraan yang Kami tumpangi melaju dengan kecepatan 90 kilometer per jam sejauh tiga kilometer!
Sang pemandu perjalanan Kami mencoba menerangkan fenomena unik. Dia mengatakan bahwa kemungkinan besar bukit-bukit yang ada di sekitar mengandung magnet yang kuat, sehingga bisa menarik tiap logam ke arahnya.
Kami pun mengecek ponsel yang tidak Kami matikan. Ternyata benar. Ponsel Kami tidak bekerja dan bahkan banyak data hilang di dalamnya. Kami jelas sedih, tapi rasa takjubnya jauh lebih besar. Subhanallah… Allahu Akbar! Kami telah membuktikannya. Dan bagi siapa saja yang pergi haji atau umroh dan melalui wilayah ini, segera matikan ponsel Anda dan bersiap menikmati pengalaman yang tidak terlupakan. Jangan lupa, matikan ponsel Anda, atau data-data di dalam ponsel akan banyak yang hilang….
Kian Besar Kian Cepat
Menurut warga sekitar, kecepatan kendaraan yang bisa ditarik oleh medan magnet di wilayah ini bisa berbeda-beda. Semakin besar dan berat kendaraan yang melintas, maka akan semakin cepat magnet menariknya hingga bisa sampai 120 kilometer perjam sejauh lima kilometer! Sudah banyak yang membuktikan hal tersebut. Ada sejumlah orang yang datang dengan kendaraan berbeda dan membuktikannya.
Bukit Gravitasi
Tidak banyak tempat di seluruh dunia yang memiliki medan magnetic seperti di Madinah ini. Tempat serupa ada di Korea Selatan, Yunani, Australia, timur Amerika, dan juga di sekitar Gunung Kelud, Jawa Timur. Hanya saja, kekuatan magnet di daerah-daerah tersebut tidaklah sekuat yang ada di Madinah.
Siapa pun bisa mengalami hal ini dengan mengunjungi langsung wilayah tersebut. Namun bagi yang belum bisa merasakan sendiri, silakan menonton fenomena unik ini dengan mengklik situs youtube dengan menulis ‘Gravity Hills’ atau ‘Magnetic Hills’ di kolom pencariannya. Yang jelas, keajaiban ini seharusnya mampu menambah kecintaan kita kepada Allah SWT, yang telah menciptakan alam semesta seisinya dengan kesempurnaan yang tiada cela sedikit pun.(m)
Dalil Nagli : Mencium Tangan Ulama dan Guru
Mencium tangan para ulama merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan agama. Karena perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada mereka. Dalam sebuah hadits dijelaskan:
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد
Dari Zari ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. (HR Abu Dawud)
Atas dasar hadits ini, para ulama mensunnahkan mencium tangan guru, ulama, orang shalih serta orang-orang yang kita hormati. Kata Imam Nawawi dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan bahwa mencium tangan orang shalih dan ulama yang utama itu disunnahkan. Sedangkan mencium tangan selain orang-orang itu hukumnya makruh. (Fatawi al-Imam an-Nawawi, Hal 79).
Dr. Ahmad as-Syarbashi dalam ktab Yas’alunakan fid Din wal Hayah memberikan kesimpulan akhir, bahwa apabila mengecup tangan itu dimaksudkan dengabn tujuan yang baik, maka (perbuatan itu) menjadi baik.
Inilah hukum asal dalam masalah ini. Namun jika perbuatan itu digunakan untuk kepentingan dan tujuan yang jelek, maka termasuk perbuatan yang terhina. Sebagimana perbuatan baik yang diselewengkan untuk kepentingan yang tidak dibenarkan. (Yas’alunakan fid Din wal Hayah, juz II, hal 642).
KH Muhyiddin Abdushomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد
Dari Zari ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. (HR Abu Dawud)
Atas dasar hadits ini, para ulama mensunnahkan mencium tangan guru, ulama, orang shalih serta orang-orang yang kita hormati. Kata Imam Nawawi dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan bahwa mencium tangan orang shalih dan ulama yang utama itu disunnahkan. Sedangkan mencium tangan selain orang-orang itu hukumnya makruh. (Fatawi al-Imam an-Nawawi, Hal 79).
Dr. Ahmad as-Syarbashi dalam ktab Yas’alunakan fid Din wal Hayah memberikan kesimpulan akhir, bahwa apabila mengecup tangan itu dimaksudkan dengabn tujuan yang baik, maka (perbuatan itu) menjadi baik.
Inilah hukum asal dalam masalah ini. Namun jika perbuatan itu digunakan untuk kepentingan dan tujuan yang jelek, maka termasuk perbuatan yang terhina. Sebagimana perbuatan baik yang diselewengkan untuk kepentingan yang tidak dibenarkan. (Yas’alunakan fid Din wal Hayah, juz II, hal 642).
KH Muhyiddin Abdushomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember
Do'a Nabi SAW Ketika Sholat Tahajjud
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَهَجَّدَ مِنْ اللَّيْلِ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
“Bahwa Nabi saw bila shalat Tahajjud dimalam hari berdoa : Wahai Allah, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Cahaya segenap langit dan Bumi, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Menegakkan Langit dan Bumi, dan Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Maha Mengasuh Segenap langit dan Bumi, dan yg diantara Segenap Langit dan Bumi, ..” (Shahih Bukhari)
Rasulullah Saw, malam hari mengajarkan daripada sekilas doa beliau saw ketika beliau saw bermunajat di malam hari selepas shalat tahajjudnya.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Limpahan puji kehadirat Allah Maha Raja langit dan bumi, penguasa Tunggal dan Abadi. Menghidupkan setiap jiwa kepada puncak – puncak keluhuran, mengundang hamba – hambaNya untuk selalu berada di dalam kebahagiaan dunia dan akhirat dengan tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Limpahan puji kehadirat Allah Maha Raja alam semesta, yang menghamparkan angkasa raya dari tiada, yang menciptakan seluas – luasnya angkasa langit dan bumi dan menjadikannya bertasbih mengagungkan Nama Allah.
Hadirin – hadirat, dijelaskan oleh para ilmuwan bahwa ternyata planet yang ada di alam ini bukan hanya matahari, bulan dan bintang tetapi bumi adalah satu bagian daripada Galaksi Bimasakti. Yang galaksi bimasakti ini adalah satu rumpun bintang dan planet yang berjumlah lebih dari 200 milyar bintang. Bumi adalah salah satu dari 200 milyar planet lainnya. Dan ternyata hadirin – hadirat, bukan hanya galaksi bimasakti yang ada di langit, ada galaksi atau kelompok bintang – bintang yang dekat dengan galaksi kita (galaksi bimasakti) yaitu Galaksi Andromeda.
Galaksi Andromeda mempunyai lebar rentangnya dari rumpun demikian milyar planet yang ada padanya dan lebarnya mencapai 220.000 tahun cahaya. Jika ditempuh 220.000 tahun cahaya menempuh ujung andromeda hingga ujung yang satunya. Demikian luasnya milyaran planet yang ada di galaksi andromeda hingga lebarnya mencapai 220.000 tahun cahaya sedangkan kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. 300.000 km/detik kecepatan cahaya. dan jarak antara bumi dengan galaksi andromeda adalah 2.000.000 tahun cahaya. Maka 2.000.000 (2 juta) tahun cahaya itu (300.000 km/detik X 60/menit berarti X 60/jam berarti X 24 jam X 365 hari X 2.000.000 tahun).
Maka bentuk andromeda yang dilihat malam ini, saat ini adalah bentuk andromeda 2.000.000 tahun yang silam karena bentuk cahaya itu baru sampai ke bumi setelah 2.000.000 tahun dan ternyata galaksi bukan hanya bimasakti dan andromeda tetapi berjuta – juta galaksi telah ditemukan para ilmuwan kita dan itu baru di langit yang pertama.
Hadirin – hadirat, Dialah Allah Jalla Wa Alla Yang Maha Menciptakan angkasa raya dengan segala cahaya-Nya. Namun pusat daripada segala kemuliaan yang ada dan segala penciptaan yang demikian dahsyat dan megah adalah di bumi. Dan dari semua yang dicipta oleh Allah, makhluk – makhluk yang sedemikian trilyun – trilyun planet yang ada di alam ini di langit pertama dan makhluk yang paling mulia adalah Sayyidina Muhammad Saw. Bukan di andromeda, bukan di tempat yang lainnya tapi di bumi Sayyidina Muhammad Saw. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, ketika beliau saw menembus langit pertama, berkatalh malaikat “marhaban bihi wa ni’mal majii’u Jaa’a..” selamat datang untuknya semulia – mulia yang datang telah datang. Inilah semulia – mulia makhluk yang melewati langit pertama mencapai langit kedua, ketiga hingga langit ketujuh sampai ke sidratul muntaha. Sayyidina Muhammad Saw panutanku dan panutan kalian, idolaku dan idola kalian, jiwa yang paling terang bercahaya dengan cahaya Allah. Kalau seandainya cahaya membutuhkan waktu 2.000.000 tahun mencapai galaksi satu dengan lainnya tapi cahaya doa dan munajat dalam sekejap menembus ketujuh langit sampai ke Hadratullah Jalla Wa Alla. Inilah kecepatan doa yang jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya belum menembus langit pertama masih di langit pertama butuh waktu jutaan tahun antar galaksi, itu kecepatan cahaya. Tapi kecepatan munajat, kecepatan seruan memanggil Nama Allah, jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Sang Nabi saw didalam munajatnya berdoa “Allahumma lakal hamdu anta nurussamawati wal ard wa lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ard wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ard wa man fiihinna” Wahai Allah bagi-Mu pujian – pujian dan Engkau-lah yang menerangi segenap langit dan bumi, Wahai Allah bagi-Mu pujian – pujian, Kau-lah yang membangun dan menegakkan segenap langit dan bumi, Wahai Allah bagi-Mu pujian, Kau-lah yang mengasuh dan memelihara seluruh langit dan bumi, Dialah (Allah Swt) yang menerangi alam semesta, menerangi angkasa raya, menciptakan cahaya dan menjadikannya dan membangunnya dari tiada dan memeliharanya sampai hari kiamat kelak.
Hadirin – hadirat, Dialah Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkuasa. Betapa kecil dan tidak berartinya kita di planet bumi, di tengah luasnya samudera bintang di angkasa raya, bumi bagaikan debu ditengah samudera. Hadirin – hadrirat, Sang Pemilik samudera langit dan bumi adalah Allah Jalla Wa Alla dan perkumpulan mulia seperti ini dimuliakan oleh Sang Maha Raja alam semesta. Inilah perkumpulan kerinduan kepada Allah, inilah perkumpulan yang sangat dicintai oleh Maha Raja langit dan bumi karena dalam perkumpulan ini hamba – hambaNya banyak yang kembali kepada-Nya dan meninggalkan dosa – dosa kepada-Nya dan di perkumpulan ini telah ditugaskan para malaikat khusus untuk mencatat dan menyaksikan hadirin dan mendoakan mereka dengan doa “allahumma shalli a’laihi allahummarhamhu” Wahai Allah limpahkan shalawat untuk mereka yang hadir, Wahai Allah sayangilah mereka. Demikian riwayat Shahih Bukhari tentang mereka yang ebrdatangan ke masjid.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sang Pemilik kekuasaan termulia, Sang Pemilik Kekuatan dan Maha Merubah kejadian yang menjadi pegangan Para Nabi dan Rasul dan para shalihin dan mukminin. Mereka mengandalkan kekuatan Illahiyah yang tidak bisa diterka atau pun tidak bisa ditembus oleh kekuatan makhluk. Sebagaimana kalimat yang terkahir diucapkan oleh Nabiyullah Ibrahim alaihis salam ketika akan dinyalakan api namrud maka berkatalah Ibrahim alahis salam “hasbiyallahu wani’mal wakiil” cukup bagiku Allah. Dan Dialah semulia dan sebaik – baik tempat untuk mewakilkan segala permasalahan. Permasalahan yang tidak bisa ditangani makhluk, permasalahan api adalah selalu membakar dan itu selalu terjadi sepanjang bumi ini ada dan sifat api adalah membakar. Akan tetapi ketika kalimat “hasbiyallahu wani’mal wakiil” cukup bagiku Allah, dan semulia – mulia tempat bertawakkal. Maka Allah perintahkan api “kuuniy bardan wa salaaman ala ibrahim”, wahai api jadilah kau sejuk dan membawa keselamatan bagi Ibrahim as. QS. Al Anbiya 69. Maka api itu menjadi sejuk, karena apa? Karena kekuatan Illahiyyah muncul dari jiwa dan turun dari Cahaya Allah Swt menundukkan seluruh kekuatan di bumi. Membalik keadaan api yang membakar menjadi api yang sejuk. Kan belum pernah ada api yang sejuk kecuali apinya Nabiyullah Ibrahim alaihissalam. Allah yang menciptakan api dan sifatnya, Allah yang menajdikan api itu panas dan membakar, Allah pula yang mampu membuatnya sejuk dengan ketentuan-Nya. Demikian Jalallahu Tuhanku dan Tuhan kalian, yang mencintaiku dan mencintai kalian dan bukti cinta-Nya adalah kehadiran kita di malam ini salah satu bukti cinta-Nya Allah kepada kita.
Seorang muslim memahami, dia adalah salah seorang yang dicintai Allah. Jika Allah membencinya maka bisa saja Allah membalikkannya sehingga Allah tidak ingin ia bersujud kepada-Nya. Kalau Allah benci kepada kita maka kita tidak akan bisa sujud kepada Allah, tidak akan bisa menyebut Nama Allah kalau Allah sudah benci kepada hamba-Nya, bagaimana hamba itu bisa menggerakkan bibirnya menyebut Nama Allah. Namun Allah masih mengizinkan supaya kita semakin dekat kepada-Nya dengan kecintaan Allah Swt kepada kita. Jawablah cintanya Allah.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Sayyidatuna Sarah alaiha salam (istri Nabiyullah Ibrahim as). Ketika Nabiyullah Ibrahim alaihis salam diperintahkan oleh Allah untuk menguji istrinya (Sayyidatuna Sarah) untuk ditinggalkan di satu negeri yang dhalim. Negeri yang tidak ada muslimnya, negeri yang dikuasai penguasa dan raja yang jahat. “Tinggal istrimu disana”, Nabi Ibrahim berkata “sami’na wa athana ala amri Rabbiy” aku dengar dan aku taat perintah Tuhanku. “wahai istriku sarah, aku diperintahkan untuk meninggalkanmu disini sendiri”. Kenapa? Karena Allah ingin agar iman istrinya ini tidak bergantung selalu kepada sang suami tetapi bertawakkal selalu kepada Allah. Maka istrinya berkata “wahai Ibrahim aku disini sendiri?, ini negeri orang dhalim..!, rajanya adalah raja yang dhalim..!”. Maka Nabi Ibrahim berkata “inilah perintah Allah”, maka ia (Nabi Ibrahim) meninggalkan istrinya. Tidak lama sang raja melihat Sayyidatuna Sarah, seorang wanita berparas indah maka ia menginginkannya untuk dibawa ke istana. “bawa ke istanaku”, dibawa oleh pasukan. Tentunya Sayyidatuna Sarah seorang wanita yang lemah, tidak bisa membela diri maka ia dibawa kehadapan raja itu.
Dan tentunya sudah diketahui olehnya niat buruknya seorang raja dhalim tersebut, yang jika ditolak keinginannya berarti mengorbankan nyawa, bagaimana kalau ia wafat sedangkan suaminya Nabiyullah Ibrahim alaihissalam belum kembali. Lantas apa yang diperbuat Sayyidatuna Sarah?, seraya berwudhu ia berdoa “Wahai Allah jika betul – betul Kau yakini dan Kau ketahui aku beriman kepada-Mu wahai Rabb maka jangan Kau jadikan kekuasaan pada raja dhalim itu, kalau imanku ini benar Kau akui sebagai orang yang Islam, tidak menduakan-Mu dan mengakui Nabi Ibrahim adalah utusan-Mu (karena di masa itu) maka jangan Kau jadikan raja itu menguasai aku”. Maka ketika ia jumpa dengan raja itu, tiba – tiba raja itu melihat Sayyidatuna Sarah seraya bergetar lututnya dan raja itu roboh tanpa tahu kenapa. Karena ditundukkan oleh kekuatan Allah Swt. Raja itu berkata “keluarkan wanita ini, bebaskan..bebaskan!!”. Ketika aku berhadapan dengannya, aku bagaikan berhadapan dengan singa yang akan menghancurkanku. Seakan – akan ada belasan ekor singa yang menjaganya, keluarkan ia dari hadapanku, aku tidak mampu lagi berhdapan dengannya. Seorang raja dhalim tunduk. Sedangkan seorang wanita lemah, ia mempunyai kekuatan Illahi. Mana pasukanmu, mana kekuatanmu, semua tunduk dengan kekuatan Rabbul Alamin. Penguasa langit dan bumi, Dialah Allah Swt.
Allah berfirman “sari’u ilaa maghfiratin min rabbikum wa jannatin ardhuhaassamawati wal ard” bersegeralah kalian menuju pengampunan dari Tuhan kalian, sampailah segera pada maaf-Nya, sampai dan raihlah segala Kasih Sayang-Nya dan surga yang luasnya melebihi segenap luas langit dan bumi. QS. Ali Imran : 133. Capailah setelah kalian mendapatkan pengampunan-Ku, capailah surga, kata Allah.
Tadi kita dengar, demikian luasnya alam ini, demikian luasnya langit itu baru langit pertama dan itu baru sebatas pengetahuan manusia. Mungkin 1000X atau 1.000.000X lebih besar dari yang diketahui oleh manusia saat ini luasnya langit ini karena belum ketemu ujungnya. Sepanjang mereka mempelajari kesana kemari belum ketemu ujungnya langit, ke atas, ke bawah, ke kiri atau ke kanan, mereka terus menemukan ruang yang terus semakin jauh dan itulah keluasan Allah di langit pertama. Dan surga itu lebih luas dari segenap langit dan bumi. Allah menawarkannya kepada kita, itulah lembah kebahagiaan dan lembah kenikmatan, itulah istana – istana keridhaan Illahi yang Allah bangun khusus untuk hamba – hambaNya pengikut Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Rasul saw adalah makhluk yang paling sempurna, ajaran beliau adalah selembut – lembut tuntunan. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika seorang pemuda datang kepada Rasul saw mengadukan dosa – dosanya. Maka Rasul saw tidak menjawab, namun Allah yang menjawab, apa yang difirmankan oleh Allah “innal hasanaat yudzhibnassayyi’at” bahwa pahala – pahala itu menghapus dosa – dosa.
Bagi kita yang banyak dosa, maka perbanyaklah pahala. Sudah terlanjur aku berbuat banyak dosa maka tambahlah untuk makin banyak berbuat pahala karena orang yang menambah dirinya dengan berbuat pahala itu akan diampuni dosa – dosanya dan dibimbing kepada keluhuran. Lidahku banyak mencaci orang lain, bagaimana agar lidahku berhenti dari mencaci orang atau menggunjing orang? Perbanyak baca Alqur’anulkarim, obati bibirmu dengan kalamullah Jalla Wa Alla, perbanyak dzikrullah. Demikian hadirin, mengobati lidah.
Aku banyak berbuat dosa dengan tanganku, maka perbanyaklah berbuat pahala dengan tanganmu. Berbuat dosa dengan mata maka perbanyaklah berbuat pahala dengan mata. “innal hasanaat yudzhibnassayyi’at” sungguh pahala itu menghapus dosa – dosa. Obati dosa – dosa kita dengan pahala. Hadirin – hadirat, demikian indahnya tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Demikian indahnya Allah.
Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw ketika melihat Nuaiman radiyallahu anhum. Ketika turun ayat pengharaman minum arak (khamr), maka mereka yang masih minum arak dihukum. Nuaiman minum arak, dihukum. Tidak berapa lama minum arak lagi, dihukum lagi, tidak berapa lama beberapa hari minum arak lagi sampai Sahabat berkata “alaihi la’natullah” laknatnya Allah. Terus – terusan minum arak, terus – terusan mabuk – mabukkan. Rasul saw bersabda “sungguh jangan kalian laknat Nuaiman karena aku tahu, demi Allah dia itu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Seorang pemabuk, Rasul berkata “demi Allah dia itu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Kabar disampaikan kepada Nuaiman, “kau ini terus – terusan mabuk, tadi Rasulullah berkata bahwa sungguh demi Allah kau ini mencintai Allah dan Rasul”. Menangis Nuaiman radiyallahu anhum, “Rasul berkata aku dicintai Allah dan Rasul?” maka aku bertaubat kepada Allah Swt. Demikian indahnya tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Ucapan 1,2 kalimat menggetarkan jiwa yang tidak mau taubat – taubat dengan hukuman tapi runtuh dengan 1,2 kalimat indah yang muncul dari jiwa terindah, yang muncul dari cahaya Allah Yang Maha Indah. Demikianlah tuntunan Muhammad Rasulullah Saw.
Berkata para sahabat “kunna nasma’ tasbihuttha’am wa nahnu na’kul” demikian riwayat Shahih Bukhari. Kami kalau sedang makan itu, kalau Rasulullah makan kami sering dengar suara tasbih makanan yang disentuh jari – jari Sang Nabi saw, terdengar tasbih dan dzikirnya oleh kami ketika disentuh tangan Muhammad Rasulullah Saw. Makanan itu bertasbih kami mendengarnya. Demikian Allah jadikan keindahan pada Sang Nabi saw dan apa – apa yang disekitar Sang Nabi saw. Dan yang mencintai Sang Nabi saw adalah kesempurnaan iman.
Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa ketika di hari kiamat kelak, disaat itulah. Bahwa disaat itu, disaat orang dalam kesulitan, setiap orang dituntut pertanggungjawaban atas setiap huruf yang pernah ia ucapkan, saat semua manusia ditanyakan atas setiap nafasnya, saat setiap debu yang diinjaknya bersasi, disaat itu diangkatlah maqam mahmudah (derajat terpuji) untuk Nabiyyuna Muhammad Saw. Semua yang dipadang mahsyar memuji indahnya derajat Sayyidina Muhammad Saw saat itu.
Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt menjadikan hari –hari kita penuh dengan cahaya kerinduan kepada Allah Swt, Wahai Yang Maha Indah, Wahai Yang Maha Membangun kerajaan langit dan bumi dari tiada, Wahai Yang Maha Mengasuh alam semesta, asuhlah sifat – sifat buruk kami dan runtuhkanlah, gantilah dengan sifat- sifat yang luhur, perbuatan kami yang buruk gantikanlah dengan cahaya keindahan-Mu, dan hari – hari kami yang penuh kesulitan gantikan dengan penuh kebahagiaan. Wahai Yang Maha Memiliki segala keadaan, Wahai Yang Maha Mencurahkan kebahagiaan dari zaman ke zaman, Wahai Yang Maha Memberikan kenikmatan pada setiap kehidupan, Wahai Yang Memiliki setiap nafas hamba- hambaNya, Wahai Yang Maha Melihat semua sanubari hamba-Mu kami berkumpul di malam ini dan Kau Maha Melihat setiap niat kami, segala kesulitan kami, segala permasalahan kami, segala dosa dan kesalahan kami, kami mengadukan kepada pintu maaf-Mu Yang Maha Luas, kami mengadu kepada pintu kedermawanan-Mu Yang Maha Luhur, kami mengadu kepada pintu keindahan-Mu Yang Maha Indah, Wahai Allah Yang Maha Melimpahkan Kebahagiaan di samudera kemakmuran yang tiada pernah habis – habisnya, serulah Nama-Nya, panggillah Nama Allah Jalla Wa Alla, serulah Nama Allah, getarkan bibirmu untuk menyebut Nama-Nya Yang Maha Luhur, semoga bibir ini bisa terus bergerak menyebut Nama-Nya dalam panggilan kerinduan. Wahai Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya-Mu, terangi setiap nafas kami dengan cahaya-Mu, kami memahami alam semesta ini Kau-lah pemiliknya, kami mengetahui bumi ini Kau-lah pemiliknya, kami mengetahui Kau-lah pemiliknya maka benahilah hamba-Mu ini dari segala kehinaan, benahilah hamba-Mu ini dari segala kerusakan, benahilah hamba-Mu ini dari segala kesulitan dan hambatan.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Tidak lupa kita doakan tamu – tamu kita yang hadir. Ayahanda kita Habib Musthofa Al Aththas dan Habib Musthofa semoga dilimpahi Rahmat dan Keberkahan dan para habaib lainnya hadir bersama kita. KH. Djamaludin dari pengadegan, KH. Abdul Khair dari pengadegan dan Bpk. H. Yusuf dan H. Ashraf Ali dan para tamu – tamu kita semoga dilimpahi keberkahan dhahiran wa bathinan. Dan kita semua yang hadir, Rabbiy Rabbiy jadikan semua wajah kami kelak memandang indahnya Dzat-Mu Rabbiy. Demikian hari – hari kami selalu dalam kerinduan dan jadikan hari – hari kami selalu indah dan selalu rindu akan keindahan-Mu. Ya Rahman Ya Rahim. Kita teruskan dengan doa bersama, mendoakan muslimin – muslimat dengan doa kita Ya Arhamar Rahimin Farij A’lal Muslimin, sebagaimana riwayat Shahih Muslim Rasul saw “tiadalah seseorang mendoakan saudara muslimnya terkecuali malaikat berkata “amin walaka mitsluh”, kalau kita mendoakan satu kebaikan pada saudara muslim lainnya maka malaikat berkata “amin dan untukmu kebaikan itu”. Kalau kita minta pertolongan untuk seluruh muslimin, ada berapa jumlah muslimin di muka bumi yang sedang kesulitan, yang sedang sedih, yang sedang dalam masalah, semua terkena doa kita. Dan malaikat meng-amin-kan, semua itu juga muslimin – muslimat kita doakan pahalanya kembali kepada kita.
Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Habib Munzir Almusawa
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
“Bahwa Nabi saw bila shalat Tahajjud dimalam hari berdoa : Wahai Allah, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Cahaya segenap langit dan Bumi, Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Menegakkan Langit dan Bumi, dan Bagi Mu Pujian, Engkaulah Yang Maha Mengasuh Segenap langit dan Bumi, dan yg diantara Segenap Langit dan Bumi, ..” (Shahih Bukhari)
Rasulullah Saw, malam hari mengajarkan daripada sekilas doa beliau saw ketika beliau saw bermunajat di malam hari selepas shalat tahajjudnya.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Limpahan puji kehadirat Allah Maha Raja langit dan bumi, penguasa Tunggal dan Abadi. Menghidupkan setiap jiwa kepada puncak – puncak keluhuran, mengundang hamba – hambaNya untuk selalu berada di dalam kebahagiaan dunia dan akhirat dengan tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Limpahan puji kehadirat Allah Maha Raja alam semesta, yang menghamparkan angkasa raya dari tiada, yang menciptakan seluas – luasnya angkasa langit dan bumi dan menjadikannya bertasbih mengagungkan Nama Allah.
Hadirin – hadirat, dijelaskan oleh para ilmuwan bahwa ternyata planet yang ada di alam ini bukan hanya matahari, bulan dan bintang tetapi bumi adalah satu bagian daripada Galaksi Bimasakti. Yang galaksi bimasakti ini adalah satu rumpun bintang dan planet yang berjumlah lebih dari 200 milyar bintang. Bumi adalah salah satu dari 200 milyar planet lainnya. Dan ternyata hadirin – hadirat, bukan hanya galaksi bimasakti yang ada di langit, ada galaksi atau kelompok bintang – bintang yang dekat dengan galaksi kita (galaksi bimasakti) yaitu Galaksi Andromeda.
Galaksi Andromeda mempunyai lebar rentangnya dari rumpun demikian milyar planet yang ada padanya dan lebarnya mencapai 220.000 tahun cahaya. Jika ditempuh 220.000 tahun cahaya menempuh ujung andromeda hingga ujung yang satunya. Demikian luasnya milyaran planet yang ada di galaksi andromeda hingga lebarnya mencapai 220.000 tahun cahaya sedangkan kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. 300.000 km/detik kecepatan cahaya. dan jarak antara bumi dengan galaksi andromeda adalah 2.000.000 tahun cahaya. Maka 2.000.000 (2 juta) tahun cahaya itu (300.000 km/detik X 60/menit berarti X 60/jam berarti X 24 jam X 365 hari X 2.000.000 tahun).
Maka bentuk andromeda yang dilihat malam ini, saat ini adalah bentuk andromeda 2.000.000 tahun yang silam karena bentuk cahaya itu baru sampai ke bumi setelah 2.000.000 tahun dan ternyata galaksi bukan hanya bimasakti dan andromeda tetapi berjuta – juta galaksi telah ditemukan para ilmuwan kita dan itu baru di langit yang pertama.
Hadirin – hadirat, Dialah Allah Jalla Wa Alla Yang Maha Menciptakan angkasa raya dengan segala cahaya-Nya. Namun pusat daripada segala kemuliaan yang ada dan segala penciptaan yang demikian dahsyat dan megah adalah di bumi. Dan dari semua yang dicipta oleh Allah, makhluk – makhluk yang sedemikian trilyun – trilyun planet yang ada di alam ini di langit pertama dan makhluk yang paling mulia adalah Sayyidina Muhammad Saw. Bukan di andromeda, bukan di tempat yang lainnya tapi di bumi Sayyidina Muhammad Saw. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, ketika beliau saw menembus langit pertama, berkatalh malaikat “marhaban bihi wa ni’mal majii’u Jaa’a..” selamat datang untuknya semulia – mulia yang datang telah datang. Inilah semulia – mulia makhluk yang melewati langit pertama mencapai langit kedua, ketiga hingga langit ketujuh sampai ke sidratul muntaha. Sayyidina Muhammad Saw panutanku dan panutan kalian, idolaku dan idola kalian, jiwa yang paling terang bercahaya dengan cahaya Allah. Kalau seandainya cahaya membutuhkan waktu 2.000.000 tahun mencapai galaksi satu dengan lainnya tapi cahaya doa dan munajat dalam sekejap menembus ketujuh langit sampai ke Hadratullah Jalla Wa Alla. Inilah kecepatan doa yang jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya belum menembus langit pertama masih di langit pertama butuh waktu jutaan tahun antar galaksi, itu kecepatan cahaya. Tapi kecepatan munajat, kecepatan seruan memanggil Nama Allah, jauh lebih cepat dari kecepatan cahaya.
Sang Nabi saw didalam munajatnya berdoa “Allahumma lakal hamdu anta nurussamawati wal ard wa lakal hamdu anta qayyimussamawati wal ard wa lakal hamdu anta rabbussamawati wal ard wa man fiihinna” Wahai Allah bagi-Mu pujian – pujian dan Engkau-lah yang menerangi segenap langit dan bumi, Wahai Allah bagi-Mu pujian – pujian, Kau-lah yang membangun dan menegakkan segenap langit dan bumi, Wahai Allah bagi-Mu pujian, Kau-lah yang mengasuh dan memelihara seluruh langit dan bumi, Dialah (Allah Swt) yang menerangi alam semesta, menerangi angkasa raya, menciptakan cahaya dan menjadikannya dan membangunnya dari tiada dan memeliharanya sampai hari kiamat kelak.
Hadirin – hadirat, Dialah Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkuasa. Betapa kecil dan tidak berartinya kita di planet bumi, di tengah luasnya samudera bintang di angkasa raya, bumi bagaikan debu ditengah samudera. Hadirin – hadrirat, Sang Pemilik samudera langit dan bumi adalah Allah Jalla Wa Alla dan perkumpulan mulia seperti ini dimuliakan oleh Sang Maha Raja alam semesta. Inilah perkumpulan kerinduan kepada Allah, inilah perkumpulan yang sangat dicintai oleh Maha Raja langit dan bumi karena dalam perkumpulan ini hamba – hambaNya banyak yang kembali kepada-Nya dan meninggalkan dosa – dosa kepada-Nya dan di perkumpulan ini telah ditugaskan para malaikat khusus untuk mencatat dan menyaksikan hadirin dan mendoakan mereka dengan doa “allahumma shalli a’laihi allahummarhamhu” Wahai Allah limpahkan shalawat untuk mereka yang hadir, Wahai Allah sayangilah mereka. Demikian riwayat Shahih Bukhari tentang mereka yang ebrdatangan ke masjid.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sang Pemilik kekuasaan termulia, Sang Pemilik Kekuatan dan Maha Merubah kejadian yang menjadi pegangan Para Nabi dan Rasul dan para shalihin dan mukminin. Mereka mengandalkan kekuatan Illahiyah yang tidak bisa diterka atau pun tidak bisa ditembus oleh kekuatan makhluk. Sebagaimana kalimat yang terkahir diucapkan oleh Nabiyullah Ibrahim alaihis salam ketika akan dinyalakan api namrud maka berkatalah Ibrahim alahis salam “hasbiyallahu wani’mal wakiil” cukup bagiku Allah. Dan Dialah semulia dan sebaik – baik tempat untuk mewakilkan segala permasalahan. Permasalahan yang tidak bisa ditangani makhluk, permasalahan api adalah selalu membakar dan itu selalu terjadi sepanjang bumi ini ada dan sifat api adalah membakar. Akan tetapi ketika kalimat “hasbiyallahu wani’mal wakiil” cukup bagiku Allah, dan semulia – mulia tempat bertawakkal. Maka Allah perintahkan api “kuuniy bardan wa salaaman ala ibrahim”, wahai api jadilah kau sejuk dan membawa keselamatan bagi Ibrahim as. QS. Al Anbiya 69. Maka api itu menjadi sejuk, karena apa? Karena kekuatan Illahiyyah muncul dari jiwa dan turun dari Cahaya Allah Swt menundukkan seluruh kekuatan di bumi. Membalik keadaan api yang membakar menjadi api yang sejuk. Kan belum pernah ada api yang sejuk kecuali apinya Nabiyullah Ibrahim alaihissalam. Allah yang menciptakan api dan sifatnya, Allah yang menajdikan api itu panas dan membakar, Allah pula yang mampu membuatnya sejuk dengan ketentuan-Nya. Demikian Jalallahu Tuhanku dan Tuhan kalian, yang mencintaiku dan mencintai kalian dan bukti cinta-Nya adalah kehadiran kita di malam ini salah satu bukti cinta-Nya Allah kepada kita.
Seorang muslim memahami, dia adalah salah seorang yang dicintai Allah. Jika Allah membencinya maka bisa saja Allah membalikkannya sehingga Allah tidak ingin ia bersujud kepada-Nya. Kalau Allah benci kepada kita maka kita tidak akan bisa sujud kepada Allah, tidak akan bisa menyebut Nama Allah kalau Allah sudah benci kepada hamba-Nya, bagaimana hamba itu bisa menggerakkan bibirnya menyebut Nama Allah. Namun Allah masih mengizinkan supaya kita semakin dekat kepada-Nya dengan kecintaan Allah Swt kepada kita. Jawablah cintanya Allah.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Sayyidatuna Sarah alaiha salam (istri Nabiyullah Ibrahim as). Ketika Nabiyullah Ibrahim alaihis salam diperintahkan oleh Allah untuk menguji istrinya (Sayyidatuna Sarah) untuk ditinggalkan di satu negeri yang dhalim. Negeri yang tidak ada muslimnya, negeri yang dikuasai penguasa dan raja yang jahat. “Tinggal istrimu disana”, Nabi Ibrahim berkata “sami’na wa athana ala amri Rabbiy” aku dengar dan aku taat perintah Tuhanku. “wahai istriku sarah, aku diperintahkan untuk meninggalkanmu disini sendiri”. Kenapa? Karena Allah ingin agar iman istrinya ini tidak bergantung selalu kepada sang suami tetapi bertawakkal selalu kepada Allah. Maka istrinya berkata “wahai Ibrahim aku disini sendiri?, ini negeri orang dhalim..!, rajanya adalah raja yang dhalim..!”. Maka Nabi Ibrahim berkata “inilah perintah Allah”, maka ia (Nabi Ibrahim) meninggalkan istrinya. Tidak lama sang raja melihat Sayyidatuna Sarah, seorang wanita berparas indah maka ia menginginkannya untuk dibawa ke istana. “bawa ke istanaku”, dibawa oleh pasukan. Tentunya Sayyidatuna Sarah seorang wanita yang lemah, tidak bisa membela diri maka ia dibawa kehadapan raja itu.
Dan tentunya sudah diketahui olehnya niat buruknya seorang raja dhalim tersebut, yang jika ditolak keinginannya berarti mengorbankan nyawa, bagaimana kalau ia wafat sedangkan suaminya Nabiyullah Ibrahim alaihissalam belum kembali. Lantas apa yang diperbuat Sayyidatuna Sarah?, seraya berwudhu ia berdoa “Wahai Allah jika betul – betul Kau yakini dan Kau ketahui aku beriman kepada-Mu wahai Rabb maka jangan Kau jadikan kekuasaan pada raja dhalim itu, kalau imanku ini benar Kau akui sebagai orang yang Islam, tidak menduakan-Mu dan mengakui Nabi Ibrahim adalah utusan-Mu (karena di masa itu) maka jangan Kau jadikan raja itu menguasai aku”. Maka ketika ia jumpa dengan raja itu, tiba – tiba raja itu melihat Sayyidatuna Sarah seraya bergetar lututnya dan raja itu roboh tanpa tahu kenapa. Karena ditundukkan oleh kekuatan Allah Swt. Raja itu berkata “keluarkan wanita ini, bebaskan..bebaskan!!”. Ketika aku berhadapan dengannya, aku bagaikan berhadapan dengan singa yang akan menghancurkanku. Seakan – akan ada belasan ekor singa yang menjaganya, keluarkan ia dari hadapanku, aku tidak mampu lagi berhdapan dengannya. Seorang raja dhalim tunduk. Sedangkan seorang wanita lemah, ia mempunyai kekuatan Illahi. Mana pasukanmu, mana kekuatanmu, semua tunduk dengan kekuatan Rabbul Alamin. Penguasa langit dan bumi, Dialah Allah Swt.
Allah berfirman “sari’u ilaa maghfiratin min rabbikum wa jannatin ardhuhaassamawati wal ard” bersegeralah kalian menuju pengampunan dari Tuhan kalian, sampailah segera pada maaf-Nya, sampai dan raihlah segala Kasih Sayang-Nya dan surga yang luasnya melebihi segenap luas langit dan bumi. QS. Ali Imran : 133. Capailah setelah kalian mendapatkan pengampunan-Ku, capailah surga, kata Allah.
Tadi kita dengar, demikian luasnya alam ini, demikian luasnya langit itu baru langit pertama dan itu baru sebatas pengetahuan manusia. Mungkin 1000X atau 1.000.000X lebih besar dari yang diketahui oleh manusia saat ini luasnya langit ini karena belum ketemu ujungnya. Sepanjang mereka mempelajari kesana kemari belum ketemu ujungnya langit, ke atas, ke bawah, ke kiri atau ke kanan, mereka terus menemukan ruang yang terus semakin jauh dan itulah keluasan Allah di langit pertama. Dan surga itu lebih luas dari segenap langit dan bumi. Allah menawarkannya kepada kita, itulah lembah kebahagiaan dan lembah kenikmatan, itulah istana – istana keridhaan Illahi yang Allah bangun khusus untuk hamba – hambaNya pengikut Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Rasul saw adalah makhluk yang paling sempurna, ajaran beliau adalah selembut – lembut tuntunan. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika seorang pemuda datang kepada Rasul saw mengadukan dosa – dosanya. Maka Rasul saw tidak menjawab, namun Allah yang menjawab, apa yang difirmankan oleh Allah “innal hasanaat yudzhibnassayyi’at” bahwa pahala – pahala itu menghapus dosa – dosa.
Bagi kita yang banyak dosa, maka perbanyaklah pahala. Sudah terlanjur aku berbuat banyak dosa maka tambahlah untuk makin banyak berbuat pahala karena orang yang menambah dirinya dengan berbuat pahala itu akan diampuni dosa – dosanya dan dibimbing kepada keluhuran. Lidahku banyak mencaci orang lain, bagaimana agar lidahku berhenti dari mencaci orang atau menggunjing orang? Perbanyak baca Alqur’anulkarim, obati bibirmu dengan kalamullah Jalla Wa Alla, perbanyak dzikrullah. Demikian hadirin, mengobati lidah.
Aku banyak berbuat dosa dengan tanganku, maka perbanyaklah berbuat pahala dengan tanganmu. Berbuat dosa dengan mata maka perbanyaklah berbuat pahala dengan mata. “innal hasanaat yudzhibnassayyi’at” sungguh pahala itu menghapus dosa – dosa. Obati dosa – dosa kita dengan pahala. Hadirin – hadirat, demikian indahnya tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Demikian indahnya Allah.
Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul saw ketika melihat Nuaiman radiyallahu anhum. Ketika turun ayat pengharaman minum arak (khamr), maka mereka yang masih minum arak dihukum. Nuaiman minum arak, dihukum. Tidak berapa lama minum arak lagi, dihukum lagi, tidak berapa lama beberapa hari minum arak lagi sampai Sahabat berkata “alaihi la’natullah” laknatnya Allah. Terus – terusan minum arak, terus – terusan mabuk – mabukkan. Rasul saw bersabda “sungguh jangan kalian laknat Nuaiman karena aku tahu, demi Allah dia itu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Seorang pemabuk, Rasul berkata “demi Allah dia itu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Kabar disampaikan kepada Nuaiman, “kau ini terus – terusan mabuk, tadi Rasulullah berkata bahwa sungguh demi Allah kau ini mencintai Allah dan Rasul”. Menangis Nuaiman radiyallahu anhum, “Rasul berkata aku dicintai Allah dan Rasul?” maka aku bertaubat kepada Allah Swt. Demikian indahnya tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Ucapan 1,2 kalimat menggetarkan jiwa yang tidak mau taubat – taubat dengan hukuman tapi runtuh dengan 1,2 kalimat indah yang muncul dari jiwa terindah, yang muncul dari cahaya Allah Yang Maha Indah. Demikianlah tuntunan Muhammad Rasulullah Saw.
Berkata para sahabat “kunna nasma’ tasbihuttha’am wa nahnu na’kul” demikian riwayat Shahih Bukhari. Kami kalau sedang makan itu, kalau Rasulullah makan kami sering dengar suara tasbih makanan yang disentuh jari – jari Sang Nabi saw, terdengar tasbih dan dzikirnya oleh kami ketika disentuh tangan Muhammad Rasulullah Saw. Makanan itu bertasbih kami mendengarnya. Demikian Allah jadikan keindahan pada Sang Nabi saw dan apa – apa yang disekitar Sang Nabi saw. Dan yang mencintai Sang Nabi saw adalah kesempurnaan iman.
Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa ketika di hari kiamat kelak, disaat itulah. Bahwa disaat itu, disaat orang dalam kesulitan, setiap orang dituntut pertanggungjawaban atas setiap huruf yang pernah ia ucapkan, saat semua manusia ditanyakan atas setiap nafasnya, saat setiap debu yang diinjaknya bersasi, disaat itu diangkatlah maqam mahmudah (derajat terpuji) untuk Nabiyyuna Muhammad Saw. Semua yang dipadang mahsyar memuji indahnya derajat Sayyidina Muhammad Saw saat itu.
Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt menjadikan hari –hari kita penuh dengan cahaya kerinduan kepada Allah Swt, Wahai Yang Maha Indah, Wahai Yang Maha Membangun kerajaan langit dan bumi dari tiada, Wahai Yang Maha Mengasuh alam semesta, asuhlah sifat – sifat buruk kami dan runtuhkanlah, gantilah dengan sifat- sifat yang luhur, perbuatan kami yang buruk gantikanlah dengan cahaya keindahan-Mu, dan hari – hari kami yang penuh kesulitan gantikan dengan penuh kebahagiaan. Wahai Yang Maha Memiliki segala keadaan, Wahai Yang Maha Mencurahkan kebahagiaan dari zaman ke zaman, Wahai Yang Maha Memberikan kenikmatan pada setiap kehidupan, Wahai Yang Memiliki setiap nafas hamba- hambaNya, Wahai Yang Maha Melihat semua sanubari hamba-Mu kami berkumpul di malam ini dan Kau Maha Melihat setiap niat kami, segala kesulitan kami, segala permasalahan kami, segala dosa dan kesalahan kami, kami mengadukan kepada pintu maaf-Mu Yang Maha Luas, kami mengadu kepada pintu kedermawanan-Mu Yang Maha Luhur, kami mengadu kepada pintu keindahan-Mu Yang Maha Indah, Wahai Allah Yang Maha Melimpahkan Kebahagiaan di samudera kemakmuran yang tiada pernah habis – habisnya, serulah Nama-Nya, panggillah Nama Allah Jalla Wa Alla, serulah Nama Allah, getarkan bibirmu untuk menyebut Nama-Nya Yang Maha Luhur, semoga bibir ini bisa terus bergerak menyebut Nama-Nya dalam panggilan kerinduan. Wahai Rabbiy terangi jiwa kami dengan cahaya-Mu, terangi setiap nafas kami dengan cahaya-Mu, kami memahami alam semesta ini Kau-lah pemiliknya, kami mengetahui bumi ini Kau-lah pemiliknya, kami mengetahui Kau-lah pemiliknya maka benahilah hamba-Mu ini dari segala kehinaan, benahilah hamba-Mu ini dari segala kerusakan, benahilah hamba-Mu ini dari segala kesulitan dan hambatan.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Tidak lupa kita doakan tamu – tamu kita yang hadir. Ayahanda kita Habib Musthofa Al Aththas dan Habib Musthofa semoga dilimpahi Rahmat dan Keberkahan dan para habaib lainnya hadir bersama kita. KH. Djamaludin dari pengadegan, KH. Abdul Khair dari pengadegan dan Bpk. H. Yusuf dan H. Ashraf Ali dan para tamu – tamu kita semoga dilimpahi keberkahan dhahiran wa bathinan. Dan kita semua yang hadir, Rabbiy Rabbiy jadikan semua wajah kami kelak memandang indahnya Dzat-Mu Rabbiy. Demikian hari – hari kami selalu dalam kerinduan dan jadikan hari – hari kami selalu indah dan selalu rindu akan keindahan-Mu. Ya Rahman Ya Rahim. Kita teruskan dengan doa bersama, mendoakan muslimin – muslimat dengan doa kita Ya Arhamar Rahimin Farij A’lal Muslimin, sebagaimana riwayat Shahih Muslim Rasul saw “tiadalah seseorang mendoakan saudara muslimnya terkecuali malaikat berkata “amin walaka mitsluh”, kalau kita mendoakan satu kebaikan pada saudara muslim lainnya maka malaikat berkata “amin dan untukmu kebaikan itu”. Kalau kita minta pertolongan untuk seluruh muslimin, ada berapa jumlah muslimin di muka bumi yang sedang kesulitan, yang sedang sedih, yang sedang dalam masalah, semua terkena doa kita. Dan malaikat meng-amin-kan, semua itu juga muslimin – muslimat kita doakan pahalanya kembali kepada kita.
Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Habib Munzir Almusawa
Langganan:
Postingan (Atom)