12 Agustus, 2009

Masa Kelam Perempuan Masa Pra-Islam

Topik pembahasan tentang kaum perempuan sejak zaman dulu hingga kini masih masih ramai diperbincangkan. Utamanya adalah tentang relasi (hubungan) antara laki-laki dan perempuan, persamaan hak dalam berbagai bidang (ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya).

Nasib perempuan sebelum datangnya agama Islam, bagaikan sebuah benda yang bebas diperlakukan apa saja oleh pihak lelaki. Dan posisinya pun menjadi menjadi kelompok kelas dua. Perempuan tugasnya hanya melayani lelaki dan harus siap kapanpun saat diperlukan. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan. Bahkan, kesan misogynist (kebencian terhadap perempuan) begitu kental mewarnai kehidupan manusia di zaman jahiliyah.

Seperti diungkapkan Khalifah Umar Ibn Khattab RA. Sebelum dirinya memeluk agama Islam, lahirnya seorang anak perempuan dalam sebuah keluarganya, bagaikan 'aib' bagi keluarga. Apalagi bila mereka mempunyai kedudukan terhormat dalam kelompok masyarakat. Karena itu, demi menutupi aib-nya, anak perempuan yang baru dilahirkan harus dibunuh.

Kalau diselamatkan (tidak dibunuh), anak perempuan di zaman pra-Islam ini hanyalah menjadi pemuas kaum pria. Ia wajib melayani kehendak pria, termasuk bapaknya sekalipun. Dan anak-anak perempuan tidak diperbolehkan bekerja di luar rumah. Mereka cukup untuk memasak di dapur, melayani suami (pria) saat malam hari dan mencuci pakaian. Tak heran bila kemudian muncul adagium bahwa perempuan itu tugasnya hanya di dapur, di sumur dan di kasur.

Pada zaman Yunani kuno, martabat perempuan sungguh sangat rendah. Perempuan hanya dipandang sebagai alat penerus generasi dan semacam pembantu rumah tangga serta pelepas nafsu seksual lelaki. Filosof Demosthenes berpendapat istri hanya berfungsi melahirkan anak, Aristotales menganggap perempuan sederajat dengan hamba sahaya. Filosof lainnya, Plato menilai, kehormatan lelaki pada kemampuannya memerintah, sedangkan 'kehormatan' perempuan menurutnya adalah pada kemampuannya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sederhana dan hina sambil terdiam tanpa bicara.

Kondisi yang sama terjadi di Eropa. Pada tahun 586 M (sebelum datangnya Islam), agamawan di Perancis masih mendiskusikan apakah perempuan boleh menyembah Tuhan atau tidak? Apakah mereka juga dapat masuk ke surga? Diskusi-diskusi itu berakhir dengan kesimpulan: perempuan memiliki jiwa, tapi tidak kekal dan dia bertugas melayani lelaki yang bebas diperjualbelikan.

Sepanjang zaman pra-Islam, posisi perempuan tak pernah berubah, tugas utamanya hanya menjadi 'pelayan' kaum lelaki. Menurut pengasuh Pondok Pesantren Aziziyah, Denanyar, Jombang, KH Aziz Mayshuri menjelaskan, sedikitnya ada empat tahapan kaum perempuan, yaitu perempuan sebagai anak, sebagai isteri, ibu dan anggota masyarakat yang di zaman pra-Islam diperlakukan dengan semena-mena.

Pada fase pertama saat menjadi anak. Pada zaman Jahiliyyah (kebodohan), para orang tua yang memiliki anak perempuan akan menguburnya hidup-hidup. ''Anak perempuan yang lahir pada masa itu, dianggap sebagai aib (hina) bagi keluarganya. Sebab, anak perempuan dianggap tidak berguna dan jika kelak dewasa, ia hanya dijadikan sebagai nafsu pemuas para lelaki,'' ujarnya.

Karena itu, mereka pun kemudian dibunuh. Sebelum masuk Islam, khalifah Umar Ibn Khattab RA juga pernah melakukan hal serupa dan mengubur anak perempuannya hidup-hidup.''Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah. Lalu dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang diterimanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah, alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan.'' (QS An-Nahl [16] : 58-59)

Hal ini berbeda dengan anak lelaki. Mereka menjadikan anak lelaki sebagai seorang calon pemimpin yang memberikan kehormatan bagi anggota keluarga. Karena itu, masyarakat Arab di zaman jahiliyyah ini, begitu bangga bila mendapatkan anak laki-laki.

Fase kedua, saat anak perempuan menjadi isteri. Pada zaman jahiliyah ini, kaum perempuan bisa diwariskan baik secara sukarela atau dipaksa. ''Seorang suami yang sudah tidak senang kepada isterinya, dapat memberikan isterinya kepada orang lain, baik isterinya mau ataupun tidak. Dan jika suaminya ingin menikah lagi, maka isterinya dituduh berbuat serong (selingkuh),'' kata Aziz.

Seperti diketahui, menurut Adat Arab Jahiliyah, seorang wali (pria) berkuasa penuh atas perempuan yang berada dalam asuhannya serta harta yang dimilikinya. Jika perempuan itu cantik, maka akan dinikahi dan diambil hartanya, jika buruk rupa, maka dihalangi nikahnya dengan laki-laki lain. Tujuannya agar walinya dapat menguasai seluruh hartanya. Hal seperti ini ditentang oleh Alquran seperti tercantum dalam surah An-Nisaa' ayat 127).

Fase ketiga, ketika perempuan menjadi seorang ibu. Pada masa jahiliyah, seorang ibu tidak bisa mendapatkan harta warisan apabila anaknya meninggal dunia. Dalam Islam, jika anak meninggal dunia dan ia memiliki harta warisan, maka ibunya dapat mewarisinya sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan Alquran.

Fase keempat, lanjut Aziz, adalah saat perempuan menjadi anggota masyarakat. Di masa jahiliyah, seorang perempuan memiliki gerak langkah yang terbatas. Ia diposisikan hanya menjadi pengurus suaminya dan tidak diperkenankan melakukan hal-hal lain. Karena diskriminasi yang berlebihan inilah, maka Islam sebagai agama yang memberikan rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil 'alamin), menentang setiap perlakuan tidak adil kepada perempuan.

Misalnya, seperti yang disebutkan dalam Alquran surah Al-Hujurat ayat 11 yang menegaskan, kemuliaan seseorang tidak diukur dengan besarnya tanggung jawab atau pangkat dan kedudukannya, tetapi dikarenakan oleh ketaqwaannya kepada Allah SWT. Begitu juga pada surah An-Nisaa' ayat 124, siapa yang mengerjakan amal kebajikan baik laki-laki atau perempuan dan dia beriman kepada Allah SWT, maka mereka akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.

Ketidaksederajatan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan ini, sangat dikecam oleh Islam. Selama ribuan tahun, kaum perempuan diposisikan sebagai makhluk kelas dua yang bertugas hanya melayani suami. Maka hadirnya Islam, semua sistem perbudakan, pembunuhan terhadap anak perempuan dihapuskan. Pandangan Islam yang berkeadilan ini, kemudian memantik semangat baik gerakan-gerakan di dunia Barat untuk menuntut perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan. sya/dia



Kedudukan Perempuan dalam Islam

''Wahai seluruh manusia (lelaki dan perempuan) sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari (sepasang) lelaki dan perempuan.'' (QS Alhujuraat ayat 13 ). Dalam kaitan ini Nabi Muhammad SAW bersabda: '' Perempuan adalah saudara kandung laki-laki.'' (HR Ahmad Abu Daud dan at-Tirmidzi).

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar." (QS Al Ahzab [33]: 35).

Ayat di atas menyiratkan kesetaraan dalam Islam. Bahwa di hadapan Allah, tak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Amal ibadahnyalah yang membedakan kedudukan mereka di hadapan-Nya.

Koordinator Bidang Dakwah PP Fatayat NU, Badriyah Fayumi mengungkapkan, sebelum Islam datang (zaman jahiliah) kedudukan kaum perempuan sangat direndahkan. Setelah agama Islam datang, diseimbangkan (dinaikkan) derajatnya.

''Kalau Islam menetapkan hak dan kewajiban bagi pria maupun perempuan ada yang sama dan ada yang berbeda, itu tidak mempersoalkan kedudukannya, tetapi fungsi dan tugasnya,'' jelasnya.

Menurut ajaran Islam, pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia, baik pria maupun perempuan, semata-mata ditujukan agar mereka mampu mendarmabaktikan dirinya untuk mengabdi kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam Alquran, ''Dan, tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.'' (QS Adz-Dzaariyat [51]: 56).

Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna yang dibawa Rasulullah SAW untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia agar memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Maka, kedudukan, hak, dan kewajiban perempuan ada yang sama dan ada pula yang berbeda dengan pria.

DR Mashitoh Chusnan, Ketua PP Aisyiah mengungkapkan sejak awal kehadirannya, Islam tidak membeda-bedakan antara lelaki dan perempuan. Baik dalam segi ibadah, berkarya dan sebagainya. Banyak ayat suci Alquran yang menjelaskan kedudukan tersebut. Salah satunya ayat suci Alquran yang artinya: ''Sesungguhnya Aku (Allah) tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik seorang lelaki maupun perempuan.'' (QS Ali Imran [3] ayat 195).

Yang membedakan, kata Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini adalah fisik dan psikologisnya. Secara fisik, perempuan diberikan kelebihan untuk melahirkan dan menyusui anaknya, sebuah kegiatan yang tidak bisa dilakukan laki-laki. Dan secara psikologis, anak dilahirkan dan disusui oleh perempuan (ibu), memiliki kedekatan dengan ibu (perempuan). ''Tapi peran yang dilakukan perempuan sama pentingnya dengan peran yang dilakukan laki-laki. Islam tidak memasung kreativitas dan aktivitas perempuan.''

Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Hj Nabilah Lubis menegaskan, Islam tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan. Hak-hak apa yang diberikan kepada laki-laki, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi maupun yang lainnya, hak-hak tersebut diberikan juga kepada perempuan.

Prof Nabilah juga membantah tudingan yang menyebutkan Islam 'kejam' terhadap perempuan. ''Tuduhan itu diungkapkan oleh mereka yang tidak mengerti tentang Islam yang sebenarnya. Tuduhan itu jelas sangat tidak adil, karena justru Islam sangat sangat sayang dan melindungi kaum perempuan,'' tegasnya.

Nabilah kemudian mencontohkan kasus jilbab yang oleh sebagian pihak disebut sebagai upaya penindasan bagi kaum perempuan Islam. ''Justru buat muslimah, jilbab sangat melindungi kaum perempuan. Karena kita menghormati diri sendiri sehingga orang lain pun menghormati kita,'' jelasnya. Sementara itu cendekiawan Muslim Dr Muslimin Abdurrahman menyebutkan ada dua sistem yang menyebabkan masih adanya penindasan terhadap perempuan yakni sistem patriarki dan kapitalis.

Kajian Islam : Keajaiban BATU HAJAR ASWAD

oleh : Habib Hasan Husen Assagaf

Sekurang kurangnya ada lima tempat yang paling dicari jamaah haji atau umrah usai tawaf di Ka’bah. Yakni Multazam, Maqam Ibrahim, Hijir Ismail, area antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, dan Hajar Aswad.



Hajar Aswad merupakan area sempit dan tempat permulaan thoaf. Sebelum thoaf kita harus memberi salam (disunahkan mengusap atau menciumnya), karena itu diperebutkan jutaan orang saat berhaji atau umrah hanya sekedar untuk menciumnya. Mencium atau mengusap Hajar Aswad di musim haji penuh perjuangan yang dahsyat. Kesombongan dan kekuatan sama sekali tak bisa diandalkan. Hanya pertolongan dan taufik dari Allah membuat seseorang dapat menikmati kemurahan Nya.


Sekarang, kenapa batu Hajar Aswat itu dibesar besarkan dan dicium sedangkan ia hanya sebuah batu?


Pertanyaan ini sebetulnya sudah pernah dilontarkan khalifah kedua Umar bin Khattab ra disaati mencium Hajar Aswad. Beliau berkata kepadanya “Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak mendatangkan bahaya dan memberi manfaat, kalaulah bukan karena aku pernah melihat Rasullah saw menciummu nistaya aku tidak akan memciummu” (H.R. Bukhari dan Muslim)



Memuliakan Hajar Aswad bukan adat orang orang Jahiliyah. Hajar Aswad berada ribuan tahun sebelum orang orang Jahiliyah menduduki Makkah. Hajar Aswad berada di sudut Ka’bah seumur dengan umur Ka’bah itu sendiri. Disaat Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah tinggal satu bagian yang belum terpasang yaitu Hajar Aswad. Lalu nabi Ismail pergi mencari suatu. Nabi Ibrahim as berkata “Carilah sebuah batu seperti yang aku perintahkan”. Nabi Ismail mencarinya dan tidak mendapatkanya. Ia kemudian kembali ke Ka’bah, dan ia melihat di tempat tersebut telah terpasang Hajar Aswad. Maka ia berkata “Ayaku, siapa yang membawa batu ini kepadamu?’ Ibrahim berkata “yang membawanya kepadaku adalah Jibril dari langit (surga).



Sesungguhnya Hajar Aswad dan Maqam adalah dua buah batu diantara batu batu Yaqut (batu mulia) diambil dari surga, andaikan Allah tidak menghilangkan cahayanya niscaya sinarnya akan menerangi antara timur dan barat. (H.R. Ahmad )



Kita adalah umat nabi Muhammad saw yang mengikuti segala perintahnya tanpa pamrih. Apa yang dilakukan Nabi saw maka lakukanlah dan apa yang dilarang Nabi saw jauhkanlah. Mencium atau mengusap Hajar Aswad saat thoaf adalah anjuran Nabi saw karena beliau selalu menyentuhnya dengan tangannya yang lembut atau menciumnya dengan bibirnya yang mulia.



Demi Allah, Hajar Aswad akan dibangkitkan pada hari kiamat, Allah memberikanya mata dan lidah kepadanya agar dapat melihat dan berbicara dan memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan benar dan ikhlas (Tirmidhi)



Itulah kemuliaan dan keluhuran Hajar Aswad disisi Allah dan Nabi Nya. Maka tidak heran jika Abdullah putra Umar bin Khattab ra selalu menyentuh Hajar Aswad kemudian mecium tanganya dan berkata “aku tak pernah meninggalkan perbuatan ini semenjak aku melihat Rasulallah saw menciumnya. (HR Muslim)



Jelasnya, ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu mencari cari apa hikmahnya dari ibadah itu. Seperti apa hikmahnya thoaf? Apa hikmahnya sa’i? Apa hikmahnya melempar batu Jamarat? Apa hikmahnya wukuf di Arafah? Apa hikmahnya mencium Hajar Aswad? Apa hikmahnya itu dan apa hikmahnya ini. Ada beberapa ibadah yang kita tidak perlu tahu apa hikmahnya, karena disitu tersimpan rahasia Allah yang tidak bisa diketahu hambaNya. Maka apa yang diperintahkan Allah lakukanlah dengan baik dan apa yang dilarangnya jauhkanlah sejauh jauhnya.



Semoga Allah memberikan kepada kita jalan yang lurus dan memudahkan kita bisa sampai ke tempat yang mulia Makkah agar bisa mecium Hajar Aswad sebagaimana Rasulallah saw menciumya dengan bibirnya yang lembut. Amin



Wallahua’lam.



SEKEDAR INFO:



Ilmuwan Minta Sampel Batu Untuk Buktikan Hajar Aswad Dari Surga

Selasa, 18-11-2008 | 20:29:12 WIB

sumber:muslim daily



Ilmuwan Muslim asal Mesir, Prof. Dr. Zaghlul An-Najjar, meminta dunia Islam untuk mengambil sampel satu atau dua micro Hajar Aswad untuk penelitian dan pembuktian hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa batu Ka’bah itu tidak berasal dari bumi, tapi berasal dari surga.



Dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Wartawan, Senin (17/11), dengan tema Mukjizat Ilmiah dalam Haji itu, An-Najjar meyakinkan dunia Islam bahwa pengambilan sampel itu tak akan merusak Hajar Aswad.



Lebih jauh ilmuwan Mesir itu menegaskan, Hajar Aswad itu terdiri dari potongan-potongan kecil yang tertanam di dalam zat yang merekat. An-Najjar juga meginsyaratkan bahwa Lembaga Geografi Inggris pernah mengutus seorang perwira tinggi untuk mencermati Hajar Aswad.



Lalu sang perwira itu terkesan dengan perlakuan baik dari para jamaah haji yang mengantarkannya ke Masjid Rasulullah, kemudian ia pergi ke Makkah karena dirinya ditugasi untuk mencermati Hajar Asad. Sang perwira mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menyaksikan pemandangan dalam hidupnya yang begitu menggoncangkannya amat dalam kecuali pemandangan Ka’bah di kemuliaan kota Makkah.



An-Njjar juga berbicara tentang Makkah Mukarramah yang menurutnya merupakan lokasi paling mulia di muka bumi. Paslnya, sambung dia, sebagaimana Allah telah memberikan kelebihan kepada beberapa nabi dan rasul, Allah juga telah memberikan kelebihan atas bumi yaitu Makkah kemudian Madinah dan ketiganya Baitul Maqdis.



Terkait ibadah haji, profesor geologi itu memaparkan sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah dalam haji di mana dijelaskan bahwa haji akan mengingatkan anak manusia kepada akhir ajalnya. Selain itu, Thawwaf juga menggambarkan keharmonisan gerakan bumi dengan pergerakan setiap planet di langit menuju satu arah.



Terkait bangunan Ka’bah, An-Najjar menjelaskan bahwa ketika Ka’bah dibangun, saat itu belum ada peralatan-peralatan pengukuran. “Siapakah yang secara detil dan tepat dalam menentukan (posisi Ka’bah) ini kecuali Allah,” ujar dia.



Adapun terkait Sumur Zamzam, An-Najjar menjelaskan bahwa sumur itu merupakan bebatuan panas yang bermetamorfosis yang tidak beracun. Zamzam juga sumur yang mengalirkan air selama lebih dari 4.000 tahun. Lamanya umur aliran air zamzam itu belum dapat diketahui kecuali setelah membuat terowongan di sekitar Makkah yang ketika itu ditemukan garis-garis seperti mie yang sangat detil, lalu mereka dapat mengetahui sumber air itu.



An-Najjar juga mengungkapkan dalil sumber air itu dari hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa “Itu merupakan lubang terowongan Jibril di Aqobah dan siraman Allah untuk Ismail”.



An-Najjar juga menjelaskan Kota Makkah sebagai Ummul Qura seperti tertera dalam surat Al-An’am ayat 92, di mana bukti-bukti ilmiah menyebutkan bahwa Makkah terletak di tengah-tengah bola dunia. (fkr/wn)

Kajian Islam : Mengundang Malaikat Ke Rumah Kita

Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Sebab kehadiran mereka di rumah mereka akan melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian ruhani yang mengalir di rumah itu. Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.

Diantara para malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaiamna syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan di tengah mereka.

Lalu rumah mana saja yang akan dihadiri para malaikat itu?

Diantaranya adalah :
1. Rumah yang diliputi dzikir kepada Allah yang di dalamnya ada ruku dan sujud
2. Rumah yang senantiasa bersih
3. Rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang jujur dan menepati janji
4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim
5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal
6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
7. Rumah yang senantiasa ada tilawah Al-Quran
8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu
9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah
10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram
11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah, dermawan pemaaf yang senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak

Di bawah ini akan dipaparkan beberapa dalil yang menunjukkan pada hal di atas.

Mengenai orang-orang yang berada dalam majlis dzikir Rasulullah bersabda : “Jika kalian melewati kebun-kebun surga maka mampirlah di tempat itu! Para sahabat berkata, “Apa yang dimaksud dengan kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Kelompok manusia yang berdzikir. Karena sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa keliling mencari kelompok manusia yang berdzikir dan jika mereka datang ke tempat mereka malaikat itu dan mengitarinya”, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi dalam buku Al-Adzkar. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda

“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)

Ini semua menunjukkan bahwa dzikir kepada Allah di rumah kita akan menjadikan malaikat memasuki rumah kita dan akan berada dengan kita. Sebaliknya rumah yang dikosongkan dengan dari dzikir maka malaikat juga akan menjauhinya.

Sementara itu orang yang membcan Al-Quran disebutkan dalam sabdanya : “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi syetan dan akan membanjir pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan Al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi syetan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan Al-Quran” (HR. Ad-Darimi).

Dengan membaca Al-Quran maka akan turun malaikat rahmat, akan datang kebaikan akan muncul ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Quran maka ketahuilah bahwa rumah itu sebenarnya telah menjadi kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.

Tentang orang yang rajin menjalin silaturahmi, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki pergi untuk mengunjungi saudaranya di sebuah desa yang lain. Maka segera diperintahkan kepada malaikat untuk menemani orang itu. Tatkala malaikat bertemu dengan orang tadi maka dia bertanya : Kemana engkau akan pergi? Lelaki itu menjawab : Aku akan pergi mengunjungi saudara saya di desa itu! Malaikat itu bertanya : Apakah kau memiliki suatu nikmat yang akan kau berikan padanya? Orang itu berkata : Tidak, saya mengunjunginya semata karena saya mencintainya karena Allah! Malaikat itu berkata : “Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu. Allah telah mencintaimu sebagaimana kau mencintai orang itu” (HR. Muslim)

Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi sayap malaikat Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut” (HR. Tirmidzi).

Tentang rumah orang dermawan yang akan dimasuki malaikat disebutkan dalam sebuah hadits bahwa malaikat akan senantiasa mendoakan mereka : Rasulullah Saw bersabda, “Tiap-tiap pagi malaikat turun, yang satu mendo’akan, “Ya Allah beri gantilah untuk yang menderma, dan yang lain berdo’a, Ya Allah Musnahkan harta si bakhil.”

Rumah-rumah yang di dalamnya ada kejujuran, ada kasih sayang, amanah, ada syukur dan sabar ada taubat dan istighfar akan senantiasa terbuka untuk dimasuki para malaikat sedangkan rumah-rumah yang selain itu maka maka malaikat akan menjauhi rumah tadi.

Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.

Islam adalah agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang. Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)” [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]

Ibnu Hajar berkata : “Ungkapan malaikat tidak akan memasuki….” menunjukkan malaikat secara umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)”. Tetapi, pendapat lain mengatakan : “Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang karena tugas mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.

Sementara itu, yang dimaksud dengan ungkapan rumah pada hadits di atas adalah tempat tinggal seseorang, baik berupa rumah, gubuk, tenda, dan sejenisnya. Sedangkan ungkapan anjing pada hadits tersebut mencakup semua jenis anjing. Imam Qurthubi berkata : “Telah terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan karena anjing itu najis, yang lain mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai oleh setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing menempel najis.” Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa Jibril akan datang. Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang dipegangnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, tetapi mengapa Jibril belum datang ?” Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. “Kapan anjing ini masuk ?” tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut : “Entahlah”. Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. “Mengapa engkau terlambat ? tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Jibril. Jibril menjawab: “Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)” [HR. Muslim].

Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka terdapat anjing”. [HR Muslim]

Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut : “Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun) bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal manusia. [Lihat Syarah Shahih Muslim 14/94]

Malaikat juga tidak suka masuk rumah yang berbau tidak sedap. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya, maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Juga adanya penghuni rumah yang mengancam saudaranya (muslim) dengan senjata. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengarahkan (mengancam) saudaranya (muslim) dengan benda besi (pisau misalnya), maka orang itu dilaknat oleh malaikat, sekalipun orang itu adalah saudara kandungnya sendiri.” (HR Muslim).

Kita semua berharap rumah kita akan senantiasa dikelilingi malaikat dan dijauhkan dari syetan laknat. Maka tidak ada cara lain bagi kita kecuali senantiasa meningkatkan bobot dan kapasitas keimanan, keislaman dan keihsanan kita, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Peningkatan ini kita butuhkan karena hidup ini tidak pernah henti berputar. Waktu kita terus bergulir dan kita tidak bisa menghentikannya. Umur kita terus mengkerut dan kita tidak bisa lagi merentangnya. Hanya ada satu kata dalam kehidupan kita : beramal saleh dengan segera, tanpa ditunda!!

Dalil Nagli : Sholat Taubat

Para ulama bersepakat bahwa shalat taubat ini disunnahkan sebagaimana diriwayatkan dari Abu Bakar bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seseorang yang berdosa lalu dia berwudhu kemudian melaksanakan shalat lalu memohon ampun kepada Allah kecuali Allah akan memberikan ampunan kepadanya… kemudia beliau saw membaca firman Allah :

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿١٣٥﴾
أُوْلَئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ ﴿١٣٦﴾

Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Al Imron : 135 – 136)

Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani didalam “al Mu’jam al Kabir” dengan sanad yang hasan dari Abud Darda bahwa Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang berwudhu kemudian membaguskan wudhunya lalu mengerjakan shalat dua rakaat atau empat rakaat, baik ia shalat wajib atau bukan yang wajib, membaguskan ruku’ dan sujudnya kemudian memohon ampunan kepada Allah maka Allah swt akan mengampuninya.”

Syeikh ‘Athiyah Saqar mengatakan itulah shalat taubah. Yang terpenting adalah hendaklah taubat dan istighfar senantiiasa dilakukan setelah shalat, shalat apa saja. Sesungguhnya berdoa dan memohon ampunan apabila dilakukan setelah suatu perbuatan ketaatan seperti shalat atau membaca al Qur’an maka ia akan dikabulkan.

Demikian pula shalat taubat apabila seseorang melakukan dosa maka taubat baginya adalah suatu kewajiban yang harus segera dilakukan dan disunnahkan baginya untuk melakukan shalat dua rakaat kemudian bertaubat sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakar ash Shiddiq. (Fatawa al Azhar juz IX hal 153)

Adapun tentang bacaannya maka tidak ada riwayat atau dalil yang menyebutkan adanya bacaan-bacaan atau surat-surat khusus saat melaksanakan shalat taubat ini.

Wallahu A’lam

Riset Biokimia: Menyingkap Daya Penyembuhan Madu

Betapa manisnya! Itu terlihat oleh para peneliti yang telah berhasil menemukan emas---pada cairan keemasan---dalam penelitian mereka di Unit Penelitian Madu Waikato, di Universitas Waikato, Selandia Baru, prihal menggunakan madu pada luka. Hasil Penelitian mengkonfirmasikan bahwa madu telah lama digunakan dalam pengobatan tradional, lebih manjur dibandingkan dengan antibiotik dan bebas dari efek samping.

Petrus Molan, Ph.D., Profesor biokimia, ketua Unit Penelitian Madu Waikato, menceritakan tentang seorang pasien dengan luka yang telah dideritanya selama 20 tahun. Terkena infeksi semacam bakteri yang melawan antibiotik, seorang perempuan berkewarganegaraan Inggris dimana pada bagian ketiaknya secara terus menerus mengeluarkan nanah dalam jangka waktu lama. Kelihatan tidak ada yang dapat menolongya, dan mencegah dari rasa sakit yang ia derita.

Di bulan Agustus 1999, dia membaca artikel tentang penyembuhan luka dengan madu. Dia mendesak dokternya untuk mempergunakan madu sebagai obat untuk lukanya, dan sebulan kemudian lukanya telah sembuh total. Dia telah dapat bekerja dari sejak itu.

Dalam test lain, ilmuwan menggunakan berbagai variasi madu terkenal, seperti misalnya madu manuka dari Selandia Baru dan madu jelly bush dari Australia. Keduanya tersedia untuk tujuan pengobatan; sayangnya, rumah sakit jarang menggunakannya. Penelitian Sydney mengkorfirmasi bahwa madu dapat secara efektif menggantikan antibiotik pada luka. Seperti kata seorang dokter, "Madu dapat dipertimbangkan sebagai obat alternatif."

Beberapa studi medis, termasuk satu dari para peneliti di Universitas Sydney, sudah membuktikan kemanjuran madu dalam menyembuhkan luka dan mengobati infeksi ketika digunakan secara benar.

Para ilmuwan Sydney mengkorfirmasikan sesuatu yang telah dikenal selama ribuan tahun: Madu mempunyai berbagai macam khasiat dalam penyembuhan. Beberapa botol "cairan-keemasan" obat mujarab untuk berbagai macam penyakit telah ditemukan di sebuah makam Pharaoh. (Sebuah harta karun, digali ribuan tahun yang lalu, telah ditemukan dalam keaadan masih sangat segar)

Orang-orang Yunani Kuno sepanjang zaman telah menggunakan madu. Sampai Perang Dunia II, madu, sebagai penangkal berbagai macam bakteri, telah digunakan dalam perawatan luka. Dengan kedatangan penisilin dan antibiotik lainnya di abad 20, berbagai macam manfaat pengobatan madu mengalami kemunduran. Tetapi itu mungkin akan segera berubah.

Para peneliti Australia telah berhasil menyingkap sebuah kemungkinan tentang penjelasan akan kemanjuran antimicrobial dari madu. Dr. Shona Blair dari Universitas Pengobatan Sydney telah menemukan bahwa penggunaan madu cair pada sebuah luka berair memproduksi peroksida hidrogen, suatu anti-bakteri yang terkenal. Kelompok Peneliti telah lebih lanjut mendemonstrasikan bahwa madu sangat kuat ketika berhadapan dengan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

Para ilmuwan masih mencoba untuk mendapatkan sumber dari madu pembunuh kuman dan berspekulasi bahwa salah satu dari komponen madu, methylglyoxal, merubah komponen lain di dalam madu, dengan demikian dapat mencegah bakteri dari pemicu perkembangan baru, madu bersifat daya tahan. Sejauh ini, riset spesifik mereka telah menggunakan hasil panen madu dari lebah yang sering berada di semak pohon teh dan pohon semak belukar dan pohon jenis Leptospermum, yang tumbuh di Australia dan daerah perbatasan.

Madu adalah juga dikenal untuk mengurangi edema. Edema dapat meningkatkan pembusukan luka kulit purpuric yang mungkin sampai ke kulit necrosis. Madu yang digunakan pada luka kulit meningococcal mungkin akan sangat membantu. Tambahan, laporan tentang efektivitas madu dalam perawatan ganggren (sejenis penyakit luka membusuk) bisa mendapatkan manfaat dalam mengurangi jumlah amputasi dari keracunan darah pada kulit meningococcal.

Ketika digunakan pada luka bakar, madu dapat mengurangi bekas luka. Saya dapat membuktikan dari pengalaman saya sendiri. Selama tugas saya sebagai tukang masak baru-baru ini, kecerobohan saya muncul mengakibatkan jari tangan saya melepuh berair. Walaupun saya tidak mempunyai madu lebah produk dari semak belukar pohon teh, saya mengoleskan madu fireweed pada bagian yang melepuh. Luka bakar reda dalam beberapa menit, dan pagi berikutnya bagian yang melepuh telah hilang tanpa bekas.

Jangan pernah meremehkan kekuatan penyembuhan yang diperoleh dari alam, seperti cara pengobatan rakyat tradisional yang telah teruji oleh waktu-dalam hal penggunaan madu misalnya, yang telah digunakan ribuan tahun. (Sonja Flesch-Reiss/EpochTimes/ngr)

Dalil Nagli : Susunan Bacaan Tahlil

Tahlil atau tahlilan sudah menjadi tradisi kaum muslimin di Indonesia, utamanya warga Nahdlatul Ulama (NU) sebagai penganut paham Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) sebagai upaya bertawashul kepada Allah SWT untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia atau ahli kubur pada umumnya,

Tahlil secara lughat berarti bacaan لاإله إلاالله (Lailaha illallah) seperti halnya Tasbih berarti bacaan سبحان الله (Subhanallah), Tahmid bacaan الحمد لله (Alhamdulillah) dan lain sebagainya.

Bahasa Arab kebanyakan selain mempunyai arti secara lughowi (bahasa) juga mempunyai arti secara istilahi atau urfi. Tasbih misalnya pengertian secara urfi ialah mengagumi dan mensucikan Allah sang Maha pencipta dari segala kekurangan dan kelemahan, yang direfleksikan dengan bersyukur, rasa takjub dan lain sebagainya yang diiringi dengan mengucapkan Subhanallah.

Demikian pula Tahlil dalam pengertiannya secara urfi atau islitahi ialah mengesakan Allah dan tidak ada pengabdian yang tulus kecuali hanya kepada Allah, tidak hanya mengkui Allah sebagai Tuhan tetapi juga untuk mengabdi, sebagimana dalam pentafsiran kalimah thayyibah

لاإله إلاالله أي لامعبود بحق إلاالله

Artinya: Tiada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah, atau tidak ada pengabdian yang tulus kecuali kepada Allah

Kemudian di dalam melaksanakan bentuk pengabdian manusia sebagai hamba kepada Allah SWT, sudah barang tentu tidak cukup hanya dengan menyebut-nyebut asma Allah akan tetapi harus disertai prilaku-prilaku seorang hamba yang mentaati perintah perintah Allah serta menjauhi larangan larangan-Nya, dan perilaku tersebut digambarkan dalam rangkaian bacaan-bacaan pada tahlilan.

Jadi Tahlil dengan serangkaian bacaannya yang lebih akrab disebut dengan tahlilan tidak hanya berfungsi hanya untuk mendoakan sanak kerabat yang telah meninggal, akan tetapi lebih dari pada itu Tahlil dengan serentetan bacaannya mulai dari surat Al-ikhlas, Shalawat, Istighfar, kalimat thayyibah dan seterusnya memiliki makna dan filosofi kehidupan manusia baik yang bertalian dengan i’tiqad Ahlus Sunnah wal jamaah, maupun gambaran prilaku manusia jika ingin memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di Dunia dan di akhirat kelak.

Tahlilan dari susunan bacaannya terdiri dari dua unsur yang disebut dengan syarat dan rukun, yang dimaksud dengan syarat ialah bacaan :
1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 5 الم ذلك الكتاب .......
5. Surat al-Baqarah ayat 163 والهكم إله واحد ........
6. Surat al-Baqarah ayat 255 الله لاإله إلا هو الحي القيوم ........
7. Surat al-Baqarah ayat dari ayat 284 samai ayat 286 لله مافي السموات ......
8. Surat al-Ahzab ayat 33 إنما يريد الله ........
9. Surat al-Ahzab ayat 56إن الله وملائكته يصلون على النبي ........
10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih

Adapun bacaan yang dimaksud dengan rukun tahlil ialah bacaan :
1. Surat al-Baqarah ayat 286 pada bacaan :واعف عنا واغفر لنا وارحمنا
2. Surat al-Hud ayat 73: ارحمنا ياأرحم الراحمين
3. Shalawat Nabi
4. Istighfar
5. Kalimat Thayyibah لاإله إلاالله
6. Tasbih

Makna dari susunan bacaan tahlil di atas insyaallah akan dipaparkan dalam kesempatan berikutnya.


KH M. Irfan Ms
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Amin, Jampes, Kediri

Dalil Nagli : Jamuan Makanan dalam Acara Tahlilan

Dalam setiap acara tahlilan, tuan rumah memberikan makanan kepada orang-orang yang mengikuti tahlilan. Selain sebagai sedekah yang pahalanya diberikan kepada orang yang telah meninggal dunia, motivasi tuan rumah adalah sebagai penghormatan kepada para tamu yang turut mendoakan keluarga yang meninggal dunia.

Dilihat dari sisi sedekah, bahwa dalam bentuk apapun sedekah merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Memberikan makanan kepada orang lain dalah perbuatan yang sangat terpuji. Sabda Nabi Muhammad SAW:

عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ قَالَ أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الإسْلَامُ قَالَ طِيْبُ الْكَلَامِ وَإطْعَامُ الطَّعَامِ. رواه أحمد

Dari Amr bin Abasah, ia berkata, saya mendatangi Rasulullah SAW kemudian saya bertanya, “Wahai Rasul, apakah Islam itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Bertutur kata yang baik dan menyuguhkan makanan.” (HR Ahmad)

Kaitannya dengan sedekah untuk mayit, pada masa Rasulullah SAW, jangankan makanan, kebun pun (harta yang sangat berharga) disedekahkan dan pahalanya diberikan kepada si mayit. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:

عَنْ بْنِ عَبَّاسٍ أنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إنَّ أمِّي تُوُفِّيَتْ أَفَيَنْفَعُهَا إنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَإنَّ لِيْ مَخْزَفًا فَُأشْهِدُكَ أَنِّي قَدْ تَصَدَّقْتُ بَهَ عَنْهَا. رواه الترمذي

Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, apakah ada matifaatnya jika akan bersedekah untuknya?" Rasulullah menjawab, "Ya”. Laki-laki itu berkata, “Aku memiliki sebidang kebun, maka aku mempersaksikan kepadamu bahwa aku akan menyedekahkan kebun tersebut atas nama ibuku.” (HR Tirimidzi)

Ibnu Qayyim al-Jawziyah dengan tegas mengatakan bahwa sebaik-baik amal yang dihadiahkan kepada mayit adalah memerdekakan budak, sedekah, istigfar, doa dan haji. Adapun pahala membaca Al-Qur'an secara sukarela dan pahalanya diberikan kepada mayit, juga akan sampai kepada mayit tersebut Sebagaimana pahala puasa dan haji. (Ibnul Qayyim, ar-Ruh, hal 142).

Jika kemudian perbuatan tersebut dikaitkan dengan usaha untuk memberikan penghonnatan kepada para tamu, maka itu merupakan perbuatan yang dianjurkan dalam Islam. Sabda Rasulullah SAW:

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَالْيُكْرِمْ جَارَهُ وَ مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ. رواه مسلم

Dari Abi Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hormatilah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah ia berkata dengan kebaikan atau (jika tidak bisa), diam.” (HR Muslim).

Seorang tamu yang keperluannya hanya urusan bisnis atau sekedar ngobrol dan main catur harus diterima dan dijamu dengan baik, apalagi tamu yang datang untuk mendoakan keluarga kita di akhirat, sudah seharusnya lebih dihormati dan diperhatikan.

Hanya saja, kemampuan ekonomi tetap harus tetap menjadi pertimbangan utama. Tidak boleh memaksakan diri untuk memberikan jamuan dalam acara tahlilan, apalagi sampai berhutang ke sana ke mari atau sampai mengambil harta anak yatim dan ahli waris yang lain. Hal tersebut jelas ridak dibenarkan. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya perjamuan itu diadakan ala kadarnya.

Lain halnya jika memiliki kemampuan ekonomi yang sangat memungkinkan. Selama tidak israf (berlebih-lebihan dan menghamburkan harta) atau sekedar menjaga gengsi, suguhan istimewa yang dihidangkan, dapat diperkenankan sebagai suatu bentuk penghormatan serta kecintaan kepada keluarga yang telah meninggal dunia.

Dan yang tak kalah pentingnya masyarakat yang melakukan tahlilan hendaknya menata niat di dalam hati bahwa apa yang dilakukan itu semata-mata karena Allah SWT. Dan jika ada bagian dari upacara tahlil itu yang menyimpang dari ketentuan syara' maka tugas para ulama untuk meluruskannya dengan penuh bijaksana.


KH Muhyiddin Abdusshomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Ketua PCNU Jember

Keajaiban Matematika Sholat 5 Waktu

Tahukah anda bahwa komposisi Rakaat pada shalat 5 kali shari itu ternyata memiliki keajaiban matematis. Hitungan rakaat itu bagi matematikawan membawa sebuah keajaiban. Akankah ini kebetulan, dan apa dibalik itu semua?

Tahukah anda bahwa komposisi Rakaat pada shalat 5 kali shari itu ternyata memiliki keajaiban matematis. Hitungan rakaatitu bagi matematikawan membawa sebuah keajaiban. Akankah ini kebetulan,dan apa dibalik itu semua?

Berikut keajaibannya :
Kita ketahui Shalat wajib 5 waktu terdiri atas 17 Raka'at dalam sehari semalam.

1 Shubuh ........2 raka'at
2 Zhuhur ........ 4 rakaat
3 'Ashar ......... 4 rakaat
4 Maghrib ...... 3 rakaat
5 'Isya ...........4 rakaat
____________________
17 raka'at

Ini bbrapa point Utamanya......:
1.Kita susun jumlah raka'at tersebut: 24434, ini habis dibagi 19, yaitu24434 = 19 x 1286. Coba perhatikan hasil bagi 1286 itu, jumlahnya =1+2+8+6 = 17 sama seperti 2+4+4+3+4=17, Luar biasa bukan, ada berapakahpeluang angka, dimana dengan bilangan pembagi 19, maka bilangan yangdibagi dengan bilangan hasil bagi sama-sama jumlahnya?.

Lalu, mengapa 19???, liat spoiler no.2 dr bawah

2.Sekarang kita lanjutkan; letakkan no.urut shalat di belakang setiapraka'at shalat, maka menjadilah: 21 42 43 34 45, dirapatkan menjadi2142433445, subhanallah ini lagi-lagi bukan mitos, ini data numerikyang eksak, sebab 2142433445 = 19 x 112759655.

3. Selanjutnyakita susun jumlah raka'at setiap hari dan kita kumpulkan jumlahtersebut dalam 1 minggu didapat : 17 17 17 17 17 17 15, enam harimasing-masing 17 raka'at, kecuali hari Jum'at 15 raka'at (4 rakaatdzuhur diganti 2 rakaat shalat jumat). Kita rapatkan, menjadilah17171717171715. Lagi-lagi ini bukan mitos tetapi data numerik,subhanallah 17171717171715 atau 17,17171715 triliun.

Bilangan ini habis dibagi 19 yaitu 17171717171715 = 19 x 903774587985

4.Masih belum selesai, kita lanjutkan. Sisipkan no.urut 1 s/d 7 padamasing-masing jumlah raka'at, jika sebelumnya nomor urut diletakkan dibelakang, maka kali ini kita letakkan di depan sehingga menjadilah:1-17 2-17 3-17 4-17 5-17 6-17 7-15 lalu mari dirapatkan117217317417517617715, masya-Allah ini habis dibagi 19, dan kita haruspakai kalkulator 21 digit, hasilnya? Ini dia: 19X6193332495658821985.

Kalo jumlah angka [Tautan telah dihapus] = 117,217317417517617715 juta triliun&

suatu jumlah yang sulit dibayangkan. Dan luar biasanya jumlah angka ini dengan tepat dapat dibagi 19, tanpa sisa&

Seandainyaitu jumlah uang kita, brarti apabila kita membelanjakannya sebanyak Rp1 triliun maka kita masih punya sisa sekitar Rp117, 217316417517617715JUTA TRILIUN lagi&&!!!!!)

5. Belumlah berakhir; analogdengan di atas, namun yang 15 raka'at ditaruh paling depan, menjadi115217317417517617717, kita pakai kalkulator 21 digit, hasilnya = 19 x6064069337764085143.

Bro elo bayangkan peluang suatu angka 21digit atau angka yang berada pada kisaran ratusan juta triliun untukdapat dibagi 19 itu luar biasa sangat kecil&&, satu angka sajaberubah maka hasilnya untk dpt dibagi 19 berubah pula.....

elo bayangkan brapa jumlah kombinasi yang terdapat didalam angka sebanyak 21 digit&..

Jangankan kisaran segitu banyak&.
Suatujumlah angka sebanyak 2 digit saja yang kita pilih secara acak,probabilitanya sudah sangat kecil untuk dapat dibagi 19 dengan habistanpa sisa, eh ini 21 digit&

Dan sekarang parahnya ketikaurutannya ditukar dimana 15 rakaat (jumlah rakaat hari jumat, dan hariJumat merupakan hari yang paling special bagi umat Islam) ditempatkandiawal perhitungan, ternyata ia menghasilkan jumlah angka yang habisdibagi 19 pula&..

Dimana baik 117217317417517617715 atausekitar 117,217317417517617515 juta TRILIUN (pada point 4) dan115217317417517617717 atau sekitar115,217317417517617717 juta TRILIUN(pada point 5)
Sama2 habis dibagi 19

6. INI YANG TERAKHIR,dimana 17 diganti dengan 24434 untuk hari-hari biasa dan untuk hariJumat 15 diganti dengan 22434 (4 diganti 2, karena pada hari Ju'matZhuhur diganti shalat Jum'at 2 raka'at), maka menjadilah:
1-24434 2-24434 3-24434 4-24434 5-24434 6-24434 7-22434, dirapatkan menjadi:

124434224434324434424434524434624434722434.
Ini mesti pakai kalkulator 42 digit yang sangat khusus, hasilnya
= 19 x 6549169707069707074970238128138128143286

Tidak percaya??? Boleh ditest dengan cara perkalian tradisional, pakai kertas dengan pinsil, seperti berikut:
6549169707069707074970238128138128143286
19----------------------------------------- x
58942527363627363674732143153243153289574
6549169707069707074970238128138128143286
------------------------------------------ +
124434224434324434424434524434624434722434
BRO ELO TAU [Tautan telah dihapus] 2.434 ITU BRAPA...???

ANGKA SEGITU = 124, 434 RIBU TRILIUN TRILIUN TRILIUN....
TRILIUN PANGKAT 3....!!!!!
ADUH BRO GW MO NANGIS LIAT DIGIT ANGKA SEBANYAK ITU....
ITU ADALAH JUMLAH ANGKA YANG BANYAKNYA TIDAK TERBAYANGKAN.....

BAHKAN JUMLAH BUTIRAN PASIR YANG ADA DI SELURUH BUMI...
GAK AKAN PERNAH MENCAPAI JUMLAH SEBANYAK ITU....

satu angka saja berubah dlm 42 digit itu, maka hasilnya untk dpt dibagi 19 berubah pula....
MUSTAHIL JUMLAH ANGKA TERSEBUT DAPAT DITEMUI SECARA ACAK

DARI MULAI DARI POINT 1 SAMPAI POINT 5 GW GAK BISA NGOMONG APA2 LAGI SELAIN MENGUCAP SUBHANALLAH MAHA SUCI ENGKAU YA ALLAH...

MUNGKINKAH PERINTAH SHALAT YANG DITURUNKAN 1400 TAHUN YANG LALU PADA PERISTIWA ISRA MIRAJ....
DIBUAT2/DIKARANGSENDIRI OLEH NABI MUHAMMAD, YANG UMMI (TIDAK BISA MEMBACA DANMENULIS...), TIDAK PERNAH BERGURU PADA SIAPAPUN......
SERTA BERADAPADA DAERAH JAHILIYAH YANG SANGAT TERBELAKANG...., DAN APAKAH IA MAMPUMEMIKIRKAN DENGAN SANGAT JAUH, TENTANG SUSUNAN MATEMATIS RAKAAT SHALATDENGAN BERBAGAI KOMBINASI ANGKA SAMPAI 42 DIGIT......)

LALU MENGAPA ANGKA 19.....????
1. Keistimewaan angka 19 dijelaskan secara gamblang di dalam Alquran, pada ayat ini:
"Neraka(saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas(19) penjaga Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan darimalaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu untuk jadicobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang¬orang yang diberi Kitabmenjadi yakin, dan supaya orang-orang yang beriman bertambah iman nya,dan supaya orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supayaorang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir(mengatakan): 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan inisebagai suatu perumpamaan?' " (al-Muddatstsir 74: 29-31)"

2. 19merupakan jumlah huruf dalam kalimat Basmalah, yaitu kalimat yangmengawali setiap surat dlm Alquran, dan kalimat yg mengawali ketikaseorang muslim berdoa......

3. Angka 19 terdiri dari angka 1 dan9, dimana angka 1 merupakan bilangan pokok pertama dan angka 9merupakan bilangan pokok terakhir dalam sistem perhitungan kita.Keistimewaan tersebut menunjukkan sifat Allah yakni 'Maha Awal dan MahaAkhir' (Surat ke-57 ayat :3).

4. Keistimewaan angka 19 dalamilmu matematik dikenal sebagai salah satu 'Bilangan Prima' yaknibilangan yang tak habis dibagi dengan bilangan manapun kecuali dengandirinya sendiri. Keistimewaan tersebut melambangkan bahwa sifat-Nyayang serba MAHA tidak dibagikan kepada siapapun juga kecuali bagidiri-Nya sendiri (Surat ke-112 ayat 3)

5. Angka 1 melambangkansifat-Nya yang 'Maha Esa' (surat ke-112 ayat 1), sedangkan angka 9sebagai bilangan pokok terbesar melambangkan salah satu sifatnya yangke-38 yaitu 'Maha Besar'.

6. 19 dan 81
Dr. Peter Plichta ahlikimia dan matematika dari Jerman (Baca lebih lanjut Peter Plichta,God's Secret Formula, atau situs-situs dari Dr. Peter Plichta.).Berpendapat bahwa, tampaknya, semua formula matematika dan angka-angkaberhubungan dengan dua kutub matematika alam semesta ini yaitu 19 dan81. Angka 81 spesifik karena melengkapi angka 19, (19 + 81= 100).Jumlah angka-angka tersebut adalah 19:
1 + 9+8+1=19.

Bila kita analisis sedikit lebih lanjut, terdapat hubungan angka-angka tersebut dengan cara:
1:19 = 0,052631578947368421052631578947368421
Angkayang berulang secara periodik, berulang dengan sendirinya tepat padadigit ke-19 sesudah koma, liat 0526 dst berulang kembali,
dan, yang menarik jumlah dari angka-angka tersebut:
( 0 + 0 + 5 + 2 + 6 + 3 + 1 + 5 + 7 + 8 + 9 + 4 + 7 + 3 + 6 + 8 + 4 + 2 + 1 ) adalah 81...!!!

Sekarang:1 : 81 = 0,012345679 ...
Ups.....!!!!!! Angka 8 terlewat, padahal angka yang lain secara periodik muncul.
Hilangnyaangka 8 adalah ilusi, dan nilai resiprokal angka 81 adalah "alamiah",menghasilkan satu seri sistem desimal bilangan 0,1, 2 .... danseterusnya; dan sistem itu bukan buatan manusia. Tetapi mengapa angka8, bukan angka lainnya, yang "hilang"? Diduga, karena angka 8berhubungan dengan angka 19. Bilangan prima ke-8 adalah 19

Dalamal-Qur'an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, force, yang menjunjung'Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan 'Arsy, yang bermaknapower and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat(al-Haqqah 69 : 17). Sebagian mufasir, seperti Mu¬hammad Abdul Halim,menerjemahkan 'Arsy dengan "Majelis Langit"4 atau "Wilayah PemerintahanKosmos". Wilayahnya tidak terbatas, "di bawah 'Arsy terdapat (unsur)air" (Hud 11 : 7). Berlimpah unsur hidrogen, elemen kimia yang palingringan dari unsur air, H2O. Jauh lebih luas dari alam semesta yangdiketahui.Dalam Kalender Tahun Komariyah (Sistem Peredaran Bulan),terjadinya Tahun Kabisat terjadi pada setiap 19 tahun sekali.

6.Dalam buku "Atlas Anatomi" yang disusun oleh Prof. Dr. Chr. P. Ravendapat diketahui bahwa sebagian dari kerangka manusia yaitu : - tulangleher ada 7 ruas, tulang punggung ada 12 ruas, jadi jumlahnya 19 .Menurut para biolog, ke-19 ruas tulang tersebut mempunyai peranan yangsangat penting bagi setiap manusia karena didalamnya terdapat sumsumyang merupakan lanjutan dari otak, dengan saraf-saraf yang menuju keseluruh bagian tubuh. Adanya gangguan pada ruas tersebut maka seluruhtubuh akan kehilangan kekuatan.

7. Pada point 5, juga ditemukanhal yang menarik, alat-alat tubuh manusia seperti tangan dan kakisangatlah penting fungsinya bagi kehidupan kita. Bila diteliti ternyataterdapat 19 ruas tulang pada masing-masing tapak tangan/kaki (denganmengecualikan ruas-ruas pergelangan tangan). Dan tahukah anda, bilabentuk tapak tangan/ kaki kita menyerupai bentuk kata Allah (dalamBahasa Arab) ?

[Image: hand19-Allah.jpg]

Dan apabila kita kalikan ke-4 ruang tulang pd kaki dan tangan maka = 19X4=76
76 adalah nomor surat AlInsaan dlm Alquran yg berarti "manusia"

8. Lalu lihatlah gambar dibawah ini
Umumnya tangan manusia memiliki pla lekukan seperti itu....
Danapabila kita gabungkan angka 18 dan 81 (dlm tulisan arab) pada telapaktangan kanan dan kiri kita, maka akan kita temukan 1881, dan angka 1881lagi2 merupakan angka ajaib karena 18 + 81 = 99 (asmaul Husna)sedangkan apabila digabungkan 1881 maka hasilnya 1881 = 19 X 99 (lagi2angka 19) dan apabiladikurangi 81-18=63 (umur Rasulullah ketika wafat)

[Image: image003.jpg]

Marikita renungkan ayat ini "Kami akan memperlihatkan kepada merekatanda-tanda Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri,hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakahcukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"(QS. Fushshilat 41:53)

9. Bahwa angka 19 adalah kode matematikyang melatarbelakangi komposisi literer Quran, suatu fenomena unik yangtiada duanya yang sekaligus membuktikan bahwa Quran adalah wahyu Ilahi,bukan karya manusia. Otak manusia tidak akan mampu mencipta karyaliterer yang tunduk pada suatu kode matematik yang sekaligus membawatema utamanya. Apalagi mengingat turunnya wahyu secaraberangsur-angsur, secara spontan (tanpa direncanakan) denganbahagian-bahagian surat yang acak tidak berurutan, disesuaikan denganperistiwa-peristiwa yang melatar-belakanginya.

10. Selanjutnya,angka 19 dapat berfungsi sebagai pemeliharaan keutuhan Quran. Angka 19dapat digunakan untuk mencek apakah dalam sebuah kitab Quran terdapatsuatu kesalahan atau tidak, dengan cara menghitung kata-kata krusialyang jumlahnya dalam Quran multiplikatif dengan angka 19, kemudianmembagi angka hasil hitungan dengan 19, maka akan terlacaklah ada atautidaknya suatu kesalahan. Demikianlah seluruh isi Quran seutuhnya akantetap asli hingga di akhir zaman karena telah disegel oleh-Nya denganangka 19 yang merupakan lambang identitas-Nya. Wallahu a'lam bissawab.


Perhatikan ayat2 Alquran di bawah ini :
SupayaDia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikanrisalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apayang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu(QS al-Jinn 72 : 28)

yangkepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyaianak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telahmenciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya denganserapi-rapinya ( QS Al Furqaan 25:2)

Sesungguhnya Tuhanmuhanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Dan pengetahuan-Nyameliputi segala sesuatu." (QS Thaahaa 20 : 98)

Esensidr ke-3 ayat ini dan inti dr thread ini adalah bahwa ilmu Tuhanmeliputi segala sesuatu, tidak ada yang tertinggal. Semua kejadian,objek alam, penciptaan di bumi dan langit, dan struktur al-Qur'an,maupun apa yang dibahas dlm thread ini yaitu ttg susunan dan komposisirakaat shalat wajib 5 waktu...
Kesemua hal ini tersusun danterstruktur dengan hitungan yang sistematis dan teliti.tidak ada yangterjadi secara kebetulan. Sebenarnya bila diketahui, (sebagian) ilmutersebut meliputi risalah-risalah yang disampaikan dan ilmu yang adapada para Rasul.

Tp kl masih ada yg bertanya maksudnya apa setelah segala sesuatunya telah jelas, mungkin ayat inilah jawabannya....:

"Neraka(saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas(19) penjaga Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan darimalaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu untuk jadicobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang¬orang yang diberi Kitabmenjadi yakin, dan supaya orang-orang yang beriman bertambah iman nya,dan supaya orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supayaorang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir(mengatankan): 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan inisebagai suatu perumpamaan?' " (al-Muddatstsir 74: 29-31)

Kajian Islam: Sejarah & Dalil Nagli Hadhroh; Musik warisan Sufi

Hadhroh atau yang lebih populer dengan musik terbangan ( rebana bahasa jawa ) tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam Wali Songo

TAK ada yang tahu kapan Hadhroh datang di bumi Nusantara ini. Namun Hadhroh atau yang lebih populer dengan musik terbangan ( rebana bahasa jawa ) tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan dakwah Islam Wali Songo. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudah konprensi besar para wali, di serambi Masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana menurut irama seni arab. Penggunaan rebana tersebut diadopsi oleh Wali Songo dengan kebiasaan di daerah asal Wali Songo tersebut ( Hadrolmaut ) yang dijadikan media berdakwah.

Menurut keterangan dari ulama besar Palembang yaitu Al’Alimul ’Alamah Al’Arifbillah Al Habib Umar Bin Thoha Bin Shahab, adalah Al Imam Ahmad Al Muhajir ( kakek dari Wali Songo kecuali sunan kalijogo ), waktuhijrah ke Yaman ( Hadrolmaut ) maka beliau mendapati seorang Darwisy (pengikut thoriqot sufi ) yang sedang asyik memainkan Hadhroh (rebana) serta mengucapkan syair pujian kepada Alloh dan Rosul-Nya, sehingga bersahabatlah sang Imam dengan Darwisy tersebut ”. Sejak itu apabila Imam Muhajir mengadakan majelis maka disertakan darwisy tersebut, hingga sekarang keturunan dari Imam Muhajir tetap menggunakan Hadhroh disaat mengadakan suatu majelis.

Saat ini Hadhroh telah berkembang dengan pesatnya sebagai musik pengiring Maulid Nabi SAW serta acara – acara keagamaan lainnya seperti haul, isro mi’roj dan sebagainya. Dan kini banyak bermunculan grup-grup Hadhroh.

Makna Hadhroh dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran.

Tetapi di dalam istilah kebanyakan, Hadhroh diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana. Dari segi istilah atau definisi, Hadhroh menurut tasawuf adalah suatu metode yang bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke ‘hati’, karena orang yang melakukan hadhrah dengan benar terangkat kesadarannya akan kehadiran Allah yang senantiasa hadir.

Pada asalnya Hadhroh ini merupakan kegiatan para sufi yang biasanya melibatkan seruan atas sifat – sifat Allah yang Maha Hidup ( Al-Hayyu ), dapat dilakukan sambil berdiri, berirama dan bergoyang dalam kelompok- kelompok.

Sebagian kelompok berdiri melingkar, sebagian berdiri dalam barisan, dan sebagian duduk berbaris atau melingkar, pria di satu kelompok, dan wanita di kelompok lain yang terpisah. Kebanyakan tarekat sufi mempraktikkan dzikrullah dengan berirama atau menyanyi, dengan sekali-sekali menggunakan instrumen musik, terutama genderang.

Musik telah memasuki praktik tarekat sufi secara sangat terbatas, dan sering untuk jangka waktu sementara di bawah tuntunan seorang syekh sufi. Di anak-benua India, kaum sufi mendapatkan bahwa orang Hindu sangat menyukai musik, sehingga mereka pun menggunakan musik untuk membawa mereka ke jalan kesadaran-diri, dzikrullah dan kebebasan yang menggembirakan.

Maka walaupun peralatan musik digunakan untuk maksud dan tujuan itu, namun pada umumnya mereka dianggap sebagai penghalang yang tak perlu. Kebanyakan bait- bait yang dinyanyikan adalah mengenai jalan rohani dan tak ada hubungannya dengan nyanyian biasa. Sering merupakan gambaran tentang bagaimana membebaskan diri dari belenggunya diri dan bagaimana agar terbangun. Jadi, nyanyian dan tarian sufi merupakan bagian dari praktik menumpahkan kecemasan duniawi dan menimbulkan kepekaan dalam diri dengan cara sama (mendengar).

Dalam konteks sufi, segala sesuatu yang berhubungan dengan musik atau nyanyian dimaksudkan untuk peningkatan rohani dan penyucian-diri. Musik tidak dilakukan demi hiburan sebagaimana musik biasa yang ritmis dan menggairahkan secara fisik. Tarian itu adalah untuk Allah, bukan untuk orang lain.

Musik adalah alat, dan bila dipegang oleh orang yang tahu bagaimana menggunakannya, akan bermanfaat untuk tujuan yang diniatkan. Sebaliknya ia bisa lepas kendali dan menyebabkan kerusakan. Kesimpulannya hadhroh itu merupakan kegiatan atau praktik membuka jalan masuknya hidayah Allah ke dalam hati dengan jalan mandengarkan syair – syair religius atau keagamaan dengan diiringi alunan irama – irama yang di hasilkan oleh instrumen alat-alat musik terutama rebana.

Hadhroh dan Syariat Islam.

HADROH di dalam pandangan syariat agama masih menjadi perdebatan. Tak sedikit yang mendiskriditkan atau memojokkan hadhroh sebagai suatu hal yang diharamkan sehingga orang yang melakukannya dianggap melakukan kemusyrikan. Namun sebagian besar mengatakan bahwa musik ini tidak menyimpang dari syariat.

Hadits dari A'isyah ra menyebutkan’ Suatu ketika Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam masuk ke bilik 'Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata: ... dan di sisi saya terdapat dua orang hamba sahaya yang sedang menyanyi), lalu Abu Bakar mencegah keduanya. Tetapi Rasulullah malah bersabda, “Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini. (HR. Bukhari).

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “ Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah memukul rebana dan suara(lagu) pada saat pernikahan.” (Hadits shahih riwayat Ahmad).

Adapun pernikahan, disyariatkan di dalamnya untuk membunyikan alat musik rebana disertai nyanyian yang biasa dinyanyikan untuk mengumumkan suatu pernikahan, yang di dalamnya tidak ada seruan maupun pujian untuk sesuatu yang diharamkan. Khusus bagi kaum wanita untuk mengumumkan pernikahan agar dapat dibedakan dengan perbuatan zina, sebagaimana yang dibenarkan dalam hadits shahih Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Namun genderang dilarang membunyikannya dalam sebuah pernikahan, cukup dengan memukul rebana saja.

Ada satu jenis alat musik yang diterangkan kebolehannya secara jelas, yaitu rebana (Arab : duff atau ghirbal), sesuai sabda Nabi SAW : “Umumkanlah pernikahan dan tabuhkanlah untuknya rebana (ghirbal).” (HR. Ibnu Majah) (al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ Ala al-Madzahib al-Arba’ah, II/52).

Selain rebana, ulama berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan dan ada pula yang menghalalkan. Pendapat Nashiruddin Al-Albani mengatakan hadits-hadits yang mengharamkan alat-alat musik seperti seruling, gendang, dan sejenisnya, seluruhnya dha’if (lemah).



Tapi ada beberapa ahli hadits yang memandang hadits-hadits itu shahih. Seperti Ibnu Shalah dalam Muqaddimah ‘Ulumul Hadits, An-Nawawi dalam Al-Irsyad, Ibnu Katsir dalam Ikhtishar ‘Ulumul Hadits, Ibnu Hajar dalam Taghliqul Ta’liq, As-Sakhawy dalam Fathul Mughits, Ash-Shan’ani dalam Tanqihul Afkar dan Taudlihul Afkar, juga Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayim dan masih banyak lagi. Tetapi Al-Albani lebih setuju pendapat Ibnu Hazm dalam Al-Muhallamunqathi’ (terputus sanadnya) (Nashiruddin al-Albani, Dha’if al-Adab al-Mufrad, hal. 14-16).Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Muhalla (VI/59) berkata :

“Jika belum ada perincian dari Allah SWT maupun Rasul-Nya tentang sesuatu yang kita perbincangkan di sini [dalam hal ini adalah nyanyian dan memainkan alat-alat musik], maka telah terbukti bahwa ia halal atau boleh secara mutlak.” (Al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 57).

Kesimpulannya, memainkan alat musik apa pun, adalah mubah. Inilah hukum asalnya, sesuai kaidah fiqih : Al-ashlu fi al-asy-yaa` al-ibahah maa lam yarid dalilu at-tahrim [Hukum asal benda adalah boleh selama tidak terdapat dalil yang mengharamkannya].

Maka jika ada dalil syar'i tertentu yang mengharamkan, pada saat itu suatu alat musik hukumnya haram dimainkan. Misalnya :

(1). Jika suatu alat musik diduga kuat akan mengantarkan pada perbuatan haram, atau mengakibatkan dilalaikannya kewajiban, hukumnya haram. Sebab kaidah fiqih menetapkan : al-wasilah ila al-haram haram [Segala sesuatu perantaraan kepada yang haram, hukumnya haram juga]. Misalnya saja alat musik yang dimainkan mengakibatkan ikhtilath (campur baur pria wanita) atau dilalaikannya shalat wajib.

(2). Jika suatu alat musik digunakan untuk mengiringi lagu yang syairnya bertentangan dengan Islam, hukumnya haram. Karena itu syair yang dinyanyikan wajib syair Islami atau yang dibolehkan Islam. Jika suatu alat musik digunakan mengiringi lagu yang syairnya tidak dibolehkan Islam, misalnya menyerukan nasionalisme, hukumnya haram.

(3) Jika suatu alat musik digunakan secara khusus oleh orang kafir dalam upacara keagamaan mereka, hukumnya haram. Sebab haram hukumnya muslim menyerupai orang kafir (tasyabbuh bil-kuffar), sesuai hadits Nabi SAW, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk ke dalam golongan mereka." (HR. Abu Dawud).





Pendapat Ulama

ULAMA-ulama Islam masa kini tidak ketinggalan menyumbangkan pandangan-pandangan mereka terhadap hukum musik. Dan mereka terbagi kepada dua golongan, yaitu golongan yang mewajibkan dan golongan yang mengharamkan. Mereka yang mengharamkan berpegang kepada nash-nash Al-Quran dan sunnah serta ‘illah yang disebut oleh ulama-ulama terdahulu. Cuma ada juga khilaf di kalangan mereka tentang alat-alat yang diharuskan. Ada juga yang mengkhususkan kepada duf saja. Mereka berikhtilaf pada keadaan-keadaan dibenarkan memukul duf dan siapakah yang wajib menggunakannya.

Pendapat pertama menyatakan bahwa duf hanya boleh digunakan di dalam upacara-upacara perkahwinan, hari raya, dan suasana-suasana kegembiraan seperti berkhitan. Hanya kaum perempuan saja yang dibenarkan memukul duf. Pendapat ini dikemukakan Syeikh Abdul Aziz bin Baz, Syeikh Saleh Fauzan, Syeikh Muhammad bin Saleh Al-‘Usaimin dan Syeikh Nasiruddin Al-Albani. Mereka bersandarkan kepada mazhab Hanbali.

Pendapat kedua, duf boleh digunakan dalam semua keadaan dan boleh dipukul oleh kaum lelaki dan wanita.

Seterusnya ada ulama-ulama yang mengharuskan penggunaan seluruh alat muzik tanpa ada pengecualian, tetapi mereka meletakkan syarat-syarat dan batas-batas penggunaan alat tersebut agar tidak bertentangan dengan hukum Allah SWT. Mereka yang berpendapat demikian antara lain:

Dr. Yusuf Al-Qardhawi di dalam kitabnya Malamih Al-Mujtama’ Al-Muslim.

Dr Abdul Karim Zaidan dalam bukunya Al-Mufassal fi Ahkam Al-Mar’ah wa Baitil Muslim juzuk 4 bab 8 iaitu Babul Lahwi wal La’ab.

Dr Mohammad Imarah di dalam bukunya Al-Islam wal Funun Al-Jamilah.

Dr Kaukab ‘Amir dalam bukunya As-Simaa’ ‘Inda As-Sufiyyah.

Pendapat mereka sama dengan pandangan beberapa ulama terdahulu seperti Ibnu Hazm Al-Andalusi, Ibn Tahir Al-Qaisarani, Abdul Ghani An-Nablusi, Al-Kamal Jaafar Al-Idfawi Asy-Syafie dan Al-Imam Mohd. Asy-Syazili At-Tunisi.

Sebagian dari mereka seperti Al-Qardhawi berpendapat demikian kerana hadits-hadits yang mengharamkan alat-alat musik ada sahih ghair sarih (sahih tetapi tidak nyata) ataupun sarih ghair sahih (nyata tetapi tidak sahih). Nash-nash tersebut tidak mampu untuk memutuskan hukum karena hukum harus diputuskan dengan nash yang sahih wa sarih (sahih dan nyata).

Sebahagian yang lain seperti Dr. Abdul Karim Zaidan dan Dr. Kaukab mempunyai pandangan yang sama dengan Al-Ghazali. Mereka menyatakan pengharaman alat-alat yang disebut di dalam nash-nash hadits karena merupakan syiar ahli fasiq dan maksiat. Pada pandangan mereka musik tidak haram dari sudut irama atau bunyinya. Tetapi yang menjadikan haram ialah unsur-unsur eksternal yang lain yaitu alat yang biasa digunakan di dalam majelis-majelis dan tujuan-tujuan yang bertentangan dengan batas syara’. Justru itu alat-alat tersebut tunduk kepada perubahan tempat dan masa. Penggunaan alat-alat ini juga seharusnya disesuaikan dengan lingkungan yang dibenarkan oleh syara’ yaitu:

Niat penggunaan alat-alat tersebut dan pendengar iramanya hendaklah betul berdasarkan kaidah Al-umur Bimaqasidiha.

Tujuan dan suasana digunakan alat-alat tersebut ialah tujuan dan suasana yang baik, mulia dan tidak bertentangan dengan batas-batas syara’.

Dr Kaukab ‘Amir menyatakan: “Pada hakikatnya majelis-majelis maksiat pada hari ini seperti klub-klub malam menggunakan seluruh alat musik yang ada sekarang. Majelis-majelis tersebut tidak lagi menggunakan alat-alat tertentu (seperti zaman dahulu) malah keseluruhan alat digunakan. Sebab itu tidak mungkin kita menghalalkan sebahagian alat (seperti duf dan gendang) dan mengharamkan sebagian yang lain. Bahkan diharuskan kepada individu muslim mendengar irama alat-alat tersebut tetapi harus sesuai dengan adab-adab Islam dan tidak mencoba meniru kelakuan dan perbuatan ahli-ahli fasiq dan maksiat.

Mengutip dari ucapan Imam Ghazali didalam kitab kimiyaayi sa’adat pada bab yang berjudul ‘pembahasan tentang mendengarkan musik (samaa’) dan penjelasan tentang apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang. ‘Ketahuilah bahwa Tuhan, yang mahaagung, memiliki rahasia dalam hati manusia yang tersembunyi sebagaimana api dalam besi. Seperti rahasia api yang mewujud dan tampak ketika besi dipukul dengan batu, maka dengan mendengarkan musik yang menyenangkan dan harmonis menyebabkan esensi (hati) manusia bergerak serta mewujudkan sesuatu dalam diri tanpa disadarinya. Alasan untuk ini adalah adanya hubungan antara esensi hati (nurani) manusia dengan dunia transeden (alam arwah), yang disebut alam ruh (arwah). Dunia transeden adalah dunia kecantikan dan keindahan, sedangkan sumber kecantikan dan keindahan adalah keselarasan(tanaasub). Semua yang selaras mewujudkan keindahan didunia karena seluruh kecantikan, keindahan, dan keselarasan yang dapat diamati di dunia ini adalah pantulan kecantikan dan keindahan dunia tersebut (alam arwah). Karena itu, nyanyian yang menyenangkan dan harmonis mempunyai kemiripan tertentu dengan keajaiban dunia tersebut (alam arwah), dan kerenanya timbullah kesadaran dalam hati, dan juga gerakan (harakat) serta gairah, dan sangat mungkin diri manusia sendiri tidak mengetahuinya. Maka inilah kebenaran bagi hati manusia, yang sederhana, yang bebas dari berbagai cinta dan gairah yang dapat mempengaruhinya. Namun, apabila tidak bebas dari hal-hal itu, dan ia terisi sesuatu, maka sesuatu itu akan bergerak dan berpengaruh sebagaimana api yang kian berkobar. Mendengarkan musik (samaa’) penting bagi seseorang yang hatinya dikuasai oleh cinta kepada Tuhan, supaya api asmara kian berkobar; namun bagi yang hatinya dipenuhi kecintaan kepada yang fana (hubbu dunya) , mendengarkan musik merupakan racun yang mematikan, dan karenanya haram baginya.

Diperkenalkan Rumi

Hadhroh pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh sufi yang hingga kini karya-karyanya banyak diperbincangkan pakar pakar dan sarjana- sarjana, baik dari timur maupun barat.

Tokoh sufi itu ialah Jalaluddin Rumi Muhammad bin Muhammad Al-Balkhi Al-Qunuwi. Ia kerap dipanggil sebagai Rumi, karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Jalaluddin dilahirkan di Balkh , Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207.

Saat usianya baru menginjak 5 tahun ia pernah diramal oleh Fariduddin Attar, salah satu tokoh sufi. Dalam ramalannya dia menyebutkan bila Rumi akan menjadi tokoh spiritual yang besar. Sejarah kemudian mencatat bahwa ramalan Fariduddin itu tidak meleset.

Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, Ayah dari Rumi adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Karena sangat berkharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun karena gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain, maka merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Dan celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh bersama keluarganya. Saat itu Rumi baru beruisa lima tahun, dan sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran Timur Laut). Dari Sinabur mereka pindah ke Baghdad , Makkah, Malattya (Turki), Laranda ( Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya , Turki. Karena penguasaan ilmu agama yang baik maka ayah dari Rumi pun diangkat sebagai penasihat oleh Raja Konya Alauddin Kaiqubad. Selain itu ia juga diangkat sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota itu pula ayah Rumi wafat saat Rumi berusia 24 tahun.

Rumi yang sejak kecil menimba ilmu agama kepada ayahnya juga belajar dan berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq At-Turmudzi, yang merupakan sahabat dan pengganti ayahnya dalam memimpin perguruan. Selain itu Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya tersebut. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya . Dengan pengetahuan agamanya yang sudah cukup luas, disamping sebagai guru, ia juga menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairannya dimulai saat ia berusia 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang mempunyai murid sebanyak 4.000 orang. Sebagaimana layaknya seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan menjadi tumpuan ummat untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin/Syamsi Tabriz.

Suatu saat, ketika Rumi mengajar seperti biasanya, di hadapan khalayak dan banyak bertanya sesuatu kepadanya, tiba dia mendapati seorang lelaki asing, yakni Syamsi Tabriz yang ikut bertanya. Pertanyaannya adalah, Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?

Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi sangat terkesima lantaran sangat jitu dan tepat pada sasarannya. Akibatnya, ia tidak mampu menjawab.

Selanjutnya, Rumi pun berkenalan dengan Tabriz . Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz . Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari. Sultan Walad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz , guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya. ‘Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna’

Celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya sehingga banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya . Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Mendengar kabar tersebut Tabriz mengirim surat dan menegur Rumi.

Karena merasakan menemukan gurunya kembali, maka gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi. Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Walad untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya . Demi mengabulkan permintaan Rumi, Tabriz kembali ke Konya . Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz . Lambat-laun para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz . Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah.

Walau Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, tetapi Tabriz tidak kembali lagi. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divani Syamsi Tabriz . Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalati Syams Tabriz .

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain.

Karya tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa, merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya). Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

Diusia 68 tahun Rumi pada akhirnya wafat tepatnya Pada 5 Jumadil Akhir 672 H.

Sebelum meninggal ia mengalami sakit keras. Melihat kondisi Rumi, Penduduk Konya dilanda kecemasan. Meski demikian, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya yang datang menjenguk dan mendo’akannya, ‘Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan’. Rumi sempat menyahut, ‘Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit.’ Sebab akhirnya semua manusia akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan kepergian seseorang yang dihormati. m ali imron

Riset Biomedis: Shalat Membantu Penderita Disfungsi Ereksi

Satu lagi hasil penelitian menegaskan bahwa syariat Islam benar-benar yang terbaik bagi kehidupan manusia, termasuk bagi mereka penderita gangguan kesehatan

Kewajipan shalat lima kali sehari semalam ke atas semua umat Islam bermula sejak Rasulullah diangkat ke langit saat peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Begitu istimewa sekali ibadah shalat sehingga Rasulullah SAW naik ke langit bagi menerima Rukun Islam yang kedua ini, tidak seperti ibadah-ibadah lain.

Keistimewaan shalat menarik minat peneliti Universiti Malaya (UM). Minat penelitian ini timbul karena dipandang masih teramat sedikitnya kajian yang komprehensif mengenai shalat dari segi saintifik.

Sebuah studi ilmiah di Malaysia mengungkap manfaat dari ibadah shalat, tidak hanya meningkatkan iman seseorang, tapi melakukannya dengan gerakan yang benar juga bermanfaat untuk kesehatan mental dan fisik, termasuk menyembuhkan disfungsi ereksi.

Manfaat lain yang diungkap dari penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti biomedis di Universitas Malaya adalah, shalat bisa mengurangi detak jantung yang cepat, mengurangi sakit punggung, dan menguatkan otot bawah panggul.

Penelitian ini dikethuai Kepala Biomedical Engineering Department di Universitas Malaya, Prof Madya Dr Fatimah Ibrahim beranggotakan Prof. Dr. Wan Abu Bakar Wan Abas dan Ng Siew Cheok. Menurut Fatimah Ibrahim, berdasarkan hasil studi mereka menemukan shalat dapat membantu pasien penderita disfungsi ereksi.

Mengutip hasil studi peneliti sebelumnya Marijke Van Kampen, Dr. Fatimah mengatakan olahraga untuk otot bawah panggul bisa memperlancar sirkulasi darah dan mengurangi gejala penyakit disfungsi ereksi.

"Percobaan yang kami lakukan terhadap dua orang pasien penderita disfungsi ereksi, menunjukkan adanya perbaikan yang cepat (dalam hal kesehatan seksual mereka), setelah menjalani "terapi shalat" selama satu bulan," katanya kepada para wartawan setelah pembukaan seminar nasional "Shalat Science" di Masjid Wilayah Persekutuan, Malaysia (5/8). Seminar dibuka oleh mantan perdana menteri Malaysia Tun Abdullah Ahmad Badawi.

Dr. Fatimah mengatakan, gerakan shalat juga bisa mengurangi derita sakit punggung, terutama bagi ibu hamil. Studi itu dilakukan dengan melibatkan pasien penderita sakit punggung biasa dan ibu hamil dari komunitas Melayu, India dan China.


Posisi Rukuk


12 raka'at shalat sama dengan 30 menit olahraga ringan setiap hari seperti yang dianjurkan oleh ahli-ahli kesehatan
Menurut Ng Siew Chok yang menjalankan kajian otak dalam dalam penelitian ini mengatakan, setiap pergerakan manusia menghasilkan corak gelombang otak yang tertentu dan unik.

Gelombang otak yang dihasilkan ketika pergerakan meliputi gelombang alfa, beta dan gamma.

Kajian akan dilakukan atas gelombang otak yang dihasilkan ketika bersslat pada setiap posisi seperti rukuk, sujud, I’tidal dan duduk saat tahiyat.

"Shalat jelas secara umumnya melibatkan bacaan serta penghayatan ayat suci Al-Quran, doa-doa serta pergerakan yang didapati menyamai meditasi.

"Semasa solat, berhenti seketika sebelum berganti posisi atau tuma’ninah dapat dikatakan seseorang berada dalam masa ketenangan," katanya.

Dalam kajian ini isyarat otak subjek Muslim yang bershalat direkam dan dianalisis, di mana dua kajian saintifik dilakukan yaitu pada perobahan isyarat otak saat tuma’ninah dan kesan shalat kepada isyarat otak.

Hasilnya, kata Siew Cheok, didapati shalat menghasilkan keadaan tenang kepada otak manusia dan menunaikan shalat amat baik dalam mengekalkan tahap kestabilan mental dan emosi seseorang.

Posisi rukuk dan sujud bisa digunakan sebagai terapi, karena gerakan itu membuat tulang belakang menjadi rileks dan mengurangi tekanan pada syaraf tulang belakang.

"Ibu-ibu non-Muslim hanya melakukan gerakan posisi itu selama terapi berlangsung. Mereka menunjukkan kemajuan hanya dalam waktu satu bulan," katanya.

Dalam penelitian Prof Dr Wan Azman Wan Ahmad, konsultan spesialis jantung di UM Medical Centre, menemukan bahwa detak jantung dapat berkurang kecepatannya hingga 10 kali dalam satu menit pada posisi sujud, di mana kening, hidung, tangan dan lutut kaki menyentuh tanah.

Ia mengatakan, 12 raka'at shalat sama dengan 30 menit olahraga ringan setiap hari seperti yang dianjurkan oleh ahli-ahli kesehatan.

Tahajjud

Sebelum temuan ini, Dr. Mohammad Sholeh asal Indonesia melakukan penelitian hubungan shalat tahajjud dan dampaknya bagi kesehatan.

Penelitian menunjukkan, shalat tahajjud yang dilakukan secara ikhlas dan kontinyu, ternyata mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan ketahanan tubuh seseorang secara natural.

Penelitian berupa disertasi berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik, juga menunjukkan, bahwa shalat tahajjud bisa menjadi penyembuh penderita kanker ganas.[di/cha/bnm]

Kajian Islam : Fiqih Canda dan Humor

oleh: Dr. Setiawan Budi Utomo.
Hidup terasa hambar dan datar tanpa humor dan canda bagaikan masakan tanpa garam. Namun hanya dalam kadar kuantitas, kualitas dan penyajian tertentu akan menjadi penyedap kehidupan. Suatu kali Imam Al Ghazali melontarkan 6 pertanyaan kepada murid-muridnya yang hadir dalam majelis ta’limnya. Salah satunya adalah: Benda apa yang paling tajam di dunia ini?. Beragam jawaban muncul dari murid-murid beliau. Pisau, silet, sampai pedang. Imam Al Ghazali menanggapi jawaban murid-muridnya tersebut. “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tapi ada yang lebih tajam dari itu semua. Yaitu LIDAH”.

Meskipun lidah tidak bertulang, namun memang lidah bisa lebih tajam dari apapun, karena dia bisa ‘merobek’ hati. Bahkan kadang lidah bisa membuat lubang menganga di hati lawan bicara yang mungkin perlu waktu lama untuk mengembalikannya ke kondisi semula.

Dalam keseharian, kewajiban menjaga lidah ini tidak saja harus kita laksanakan baik di kala sedang bicara serius ataupun di kala bercanda. Point terakhir ini seringkali membuat kita tidak sadar telah melukai hati teman kita. Kata-kata yang kita maksudkan sebagai candaan, seringkali menusuk hati teman kita, bisa karena bercanda yang keterlaluan, bercanda di saat yang tidak tepat, dan sebagainya. Karena di saat bercanda, seringkali kita tidak memperhatikan bagaimana mood teman kita itu yang sebenarnya.

Memang bercanda kadang diperlukan untuk memecahkan kebekuan suasana sebagaimana yang dikatakan Said bin Al-’Ash kepada anaknya. “Kurang bercanda dapat membuat orang yang ramah berpaling darimu. Sahabat-sahabat pun akan menjauhimu.” Namun canda juga bisa berdampak negatif, yaitu apabila canda dilakukan melampaui batas dan keluar dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Canda yang berlebihan juga dapat mematikan hati, mengurangi wibawa, dan dapat menimbulkan rasa dengki.

Allah Swt. berfirman, Artinya: “Dan sesungguhnya Dia-lah yang membuat orang tertawa dan menangis” (QS An-Najm: 43).

Menurut Ibnu ‘Abbas, berdasarkan ayat ini, canda dengan sesuatu yang baik adalah mubah (boleh). Rasulullah Saw. pun sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah Saw. tidak pernah berkata kecuali yang benar. Imam Ibnu Hajar al-Asqalany menjelaskan ayat di atas bahwa Allah Swt. telah menciptakan dalam diri manusia tertawa dan menangis. Karena itu silakanlah Anda tertawa dan menangis, namun tawa dan tangis kita harus sesuai dengan aturan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.

Mungkin sebagian orang merasa aneh dengan pernyataan tersebut dan mencoba mengingkarinya, seperti yang pernah terjadi pada seseorang yang mendatangi Sufyan bin ‘Uyainah Rahimahullah. Orang itu berkata kepada Sufyan, “Canda adalah suatu keaiban (sesuatu yang harus diingkari).” Mendengar pernyataan itu Sufyan berkata, “Tidak demikian, justru canda sunnah hukumnya bagi orang yang membaguskan candanya dan menempatkan canda sesuai dengan situasi dan kondisi.”

Berikut ini adalah kaidah fiqih terkait canda dan humor sebagai panduan agar canda dan humor bernilai dan berdampak positif dan tidak justru berdampak dan bernilai negatif seperti menimbulkan luka hati atau ketersinggungan orang lain.

1. Tidak menjadikan simbol-simbol Islam (tauhid, risalah, wahyu dan dien) sebagai bahan gurauan. Firman Allah: “Dan jika kamu tanyakan mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. at-Taubah:65)

2. Jangan menjadikan kebohongan dan mengada-ada sebagai alat untuk menjadikan orang lain tertawa, seperti April Mop di masa sekarang ini. Sabda Rasulullah saw: “Celakalah bagi orang yang berkata dengan berdusta untuk menjadikan orang lain tertawa. Celaka dia, celaka dia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim)

3. Jangan mengandung penghinaan, meremehkan dan merendahkan orang lain, kecuali yang bersangkutan mengizinkannya. Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan); dan jangan pula wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain., karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan); dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan pula kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk gelar ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman..” (QS. al-Hujurat:11) “Cukuplah keburukan bagi seseorang yang menghina saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)

4. Tidak boleh menimbulkan kesedihan dan ketakutan terhadap orang muslim. Sabda Nabi saw: “Tidak halal bagi seseorang menakut-nakuti sesama muslim lainnya.” (HR. ath-thabrani) “Janganlah salah seorang di antara kamu mengambil barang saudaranya, baik dengan maksud bermain-main maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Tirmidzi)

5. Jangan bergurau untuk urusan yang serius dan jangan tertawa dalam urusan yang seharusnya menangis. Tiap-tiap sesuatu ada tempatnya, tiap-tiap kondisi ada (cara dan macam) perkataannya sendiri. Allah mencela orang-orang musyrik yang tertawa ketika mendengarkan al-Qur’an padahal seharusnya mereka menangis, lalu firman-Nya: “Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis. Sedang kamu melengahkannya.” (QS. an-Najm:59-61). Hendaklah gurauan itu dalam batas-batas yang diterima akal, sederhana dan seimbang, dapat diterima oleh fitrah yang sehat, diridhai akal yang lurus dan cocok dengan tata kehidupan masyarakat yang positif dan kreatif.

6. Islam tidak menyukai sifat berlebihan dan keterlaluan dalam segala hal, meskipun dalam urusan ibadah sekalipun. Dalam hal hiburan ini Rasulullah memberikan batasan dalam sabdanya; “Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi). “Berilah humor dalam perkataan dengan ukuran seperti Anda memberi garam dalam makanan.” (Ali ra.). “Sederhanalah engkau dalam bergurau, karena berlebihan dalam bergurau itu dapat menghilangkan harga diri dan menyebabkan orang-orang bodoh berani kepadamu, tetapi meninggalkan bergurau akan menjadikan kakunya persahabatan dan sepinya pergaulan.” (Sa’id bin Ash).

Humor dan Canda Rasulullah SAW

Beberapa riwayat humor dan canda Rasulullah saw. berikut semoga dapat menjadi inspirasi humor yang sehat, cerdas, positif dan menyegarkan.

Seseorang sahabat mendatangi Rasulullah SAw, dan dia meminta agar Rasulullah SAW membantunya mencari unta untuk memindahkan barang-barangnya. Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana”. Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul beban yang berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barang ku ini?” Rasulullah menjawab, “Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta” Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi. Sanad sahih)

Seorang perempuan tua bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua”. Perempuan itu menangis mengingat nasibnya Kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi’ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan)

Seorang sahabat bernama Zahir, dia agak lemah daya pikirannya. Namun Rasulullah mencintainya, begitu juga Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir. Sehingga, kata Rasulullah, “Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya”. Suatu hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan erat. Zahir: “Heii……siapa ini?? lepaskan aku!!!”, Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya Rasulullah. Zahir-pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih mengeratkan pelukan Rasulullah. Rasulullah berkata: “Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini??” Zahir: “Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka” Rasulullah: “Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir. Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?” Zahir pun makin mengeratkan tubuhnya dan merasa damai di pelukan Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad dari Anas ra)

Suatu ketika, Rasulullah saw dan para sahabat ra sedang ifthor. Hidangan pembuka puasa dengan kurma dan air putih. Dalam suasana hangat itu, Ali bin Abi Tholib ra timbul isengnya. Ali ra mengumpulkan kulit kurma-nya dan diletakkan di tempat kulit kurma Rasulullah saw. Kemudian Ali ra dengan tersipu-sipu mengatakan kalau Rasulullah saw sepertinya sangat lapar dengan adanya kulit kurma yang lebih banyak. Rasulullah saw yang sudah mengetahui keisengan Ali ra segera “membalas” Ali ra dengan mengatakan kalau yang lebih lapar sebenarnya siapa? (antara Rasulullah saw dan Ali ra). Sedangkan tumpukan kurma milik Ali ra sendiri tak bersisa. (HR. Bukhori, dhoif)

Aisyah RA berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!” Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari. Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan:”Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.”-suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau. Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.” Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?” Beliau berkata, “Marilah kita mulai.” Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, ” Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abi Dawud)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda kepada ‘Asiyah, “Aku tahu saat kamu senang kepadaku dan saat kamu marah kepadaku.” Aisyah bertanya, “Dari mana engkau mengetahuinya?” Beliau menjawab, ” Kalau engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan dalam sumpahmu “Tidak demi Tuhan Muhammad” Akan tetapi jika engkau sedang marah, engkau akan bersumpah, “Tidak demi Tuhan Ibrahim!”. Aisyah pun menjawab, “Benar, tapi demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan meninggalkan, kecuali namamu saja” (HR Bukhari dan Muslim) Wallahu’alam Bisshawab. Wabillahit Taufiq Wal Hidayah.

Kajian Islam : Bahaya Durhaka kepada Orang Tua

Durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan sebaliknya, berbakti kepada orang tua merupakan amalan utama yang pahalanya besar. Berikut uraian Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair.


Allah ta’ala berfirman

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra': 23)

Berbuat baik kepada kedua orang tuamu artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya.

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ (AI-Isra': 23)

Jangan mengatakan “ah” artinya, janganlah berkata-kata kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan lanjut usia. Selain itu, wajib bagimu untuk memberikan pengabdian (berbakti) kepada mereka sebagaimana mereka berdua telah memberikan pengabdian kepadamu. Sesungguhnya, pengabdian orang tua kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada pengabdian anak kepada orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? ketika kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita karena kedua orang tuamu, kamu mengharapkan kematian mereka

Allah melanjutkan firman-Nya,
وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا

...Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra': 23)

Yakni ucapan yang lemah lembut.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’ (AI-Isra':24)

Allah Ta'ala berfirman,

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah engkau akan kembali (Luqman: 14)

Perhatikanlah -semoga Allah merahmatimu- bagaimana Allah mengaitkan rasa syukur kepada kedua orang tua dengan syukur kepada-Nya.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya:

1. Firman Allah Ta'ala, `Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul'. Maka barangsiapa taat kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima.

2. Firman Allah Ta'ala, `Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat'. Maka barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah diterima.

3. Firman Allah Ta'ala, Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.' Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal itu. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua. (Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Hurairah).

Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, Apakah bapak ibumu masih hidup ? orang itu menjawab, Ya maka kata Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya [HR. Bukhari, Muslim)

Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad?

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua"

Lihatlah bagaimana Allah mengaitkan antara menyakiti kedua orang tua, tidak adanya bakti kepada mereka dengan dosa syirik kepadaNya.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim juga, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua, orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamr"

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika Allah mengetahui sesuatu yang lebih hina dari ah' niscaya Allah akan melarangnya. Maka berbuatlah orang yang durhaka (kepada orang tua) semaunya, pastilah ia tidak akan masuk surga. Dan berbuatlah orang yang berbakti kepada orang tua semaunya, tidaklah ia masuk neraka"

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat orang yang durhaka kepada orang tua, Beliau bersabda lagi, Allah melaknat orang orang yang mencaci bapaknya. Allah melaknat orang yang mencaci ibunya. (Diriwayatkan lbnu Hibban dalam shahihnya dari hadits Ibnu Abbas). Beliau bersabda, Semua dosa ditunda (siksanya) oleh Allah semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan (siksanya) bagi pelakunya" (Diriwayatkan Hakim dari hadits Abu Bakar dengan sanad yang baik).

Yakni hukumannya di dunia sebelum hari Kiamat.

Ka'abul Ahbar Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyegerakan kehancuran bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya. Kehancuran itu merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur orang yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya kepada mereka"

Di antara bentuk pengabdian adalah memberi nafkah kepada mereka di saat mereka membutuhkan. Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, Wahai Rasulullah, ayahku ingin merampas hartaku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kamu dan hartamu untuk bapakmu"

Ka'abul Ahbar ditanya tentang durhaka kepada orang tua, Apakah !tu? la menjawab, "Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya. Jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya. Jika meminta sesuatu kepadanya, ia tidak memberinya. Dan jika diberi amanat, ia mengkhianatinya"

lbnu Abbas radhiyallahu anhuma ditanya tentang Ashabul-A’raf. Ia menjawab, Adapun A'raf, ia adalah sebuah gunung di antara surga dan neraka. Dikatakan A’raf karena ia lebih tinggi daripada surga dan neraka. Di sana terdapat pepohonan, buah-buahan, sungai, dan mata air. Adapun orang-orang yang menempatinya, mereka yang dulunya pergi berjihad tanpa izin dari ayah dan ibu mereka. Kemudian mereka terbunuh dalam jihad itu dan kesertaannya dalam perang itu menghalanginya dari siksa neraka. Sedangkan kedurhakaan kepada orang tua menghalanginya untuk masuk surga. Maka mereka bertempat di Araf tersebut hingga Allah memutuskan urusan mereka.

Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan, "Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab, ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, 'Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam.

Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma melihat seseorang seseorang sedang memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka'bah. Orang itu bertanya, "Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku telah membalasnya?" Ibnu Umar menjawab, "Belum sedikit pun kamu membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah akan membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak"

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada empat orang yang Allah harus tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak mereka mencicipi kenikmatannya: orang yang kecanduan terhadap khamr, pemakan riba, orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, dan orang yang durhaka kepada kedua orang tua kecuali jika mereka telah bertaubat" (Diriwayatkan Hakim dengan sanad shahih, namun AI-Mundziri mengatakan bahwa pada sanad hadits ini terhadap Ibrahim bin Khaitsam yang haditsnya matruk, tertinggal dan tidak diakui).

Seseorang datang kepada Abu Darda' Radhiyallahu Anhu dan berkata, Hai Abu Darda', sesungguhnya aku menikahi seorang wanita dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya. Abu Darda' berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda. "Orang tua adalah pintu tengahnya surga, jika kamu mau, hilangkan saja pintu atau jagalah".

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada tiga doa yang terkabulkan dan tidak ada keraguan padanya: doa orang yang didzalimi, doa orang yang bepergian, dan doa tidak baik orang tua terhadap anaknya"(Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Seorang bibi berkedudukan sama dengan ibu. Maksudnya dalam rangka rasa bakti, kebajikan, kemuliaan, hubungan, dan kebaikan. (Diriwayatkan Tirmidzi dan menilainya sebagai hadits shahih).

Dari Amr bin Murrah Al-Juhani berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima (waktu), aku berpuasa Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji
ke Baitullah. Maka apa yang aku dapatkan?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, "Barangsiapa melakukan hal itu ia bersama para nabi, orang-orang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Kecuali jika ia durhaka kepada orang tuanya" (Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat kepada orang yang durhaka kepada orang tuanya"

Juga diceritakan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, "Pada malam ketika aku diisra’ kan aku melihat beberapa kaum yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku bertanya, Wahai Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia"

Diriwayatkan bahwa barangsiapa mencaci kedua orang tuanya akan didatangkan kepadanya di dalam kuburan bara dari api sejumlah setiap titik air yang turun dari langit ke bumi. Juga diriwayatkan bahwa jika seseorang durhaka kepada orang tuanya. Nanti setelah dikubur, ia akan dihimpit kuburan itu hingga tulang-tulang rusuknya berhimpit.

Yang paling keras siksanya pada hari Kiamat nanti tiga orang: Musyrik, pezina, dan yang durhaka kepada orang tua.

Seorang laki-laki dan perempuan datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka bertengkar tentang permasalahan anak mereka. Yang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, anakku ini keluar dari tulang rusukku. Yang perempuan berkata, Wahai Rasulullah, ia membawanya dengan ringan dan meletakkannya secara menyenangkan, sedangkan aku mengandungnya susah dan melahirkannya pun susah, aku juga menyusuinya dua tahun penuh. Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memutuskan anak itu untuk ibunya.

Nasihat
Wahai yang mengabaikan hak-hak mulia ini, yang enggan berbakti kepada kedua orang tua bahkan durhaka kepada mereka. Wahai orang yang lupa akan kewajibannya, yang lalai kepada apa yang ada di depannya. Berbakti kepada kedua orang tua bagimu adalah agama, Anda menerlantarkan kewajiban ini dan mengekor kepada syahwat, menurut dugaanmu kamu mencari surga, padahal surga itu ada di bawah telapak kaki ibumu. la mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang terasa sembilan tahun. la menderita saat melahirkanmu, suatu penderitaan yang memilukan hati dan menyusuimu.
Demi kamu ngantuknya ditahan, dengan tangan kanannya ia membersihkanmu dari kotoran dan mara bahaya. la lebih mengutamakanmu dalam hal makanan. la menggunakan pangkuannya menjadi tempat landasanmu, memberikanmu kebaikan dan pertolongan. Jika sakit atau kepedihan menimpamu, ia menumpahkan rasa sayangnya secara habis-habisan. Kegelisahannya karenamu dan kegundahannya terus menemaninya,
jika demlakan harta miliknya untuk mengobatimu ke dokter. Jika ia diberi pilihan antara hidupmu dan kematiannya, tentu ia akan memilih kehidupan bagimu dengan suaranya yang lantang. Inilah kasih sayang ibu.

Sudah berapa kali kamu memperlakukannya secara kasar? Namun tetap saja ia mendoakanmu dalam kebaikan baik secara rahasia atau terang-terangan. Tatkala ia menua dan membutuhkan sesuatu kepadamu, rasanya ia menjadi beban paling berat bagimu. Kamu kekenyangan sedangkan ia kelaparan, kamu hilang rasa dahaga sedangkan ia kering kehausan. Kamu memberikan segala kebaikan kepada keluarga dan anak-anakmu di saat kamu melupakannya. Terasa berat bagimu urusannya, padahal ia mudah. Terasa panjang usianya bagimu padahal ia pendek. Kamu mengusirnya, sedangkan dada penolong selainmu. Ini sikapmu sedang Tuhanmu telah melarangmu mengatakan 'ah'. Allah mencacimu karena hak-haknya yang kamu abaikan dengan cercaan halus, bahwa -dalam dunia kamu akan dibalas dengan kedurhakaan anak-anakmu, sedang di dalam akhirat kamu dijauhkan dari Tuhan semesta alam. Allah memanggilmu dengan hina dan ancaman, Itulah (hasil) dari tanganmu (perbuatanmuj, dan sesungguhnya Allah tidak berlaku dzalim kepada hamba-hamba-Nya. (AI-Hajj: 10).

Bagi ibumu terdapat banyak hak atasmu. Apa yang banyak menurutmu sesungguhnya sangatlah kecil sudah berapa malam ia merasa memberatkanmu dan kamu mengadukan perihalnya dengan rintih dan keluh Jika kamu tahu betapa berat saat ia melahirkanmu karena berat beban itu hati terasa terbang melayang. Betapa sering ia menjagamu dari mara bahaya dengan tangan kanannya. Dan pangkuannya pun menjadi ranjangmu la mengorbankan jiwanya demi keluhanmu Dari susunya keluar minuman suci bagimu Betapa sering kamu menderita kelaparan dan dengan sepenuh tenaga la memberikan kasih sayangnya kepadamu di waktu kecilmu

Kasihan, mengapa orang cerdas mesti menuruti nafsunya Kasihan bagi yang buta hati sedangkan matanya melihat Berharaplah kamu terhadap semua doa-doanya karena terhadap apa yang didoakannya kamu membutuhkannya.

Kisah Al Qomah
Dikisahkan bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama Alqamah, ia banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam shalat, puasa, dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah.

Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Istrinya berkata, Suamiku, Alqamah sedang sekarat. Aku ingin memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ammar dan Shuhaib serta Bilal sembari bersabda, Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat.

Mereka pergi dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah sekarat. Para sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha illallah' sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Lalu para utusan itu mengirim seseorang menemui Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya,
"Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih hidup?"

"Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu yang sudah tua renta." Utusan itu menjawab,

Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk menemui ibunya, beliau berkata kepadanya, "Katakan kepadanya, apakah ibu bisa berjalan menemui Rasulullah? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di rumah hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadamu."

Lalu utusan itu datang kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang dipesankan Rasulullah kepadanya. lbu itu berkata, "Jiwaku untuk jiwanya sebagai tumbal, aku lebih berkewajiban untuk mendatanginya."

lbu itu bersandar kepada sebuah tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu untuk datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau berkata kepadanya:
"Wahai Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan jika kamu berbohong, sebenamya telah datang wahyu dari Allah kepadaku. Bagaimana keadaan anakmu Alqamah?"

"Ya Rasulullah, ia banyak melaksanakan shalat, banyak puasa, dan bersedekah." Jawabnya

"Lalu bagaimana dengan dirimu?" Tanya Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, aku sedang marah kepadanya. " Jawabnya.

"Mengapa begitu?"

"Wahai Rasulullah, ia lebih mementingkan istrinya daripada aku dan ia durhaka kepadaku."

"Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi penghalang bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat." Sabda Rasulullah saw.

Beliau berkata lagi, "Ya Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang banyak!"

"Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan?" Protes ibu Al Qomah.

"Aku akan membakamya dengan api itu di hadapanmu." Tegas Rasulullah saw.

"Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan melihat anakku dibakar di hadapanku.!" Rintih sang Ibu.

"Wahai Ibu Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan lebih kekal. Jika kamu senang kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia." Nasehat Rasulullah saw.

" Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya, puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya."

"Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah Ta'ala, para malaikat, dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku kini telah ridha kepada anakku, Alqamah." Tegas Ibu AL qomah.

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Pergilah wahai Bilal dan lihatlah apakah ia bisa mengucapkan la ilaha illallah atau tidak!" Kemudian Bilal pergi dan terdengar dari dalam rumah Alqamah mengucapkan la ilaha illallah.

Bilal masuk dan berkata, Wahai semuanya, sesungguhnya kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan syahadat dan keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya. Kemudian pada hari itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan memerintahkan untuk dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga menghadiri pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan bersabda:

"Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya."

Dari kisah ini, kita memohon kepada Allah agar berkenan memelihara kita dengan keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah Mahamulia dan Maha Dermawan. Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

Diambil dengan beberapa pengurangan dari “Al-Kabair” karya Imam Adz-Dzahabi