قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ، وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ، فَأَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَغَفَرَ لَهُ، ثُمَّ قَالَ، الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ، الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِيقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّه،ِ وَقَالَ، لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ، وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا لَاسْتَهَمُوا عَلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لَاسْتَبَقُوا إِلَيْهِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا (صحيح البخاري
Sabda Rasulullah saw :
Ketika seorang berjalan di sebuah jalan, dan menemukan batang berduri di jalan itu, lalu ia menyingkirkannya, maka Allah berterimakasih padanya dan mengampuni dosa dosanya. Lalu beliau saw bersabda : Syuhada adalah lima kelompok, orang yg wafat terkena wabah Thaa’un, orang yg wafat terkena sakit perut, orang yg wafat tenggelam, orang yg wafat tertimpa rerobohan, dan orang yg berperang di Jalan Allah. Dan beliau saw bersabda : Kalau saja orang itu tahu kemuliaan yg ada di shaf pertama, lalu mereka tak mendapatkannya kecuali harus dg diundi, maka mereka akan melakukannya, kalau saja mereka itu tahu kemuliaannya mendatangi shalat dhuhur saat terik matahari, niscaya mereka akan berlomba melakukannya, kalau saja mereka itu tahu anugerah yg ada pada shalat Isya dan subuh berjamaah, niscaya mereka akan datang melakukannya walau dg merangkak” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Sang Maha Indah yang menciptakan seluruh keindahan alam semesta, yang menciptakan angkasa raya dengan keindahan untuk memperkenalkan keindahan-Nya kepada hamba – hambaNya dari keturunan Adam as.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sang Maha Indah yang semakin seseorang hamba mendekat kepada-Nya dengan hal- hal yang diridhai oleh Allah maka ia akan semakin indah. Semakin dekat seseorang pada Cahaya semakin teranglah ia, semakin dekat seseorang pada hal – hal yang gelap semakin gelap keadaannya. Dan demikian pula hadirin- hadirat semakin kita mendekat kepada Yang Maha Indah maka pasti akan semakin indah. Dan kehadiran kita di malam hari ini salah satu pendekatan kepada Yang Maha Indah. Semoga Allah terus mengangkat kita dan membalikkan keadaan kita menjadi semakin indah. Semakin kita mengikuti tuntunan yang dibawa oleh Sang Nabi saw pembawa keindahan dunia dan akhirat maka akan semakin indah pula keadaanmu dunia dan akhirat. Oleh sebab itu hadirin – hadirat, terus benahi diri kita dengan keindahan – keindahan, dengan perhiasan – perhiasan. Perhiasan – perhiasan yang abadi. Perhiasan terindah adalah tuntunan Nabi kita Muhammad Saw. Jadikan Cahaya Allah Swt Yang Maha Indah muncul di lidahmu dan di ucapanmu, jadikan Cahaya Keagungan Nama Allah terbit dalam jiwamu sehingga mempengaruhi panca inderamu, jadikan Cahaya Keagungan dan Kerinduan kepada Yang Maha Indah membuat Yang Maha Indah memperindah hari – harimu dengan hal – hal yang indah.
Hadirin – hadirat, hadits yang telah kita baca tadi menunjukkan betapa indahnya Yang Maha Indah. Pembahasan terdapat 3 pembahasan, 3 hadits berpadu dalam 1 riwayat didalam riwayat Shahih Bukhari.
Yang pertama adalah Rasul saw bersabda “ketika seseorang melihat ada batang duri yang menghalang di jalan seraya menyingkirkannya”. “Fasyakarallahu lahu faghafara lahu” Allah berterimakasih kepada hamba (maka Allah berterimakasih padanya dan mengampuni dosa dosanya). Allah tidak butuh jasa, tapi hamba ini telah berjasa kepada orang – orang yang akan lewat di jalan. Mungkin muslim, mungkin non muslim, mungkin hewan dan lainnya. Tapi Allah lihat jiwa yang baik, Allah lihat perbuatan yang indah dan mulia yang dicintai oleh Allah. Orang lewat dengan kesibukannya, masing – masing ingin segera sampai ke tujuannya. Ada yang menghalangi berupa duri, ia sempat korbankan beberapa detik kesibukannya dan ia singkirkan dahulu duri itu supaya orang lain jangan terganggu. Padahal kan apa urusannya? ia lihat duri itu saat lewat, ia semua orang punya mata juga. Biar saja saya lewat, saya punya hajat, saya punya kesibukan, Namun Rasul saw berkata demikian, maka betapa Indahnya Allah jika kita merenungkannya,. Hadits tsb ringan saja. Apa sih artinya menyingkirkan satu duri dari jalan?
“Fasyakarallahu lahu wa ghafara lahu” Allah berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosanya. Renungkan dalam jiwamu yang terdalam kalimat “Syakarallahu lahu” Allah bersyukur dan berterimakasih padanya…..
Siapa kita? siapa orang ini? penuh dosa lewat dijalan menyingkirkan duri. Allah berterimakasih padanya. Karena kebaikannya Allah. Kalau kebaikan orang seperti ini, 1000X yang lebih baik dari ini masih banyak. Tapi kita lihat kalimat Sang Nabi saw “Fasyakarallahu” Allah berterimakasih kepadanya. Karena tidak ada yang mengucapkan terimakasih untuk orang itu. Namanya juga jalan umum kecuali kalau jalannya sendiri ia tutup tidak apa – apa atau terhalangi duri. Tapi jalan umum, siapa saja bisa celaka lewat jalan itu tapi ketika disingkirkannya duri yang bisa melukainya (orang yang lewat) yang tidak ia kenal, mungkin hewan juga maka Allah berterimakasih padanya. Makna dari hadits ini secara ringkas adalah betapa agungnya Kasih Sayang Allah dan betapa Allah ingin membalas perbuatan baik dengan berjuta – juta hal yang lebih baik dari perbuatan itu. Demikian hadirin apa artinya menyingkirkan duri dibandingkan “Faghafara lahu” Allah ampuni dosa – dosanya. Sudah kalau begitu, kita cukup cari duri dan singkirkan maka dihapus dosa kita oleh Allah. Belum tentu juga! Akan tetapi disini, niat seseorang berbuat baik tanpa mengharapkan terimakasih dari orang lain kepada orang yang ia kenal dan orang yang tidak ia kenal. Ini yang dilihat oleh Allah Swt. Berbeda kalau rumahnya, oooh..ini nanti yang lewat anak saya, tamu saya yang lewat sini, disingkirkan itu duri tapi jalan umum siapapun bisa lewat, mungkin musuhnya juga lewat situ barangkali atau musuh – musuh orang jahat atau hewan binatang buas bisa saja lewat. Lihat!! perbuatan baiknya yang mau menyelamatkan hamba Allah yang ia kenal dan yang tidak ia kenal. Sifat seperti ini tentunya muncul terang – benderang pada Sayyidina Muhammad Saw, manusia yang paling ingin menyelamatkan manusia dari Kemurkaan Allah adalah Nabiyyuna Muhammad Saw, manusia yang paling ingin menyelamatkanmu dari api neraka. Bukan Ayahmu, bukan Ibumu, bukan gurumu, bukan temanmu tapi Sayyidina Muhammad Saw.
Laqad jaa’akum rasuulun min anfusikum ‘azizun ‘alaihi ma ‘anittum, hariishun ‘alaikum bil mu’miniina raufurrahim” Telah datang seorang Rasul yang datang dari bangsa kalian, sangat berat memikirkan apa apa dari musibah yang menimpa kalian, sangat menjaga kalian dan berlemah lembut kepada orang yang beriman” QS. At-Taubah : 128. Hadirin – hadirat, jawablah cinta Allah kepada kita dengan perbuatan baik. Ini makna hadits yang pertama, sekilas saja karena waktu kita sempit.
Lalu selanjutnya Rasul saw bersabda lagi bahwa “syuhada (orang yang mati syahid) itu ada lima”. Namun ada derajatnya.
Yang pertama adalah orang yang sakit perut. Orang yang meninggalnya karena sakit perut, yang kedua adalah orang yang meninggalnya karena tenggelam, yang ketiga adalah orang yang meninggalnya terkena reruntuhan bangunan maka ia pun wafatnya syahid, yang keempat adalah orang yang wafatnya karena sakit terkena wabah thaa’un dan yang kelima adalah orang yang berjihad fisabilillah. Kita jelaskan sedikit – sedikit karena waktu kita sempit.
Al mabthun (orang yang punya sakit perut). Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan juga didalam Syarah Nawawi ala Shahih Muslim bahwa makna “al mabthun” disini adalah termasuk wanita yang hamil. Wanita hamil wafat dikarenakan kehamilannya maka wafatnya syahid. Apa artinya syahid? Syahidul Akhirat bukan syahidul dunia. Karena syahid itu ada syahid addunya (syahid di dunia) ada syahid akhirah (syahid di akhirat) dan ada syahid fiddunya wal akhirah. Nanti kita perjelas.
Yang Pertama Syahid Addunya adalah orang yang berperang di jalan Allah tapi niatnya bukan karena Allah, karena emosi barangkali atau lainnya. Maka ia tidak dimandikan, tidak dikafankan dan juga tidak disholatkan karena ia dianggap sebagai orang yang mati syahid di jalan Allah tapi di akhirat tidak bersama syuhada. Karena niatnya bukan karena Allah Swt. Ini disebut Syahid addunya, didunia ia dianggap syuhada tapi adi akhirat tidak.
Yang kedua Syahidul Akhirah adalah orang – orang yang wafat di jalan Allah, terbunuh oleh alam. Diantaranya reruntuhan (Shohibul hadm), reruntuhan itu termasuk longsor, termauk air bah, ghariq (tenggelam). Dan Imam Nawawi didalam Syarah Nawawi ala Shahih Muslim menjelaskan bahwa bukan hanya 5 tetapi 7 bahkan ada riwayat tsigah lebih dari itu.
Yang mati terbakar, yang mati tenggelam, yang mati karena penyakit yang ada di perut. yg dimaksud perut dalam syariah itu mana? dari mulai bawah leher sampai diatas farji. Seperti lambung, usus, jantung, paru – paru, itu sudah termasuk perut. Dan itu yang wafat karena sakit tersebut wafatnya syahid. maksudnya syahid ia tidak dihisab oleh Allah Swt. Ringkasnya yaitu mereka yang wafat seakan – akan dibunuh oleh keadaan, bukan disengaja atau wafat dalam keadaan sehat wal afiah lantas kemudian wafat diatas ranjang tapi wafatnya melewati sakit yang teriwayatkan disini yaitu sakit yang ada di perut atau karena terbakar atau karena tenggelam atau karena terkena reruntuhan longsor.
(dan juga)Al math’un (orang yang terkena wabah thaa’un). Zaman sekarang kita tidak dengar lagi wabah itu. Wabah Thaa’un itu adalah wabah penyakit demam, kalau datang menyerang 1 negara, 1 bangsa bisa ribuan yang mati. 1,2,3 hari wafat, 1,2,3 hari wafat. Itu bergelimpangan manusia kalau wabah thaa’un datang, biasanya ada yang mengatakan 10 tahun sekali, ada yang mengatakan 11 tahun sekali. Kalau wabah thaa’un datang, itu jenazah, bangkai bergelimpangan di jalanan. Mereka itu wafatnya syahid kata Rasul saw.
Dan yang terakhir adalah Assyahid fisabilillah, ini yang paling afdhol. Orang yang wafat karena membela agama Allah. Mereka inilah “Syahiduddunya wa Syahidul Akhirah”. Imam Nawawi mengatakan derajatnya berbeda. jadi jauh beda antara orang yang wafatnya karena tenggelam atau terbakar atau karena longsor dibanding orang yang berjihad membela agama Allah. Jauh berbeda! Sungguh merka jauh lebih mulia dan syahid juga tapi ada tingkatannya lagi. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah. Dan para syuhada atau yang mati syahid ini banyak. Imam Nawawi juga menyebutkan “orang yang membela kampungnya dari seorang yang akan mengambil hartanya, kalau dia mati maka matinya syahid juga”. Banyak teriwayatkan, hanya didalam Shahih Bukhari disebut 5 saja. Demikian secara ringkas.
Yang ketiga adalah hadits yang kita baca malam selasa yang lalu yang belum sempat disyarah. Kebetulan hadits ini juga menukil hadits itu dengan lafadz yang sama. Rasul saw bersabda “ma fiinnidai wasshaffil awwal” seandainya manusia itu tahu kemuliaannya ketika shalat berjamaah di shaff yang pertama Dan apa dari kemuliaan – kemuliaan yang ada pada shalat Subuh diantaranya adzan dan iqamah. Kalau mereka tahu kemuliaan itu, lalu mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali harus diundi, mereka akan ikuti daripada perundian itu demi untuk bisa duduk di shaff awal atau menjadi seorang muadzin dan atau iqamah”. Ini kalau mereka tahu kemuliaannya menunjukkan rahasia anugerah Allah Swt sangat besar pada perbuatan ini. Dan hadits ini mengundang kita dari seruan Rasul saw yang membawa kalimat – kalimat yang paling bercahaya menerangi kehidupan dunia dan akhirat. Agar kita terpanggil untuk melakukannya. Paling tidak, tidak pernah jadi muadzin, ya belajar. Tidak bisa di masjid jami, bias di sekolahnya, di tempat kerjanya. Paling tidak kau suka juga jadi muadzin, kalau tidak jadi iqamahnya. Tapi yang paling penting shaff awalnya. Shaff pertama masih ada yang kosong, masuk karena itu kemuliaan yang sangat besar. Sampai Rasul saw berkata kalau seandainya mereka tahu mereka akan berebutan dan kalau diadakan perundian untuk itu mereka akan melakukan perundian itu demi bisa mendapatkan jadi muadzim atau jadi iqamah shalat atau berada di shaff yang pertama.
Selanjutnya adalah “law ya’lamuna maa fiittahjiri lastabaqu ilaihi” kalau seandainya orang – orang itu tahu bagaimana pahalanya mendatangi shalat dhuhur berjamaah saat panas matahari terik mereka akan keluar semuanya berlomba – lomba untuk melewati panasnya matahari teris demi untuk mencapai shalat dhuhur dalam keadaan itu. “Tahjir” dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari adalah mendatangi shalat dhuhur saat panas matahari terik. Kesimpulan ucapan ini adalah memperdulikan ibadah – ibadah yang berat, halangan – halangan yang muncul ia tidak perduli dan tetap ia lakukan. Kalau di tempat kita jarang ada matahari terik tapi ada hujan deras. Demikian hadirin – hadirat.
Sama juga, alam yang menghalangi kita adalah cobaan yang besar untuk kita bisa mencapai kemuliaan. Maka dari itu shalat berjamaah tentunya yang afdhol atau menghadiri majelis taklim atau majelis dzikir datang hujan. Itu pahalanya jauh lebih besar kalau seandainya ia tahu kemuliaannya hadir di majelis taklim sampai kehujanan. Saya lihat, malam, kemarin malam, malam sebelumnya para sahabat, saudara – saudara kita terus berkumpul disaat hujan turun dan tidak ada yang meninggalkan tempatnya. Ini menunjukkan besarnya kecintaan dan keperduliaan kita kepada kemuliaan yang ditumpahkan oleh Allah dan itu berarti besarnya keinginan Allah menumpahkan Rahmat dan Keluhuran bagi kita.
Yang terakhir, “kalau seandainya mereka itu tahu kemuliaan yang ada pada shalat berjamaah Isya dan Subuh”. “Laatawhuma walaw habwan” maka mereka akan datang walaupun dengan merangkak. Mendatangi apa? Shalat Isya berjamaah dan shalat Subuh berjamaah. Disini, ucapan ini adalah himbauan dari Sang Nabi saw agar kita melakukan shalat Isya berjamaah dan Subuh berjamaah. Banyak barangkali ada diantara kita yang masih belum dapat kemuliaan shalat subuh berjamaah, semoga Allah menjadikan esok hari ini semua tidak ada yang tersisa kecuali shalat subuh berjamaah.
Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt memakmurkan hari – hari kita. Allah limpahkan kemuliaan dan keluhuran bagi diri kita, Allah tuntun kita untuk berbuat semakin baik. Ya Rahman Ya Rahim, kami mengadukan keadaan kami yang demikian lemahnya dari perbuatan ketaatan kepada-Mu. Rabbiy Rabbiy kami semua bersaudara dan dalam satu kalimat tauhid. Rabbiy kami memahami satu diantara teman kami yang saudaranya sakit, yang kerabatnya terkena musibah atau yang terkena dosa yang tidak bisa ia tinggalkan atau ia selalu terlewatkan dari shalat subuh atau ia selalu berbuat buruk pada Ayahbundanya. Rabbiy benahi keadaan kami, Ya Rabbiy Ya Rahman Ya Rahim, inilah munajat, inilah doa. Masing – masing keadaan kami mempunyai kekurangannya, “khuliqal insanu dhaifaa” manusia diciptakan lemah oleh Allah. Karena Allah akan memperkuat mereka jika mereka berdoa kepada Allah. Maka inilah kami berdoa Rabbiy, kami menginginkan kemuliaan,bangkitkan jiwa kami untuk selalu berbuat mulia. Bangkitkan seluruh sel tubuh kami untuk selalu asyik berbuat hal – hal yang indah di kehadirat-Mu danpercepat kemakmuran muslimin dan percepat kehancuran musuh – musuh Islam.
Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am, pastikan kami semua ini merasakan kemakmuran yang dijanjikan oleh Nabiyyuna Muhammad Saw. Tidak ada muslim yang butuh shadaqah, tidak ada muslim yang faqir. Saat – saat itu telah dijanjikan oleh Nabi. Rabbiy pastikan kami semua berjuang mencapai kemuliaan itu dan mencapai kemakmuran bagi muslimin muslimat. Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal ikram, kami lihat Negara Adikuasa satu persatu berjatuhan, yang Kau buat miskin, yang Kau buat pecah – belah maka Rabbiy percepatan kehancuran musuh – musuh muslimin. Dan dukung kekuatan muslimin.
Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am, inilah doa, inilah munajat. Dihadapan kami pemilhan umum, para calon legislative, para calon pemimpin di DPRD dan pemimpin Negara. Rabbiy Rabbiy kami titipkan munajat dan doa kami, kami ingin keadaan muslimin lebih baik dari sebelumnya. Ya Rahman Ya Rahim siapapun yang akan Kau angkat untuk memimpin jadikan ia orang yang memiliki jiwa yang mulia yang memperdulikan iman, yang memperdulikan majelis dzikir, yang memperdulikan Islam, yang peduli terhadap Islam.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..
Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaljalali wal ikram, hadirin kita teruskan dengan doa yang diwasiatkan oleh Guru Mulia kita Alhafidz Almusnid Alhabib Umar bin Hafidz yaitu “Ya Arhamarrahimin Farij ‘Alalmuslimin”. Ini seakan cuma qasidah, bukan qasidah ini tapi doa akan tetapi dijadikan qasidah agar kita lebih asyik didalam dzikir ini. Kalian lihat sendiri maknanya untuk mendoakan muslimin muslimat dan mendoakan agar munculnya pemimpin yang membela Islam, pemimpin yang mencintai shalihin, pemimpin yang menegakkan kebenaran, pemimpin yang menindas kedhaliman. Dan ini adalah doa yang diajarkan oleh Guru Mulia kita menjelang datangnya pemilu ini. Insya Allah doa ini kita gemuruhkan terus di majelis – majelis. Allah akan benahi keadaan bangsa kita khususnya bumi Jakarta dan seluruh wilayah muslimin. Saudara kita yang me-relay acara ini di Banjarmasin semoga di limpahi kemuliaan. semoga dilimpahi Rahmat dan Keberkahan. Kita berdoa bersama – sama. Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah…
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Habib Munzir Almusawa – Majelis Rasulullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar