Anjuran untuk selalu berdoa dalam keadaan suka dan duka yang selama ini banyak disarankan para ustadz atau kiai, ternyata mampu mencegah seseorang dari depresi atau tekanan kejiwaan.
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area (UMA), Irna Minauli, MPsi di Medan, Ahad (30/8), mengatakan, ketika berdoa dalam tubuh manusia ada syaraf tertentu, diantara syaraf itu terdapat penghubung antar syaraf yang disebut neurotransmitter.
Ternyata berdoa dapat menyeimbangkan neurotransmitter sehingga dapat mencegah depresi dan gangguan jiwa lainnya.
Irna mengungkapkan, secara psikologis, saat depresi seseorang biasanya merasa hilang harapan, tidak dihargai, maka, saat berdoa seseorang merelakan segala "cobaan" itu kepada Tuhan. Kemudian, saat itu pula orang yang berdoa telah melepas emosi negatif, sehingga seseorang merasa lebih tenang.
Terlebih, seseorang memiliki pemahaman yang baik, bahwa di balik segala cobaan terdapat hikmah, sehingga pada tahap pemahaman itu seseorang bisa berfikir lebih bijak. "Maka berdoa perlu spesifik," ujarnya meyakinkan.
Irna mengungkapkan, sebuah penelitian yang dilakukan di rumah sakit pada dua bangsal, pada satu bangsal dilakukan pembacaan doa terhadap pasien di dalamnya dan satu bangsal lagi tidak didoakan. Ternyata, tingkat kesehatan pasien yang dirawat di bangsal yang didoakan lebih tinggi dari pada pasien yang tidak.
Seorang Ustaz, Amru Hasibuan mengatakan, berdoa kepada Tuhan merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan, baik saat senang maupun sedih, sehingga ketika berdoa umat muslim dianjurkan memohon suatu kebaikan untuk dirinya.
Amru menganjurkan, agar berdoa dibarengi keyakinan segala sesuatu yang terjadi diatur sesuai izin Tuhan, sehingga ketika umat muslim berada dalam kondisi apa pun, tetap tegar dan tidak putus asa bila belum dikabulkan. (ant/sam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar