02 Oktober, 2012

Riset Psikologi: MAKIN BERSYUKUR MAKIN SEHAT

Tahukah Anda bahwa ada komponen penting dari kebahagiaan yang sering diabaikan? Secara ilmiah, bersyukur secara teratur justru dapat meningkatkan kebahagiaan sebanyak 25 persen, demikianlah salah satu hasil studi yang dilakukan Robert A. Emmons, Ph.D., dari University of California. Robert Emmons yang juga editor-in-chief of the Journal of Positive Psychology mengungkap rahasia apa arti penting harus merasa bersyukur. Hasilnya menunjukkan, banyak bersyukur dan berpikir positif justru dapat membawa pengaruh baik bagi kesehatan, mood, hingga hubungan dengan pasangan. Dalam studinya, ia mengamati hubungan antara kebahagiaan dengan kondisi kesehatan seseorang. Dalam riset ini, tim peneliti meminta para respondennya untuk mengisi buku harian selama 10 minggu. Buku harian ini berisi lima hal yang mereka syukuri yang terjadi minggu lalu. Hasilnya, para responden terbukti 25 persen lebih bahagia dari sebelumnya. Mereka juga menunjukkan kondisi tubuh yang lebih bugar ketimbang orang-orang yang kurang bersyukur atas apa yang dialaminya. “Riset ini menunjukkan bahwa rasa bersyukur dapat membawa efek yang luar biasa dari segi fisik dan psiko-sosial,” tutur Rita Justice dari University of Texas Health Science Center, seperti dikutip Huffington Post. “Praktik menulis harian syukur dan praktek-praktek lainnya sering tampak begitu sederhana dan mendasar; dalam studi kami, kita sering memiliki orang-orang menyimpan catatan harian rasa syukur sekitar tiga minggu. Namun hasilnya sudah luar biasa. Kami telah mempelajari lebih dari seribu orang, dari usia 8 – 80 tahun, dan menemukan bahwa orang yang berlatih dengan konsisten perasaan rasa syukur dilaporkan banyak membawa manfaat,” tulis Robert A. Emmons dalam artikelnya yang dimuat di www.dailygood.org. Menurut Emmons, tiga kekuatan sebagai bagian dampak rasa syukur pada tiap orang. Pertama dampak fisik, psikologi dan sosial. Secara fisik, orang yang banyak bersyukur akan memiliki; sistem kekebalan tubuh yang kuat, kurang terganggu oleh sakit dan nyeri, dapat menurunkan tekanan darah, dan tidur bisa lebih lama dan merasa lebih segar setelah bangun. Sedang secara psikologis, orang yang banyak bersyukur memiliki tinggi tingkat emosi positifnya, lebih waspada, hidup, dan terjaga, lebih bersukacita dan senang juga lebih optimis dan mudah bahagia. Secara sosial; ia lebih mudah membantu, murah hati, dan penuh kasih pada orang lain dan sedikit memiliki rasa kurang kesepian dan terisolasi. Menurut Emmons, ada dua komponen sebagai dampak rasa syukur. Pertama, merupakan penegasan dari kebaikan. Kedua, dengan syukur bisa mencari tahu dari mana kebaikan datang. “Ini tidak berarti bahwa kehidupan sempurna, tetapi tidak mengabaikan keluhan, beban, dan kerepotan. Tetapi ketika kita melihat kehidupan secara keseluruhan, syukur mendorong kita untuk mengidentifikasi beberapa jumlah kebaikan dalam hidup kita.” Sebelumnya, tahun 2008, studi 2008 yang dilakukan psikolog Alex Wood yang ditulis dalam Journal of Research in Personality, menunjukkan rasa terima kasih dan stukur dapat mengurangi frekuensi dan durasi episode depresi. Sedang penelitian yang dilakukan Michael McCullough dan Jo-Ann Tsang telah menyarankan bahwa orang yang memiliki tingkat rasa syukur memiliki tingkat rendah menyangkut perasaan benci dan iri hati. “Ini masuk akal. Anda tidak bisa merasa iri dan bersyukur pada saat yang sama. Mereka perasaan yang tidak kompatibel. Jika Anda bersyukur, Anda tidak dapat membenci seseorang untuk memiliki sesuatu yang Anda tidak miliki,” ujar Emmons. Sebelum penelitian ini, Allah SWT telah memberikan janjinya bagi orang-orang yang benyak bersyukur. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah) akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (QS: Ibrahim: 7).* Cholis Akbar

Riset Sains: Susu Onta Miliki Kandungan Gizi Lebih Besar dari Susu Sapi

Sebagian besar masyarakat mungkin belum terlalu familiar dengan susu onta. Tapi ternyata susu ini memiliki banyak manfaat bagi tubuh serta memiliki kandungan gizi yang lebih baik sehingga dikenal sebagai 'superfood'. Susu onta selama ini dikonsumsi secara luas di hampir seluruh negara Arab, susu ini memiliki rasa yang sedikit lebih asin dibandingkan susu lainnya dan seringkali diproduksi sebagai keju. Organisasi PBB yang menangani masalah pangan (Food and Agriculture Organisation/FAO) menuturkan susu onta diketahui kaya akan vitamin B, C dan memiliki kandungan zat besi 10 kali lebih banyak dibanding dengan susu sapi. Selain kandungan mineral dan vitaminnya yang tinggi, penelitian telah menunjukkan bahwa antibodi yang terkandung dalam susu onta diduga bisa membantu melawan penyakit kanker, HIV, AIDS, Alzheimer dan hepatitis C. "Susu onta bisa menjadi tambahan pangan yang berguna karena mengandung kalsium dan vitamin B serta memiliki kadar lemak jenuh yang lebih sedikit dibanding susu sapi," ujar juru bicara dari British Nutrition Foundation, seperti dikutip dari BBCNews, Selasa (31/5/2011). Kelebihan lain dari susu onta adalah tidak mengandung dua alergen kuat yang selama ini ditemukan dalam susu sapi, serta memiliki komponen sistem kekebalan tubuh yang mungkin memberikan manfaat bagi anak-anak yang alergi terhadap susu dan makanan lain. Komponen sistem kekebalan yang potensial dalam susu onta diperkirakan bisa membantu memerangi beberapa penyakit. Para peneliti menduga ukuran kecil dari imunoglobulin atau antibodi yang ditemukan dalam susu onta memungkinnya untuk lebih mudah menargetkan zat asing penyebab penyakit (antigen) yang merusak sistem kekebalan tubuh seseorang. Dr Reuven Yagil, seorang ahli fisiologi dari Israel yang melakukan penelitian selama 5 tahun menuturkan susu onta ini bisa mengatasi gangguan autoimun yang menekan sistem kekebalan tubuh seseorang. Tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut lagi, karena bukti ilmiah yang ada saat ini belum cukup untuk membuktikan efektivitas dari susu onta dalam pengobatan penyakit autoimun. Kencing Onta Sebelumnya, tahun 2009, Dr. Faten Abdel-Rahman Khorshid, ilmuwan Saudi yang juga staf King Abdul Aziz University (KAAU) dan Presiden Tissues Culture Unit di Pusat Penelitian Medis King Fahd menemukan bahwa partikel nano dalam air seni hewan onta dapat melawan sel kanker dengan baik. Penelitiannya diawali dengan eksperimen menggunakan air seni onta, sel kanker yang ada di organ paru-paru seorang pasien, serta tikus yang disuntikkan sel kanker leukimia dan air seni onta. “Kami telah meneliti dan mengkaji (air seni onta) selama tujuh tahun. Selama itu kami telah mengujicobakan efektivitas air seni onta untuk melawan sel kanker sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh International Cancer Institute,” katanya menjelaskan. Penelitan itu menghasilkan medali emas bagi tim peneliti atas inovasinya, yang diberikan oleh Kerajaan pada tahun 2008. Dan obatnya terpilih sebagai salah satu dari enam inovasi terbaik dari 600 inovasi yang diajukan dalam International Innovation and Technology Exhibition (ITEX) 2009 yang diselenggarakan di Malaysia pada bulan Mei.* Sumber : ir/dth/HoL Rep: Cholis Akbar

MAKAN BERJAMAAH, sunnah yang terlupakan

Sesungguhnya terdapat suri tauladan yang baik bagi kita, seperti yang telah adi ajarkan oleh baginda Rasulullah SAW melalui sunnahnya. Dan alangkah ruginya jika kita meninggalkan atau melupakan Sunnah Rasul tersebut, yang didalamnya terkandung banyak kebaikan, Padahal kebaikan itu datangnya dengan cara mengikuti apa yang docontohkan oleh Nya . Dan salah satu teladan yang baik yang dicontohkan oleh Rosullulloh dan diikuiti oleh para Sahabatnya adalah: Adab Rasulullah ketika hendak makan. . Seringkali kita jumpai pada kaum muslimin cara-cara makan yang tidak sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, belum sampai kepada mereka atau karena malas dan mungkin karena enggan melakukannya. Adapun adab-adab makan yang sering dilupakannya itu adalah sebagai berikut : 1. MAKAN BERJAMA'AH Di antara adab makan yang diajarkan oleh Nabi saw adalah anjuran makan bersama-sama pada satu piring. Sesungguhnya hal ini merupakan sebab turunnya keberkahan pada makanan tersebut. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah orang yang makan maka keberkahan juga akan semakin bertambah. a). Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau menyatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan satu orang itu cukup untuk dua orang. Makanan dua orang itu cukup untuk empat orang. Makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang.” (HR Muslim no 2059) b). Dalam Fathul Baari 9/446 Ibnu Hajar mengatakan, “Dalam hadits dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Thabrani terdapat keterangan tentang illat (sebab) terjadinya hal di atas. Pada awal hadits tersebut dinyatakan, ‘Makanlah bersama-sama dan janganlah sendiri-sendiri karena sesungguhnya makanan satu orang itu cukup untuk dua orang’. Hadits ini menunjukkan bahwa makanan satu orang itu mencukupi untuk dua orang dan seterusnya adalah disebabkan keberkahan yang ada dalam makan bersama. Semakin banyak jumlah orang yang turut makan maka keberkahan semakin bertambah.” c). Dari Wahsyi bin Harb dari bapaknya dari kakeknya, “Sesungguhnya para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengadu, wahai Rasulullah sesungguhnya kami makan namun tidak merasa kenyang. Nabi bersabda, “Mungkin kalian makan sendiri-sendiri?” “Betul”, kata para sahabat. Nabi lantas bersabda, “Makanlah bersama-sama dan sebutlah nama Allah sebelumnya tentu makanan tersebut akan diberkahi.” (HR Abu Dawud no. 3764 shahih) d). Nabi saw juga bersabda : ’Berjama’ahlah dalam menyantap hidanganmu dan sebut nama Allah padanya, niscaya akan mengandung berkah bagimu. (Silsilah Hadits-hadits Shahih no. 664). e) Berkenaan dengan seseorang yang datang kepadanya dan ia berkata: Hadits ini dikabarkan oleh Rasulullah SAW, Wahai Rasulullah, kami ini setiap kali makan tidak pernah kenyang. Maka Rasulullah berkata: “Pasti masing-masing kamu makan sendiri-sendiri. Dia menjawab: benar ya Rasulullah. Rasulullah berkata: “Berjama’ahlah dalam menyantap makananmu.” Hadits di atas memerintahkan kepada kita agar setiap kali makan supaya berkumpul melingkar pada satu nampan makanan dan tidak makan sendiri-sendiri, sebab makan sendiri-sendiri itu disamping akan membuat masing-masing orang yang makan itu tidak akan kenyang (seperti kata shahabat di atas) juga tidak mendapatkan berkah/kecukupan. Karena kecukupan itu akan diperoleh dengan makan bersama, meskipun jumlah peserta hidangan bertambah, sebagaimana kata Nabi “Sesungguhnya makanan satu orang itu cukup untuk dua orang makanan dua orang cukup untuk tiga atau empat orang dan makanan empat orang cukup untuk lima atau enam orang. (Silsilah hadits-hadits shahih no. 895). 2. MAKAN PAKAI SHAHFAH/QASH'AH (NAMPAN) DAN DIATAS HAMPARAN (SUPRAH). Makan berjama’ah di atas hamparan dengan menggunakan Shahfah. Salah satu sunnah Nabi yang harus diikuti adalah : ” tidaklah makan diatas meja makan dan tidak pula menggunakan Sukurrajah (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Syamail, shahih Bukhari no. 5386 dalam kitab Fathul Bari 9/532). Ibnu Hajar berkata: “Guru kami berkata dalam (Syarah at-Tirmidzi): “Sukurrajah (piring kecil) itu tidak digunakan karena mereka (Rasulullah dan para shahabat) tidak pernah menggunakannya, sebab kebiasaan mereka makan bersama-sama (dengan Shahfa-pent) atau karena makan dengan menggunakan sukurrajah itu menjadikan mereka tidak merasa kenyang. (al-Fath 9/532). 3. MENGAMBIL SUAPAN YANG JATUH. Nabi berkata: “Apabila salah seorang dari kamu makan, kemudian suapannya jatuh dari tangannya, hendaklah ia membersihkan apa yang kotor darinya lalu memakannya, dan janganlah ia membiarkannya untuk (dimakan) setan. (Silsilah hadits-hadits Shahih) no. 1404). Hadits ini mengajarkan kepada kita agar tidak menyia-nyiakan makanan yakni dengan tidak membiarkan makanan yang jatuh untuk dimakan setan. 4. MENJILATI MAKANAN DAN SUPRAH. “Dan janganlah ia mengusap tangannya dengan mindil/serbet hendaklah ia menjilati tangannya, karena seseorang itu tidak mengetahui pada makanannya yang mana yang mengandung berkah untuknya, sesungguhnya setan itu selalu mengintai untuk merampas harta manusia dari segala penjuru hingga di tempat makannya. Dan janganlah ia mengangkat shohfahnya hingga menjilatinya dengan tangan, karena sesungguhnya pada akhir makanan itu mengandung berkah. (Silsilah hadits-hadits shahih no. 1404). Berkata Imam Nawawi, tentang makna kaliamat “Pada makanannya yang mana yang diberkahi.” Ia berkata: Sesungguhnya makanan yang dihidangkan untuk manusia itu mengandung berkah, sedang dia tidak mengetahui apakah berkah itu pada makanan yang ia makan atau pada sisa makanan yang melekat di tangannya atau pada sisa makanan di dalam shahfah atau pada suapan yang jatuh. Untuk itu hendaklah ini menjaga semua itu agar selalu mendapatkan berkah. (Fathul Bari 9/578). 5. MENGUSAP TANGAN DENGAN SERBET Nabi bersabda “Janganlah mengusap tangannya dengan mindil hingga menjilati tangannya..” Hadits ini mengisyaratkan kepada kita agar setiap selesai menjilati tangan agar mengusapnya dengan serbet, bukan dengan selainnya seperti dengan handuk atau tisue (kertas tipis). Ibnu Hajar berkata: “Hadits diatas berisi larangan bagi orang yang mempunyai serbet tapi tidak mengusap tangan dengannya dan juga berisi larangan terhadap orang yang menggunakan selainnya. (Fathul Bari 9/557). 6. BERKUMUR-KUMUR SETELAH MAKAN “Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah menceritakan kepada kami: “Aku telah mendengar Yahya bin Said dari Busyair bin Yasar dari Suwaid bin Nu’man berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah ke Khaibar. Tatkala kami sampai di Shahba, Nabi mengundang makan, dan tidak dihidangkan makanan kecuali gandum, maka kami makan (bersama). Kemudian beliau berdiri untuk menjalankan shalat, maka beliau berkumur-kumur, dan kamipun berkumur-kumur. (HR. Bukhari no. 5445 dalam al-Fath 9/576). KETERANGAN : Qash’ah adalah piring besar untuk makan sepuluh orang sedangkan Shahfah adalah piring besar untuk makan lima orang (Syama’il Muhammadiyah, bab. Cara makan Nabi saw). Adapun Sukurrajah adalah piring kecil yang biasa dipakai untuk memberi makan anak kecil. (Fathul Bari 9/532). Mindil (serbet) adalah kain yang dipakai untuk mengusap tangan selesai makan dan bukan kain yang dipakai untuk mengusap badan selesai mandi. (Fathul Bari 5/577).

Riset Sains: Menjawab Tuduhan tentang QS.An-Nahl 68-69 tidak sesuai Sains

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Q.S. An-Nahl : 68-69) “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan…” Lebah makan buah? Bukankah yang dimakan oleh lebah itu sari bunga, bukan buah? Yang bener yang mana neh, Alqur’an atau guru Biologi? “Pertanyaan” ini sering diajukan oleh non-muslim, bukan pertanyaan ingin tahu sebenarnya, sebuah keheranan dari seorang non-muslim dalam membaca ayat tersebut… Yang kemudian dikemukakan dengan maksud untuk memojokkan Al-Qur`an. Rasa heran yang sama bisa saja menghinggapi siapa saja, bahkan juga seorang Muslim. Karena ketidak fahaman terhadap bahasa Al-Qur`an, tidak mustahil kemudian memicu sebuah anggapan bahwa Al-Qur`an aneh, bahasanya rancu, dan lain sebagainya Keheranan tersebut tidak akan muncul seandainya dia memahami Bahasa Arab dan sastranya, yang mana dengannya Al-Qur`an diturunkan. Bahkan akan berganti dengan kekaguman akan keindahan susunan bahasanya. Jika dibahas dari segi sastra Arab (Ilmu Balaghah), lafaz ayat tersebut termasuk Mujaz Mursal. Majaz Mursal adalah sebuah perkataan yang dipergunakan bukan pada maknanya yang sesungguhnya, karena adanya ‘alaqah (hubungan) antara kata yang dilafazkan tersebut dengan makna yang dikehendaki, yang mana ‘alaqahnya tersebut bukan (perumpamaan), serta adanya musyabbahahqarinah (indikasi) yang menghalangi kata tersebut difahami secara maknanya yang asli. Qarinah (indikasi, yang menghalangi makna kata tersebut difahami secara hakiki) ada dua macam: lafziyyah (secara lafaz) dan haliyah (hal yang dapat difahami dari konteks kalimat). Dalam lafaz ayat tersebut, qarinahnya adalah lafziyyah, yaitu lafaz “dari tiap-tiap (macam) buah-buahan”. Suatu hal yang mustahil lebah makan buah. Semua akal sehat menyatakan demikian. Mustahil lebah makan buah. Lebah tidak makan buah, tapi yang dimakan oleh lebah adalah saripati bunga sebelum menjadi buah. Selain memakan saripati bunga, lebah juga membantu penyerbukan pada bunga tersebut sehingga bisa menghasilkan buah. Disebabkan karena proses tersebut, maka terjadilah pembuahan. Berbagai macam buah-buahan disebabkan oleh karena terjadinya proses tersebut, maka ‘alaqah dalam lafaz ayat ini adalah sababiyah (hubungan sebab-akibat). Dari sini dapat difahmai, makna lafaz ayat tersebut: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) saripati bunga. Dengan begitu terjadilah penyerbukkan dan membuahkankan aneka macam buah-buahan (yang bisa dimanfaatkan oleh manusia)…”. Diantara ayat lain yang diungkapkan dalam bentuk yang demikian adalah Q.S. Al-Mu’min (40) ayat 13: “Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. dan Tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).” Lalu kenapa diungkapkan dengan uslub (susunan bahasa) yang demikian? Dari sisi balaghah al-kalam (keindahan susunan kalimat): Jika kita perhatikan, pengungkapan kalimat dengan Majaz biasanya menyebabkan pengungkapan kata menjadi lebih I’jaz (kalimatnya ringkas namun maknanya dalam dan panjang bila diuraikan). Manifestasi balaghah lain yang terdapat dalam penggunaan majaz ini adalah kelihaian dalam memilih ‘alaqah antara makna hakiki dan makna majazi, sehingga majaz dapat memberikan gambaran makna yang dimaksud dengan gambaran yang sebaik-baiknya. Apabila dicermati lebih jauh, bentuk Majaz selalu bombastis, indah dan mendatangkan pengaruh dalam jiwa serta menarik jiwa untuk menghayati dan akal untuk memikirkan. Secara makna, kita bisa mengambil ibrah dari lafaz ayat yang ringkas tersebut: Menerangkan salah satu proses penyerbukan tanaman, yaitu melalui bantuan hewan penghisap saripati bunga, yang diantaranya adalah lebah (dalam ayat lain di Q.S.15:22 diterangkan juga dengan bantuan angin), dan semua itu adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan. Ayat tersebut menerangkan tentang nikmat Allah yang diberikan kepada manusia melalui lebah. Yang nampak secara lahiriyah (dan diwujudkan dengan ungkapan yang dzahir) adalah nikmat berupa madu yang berfungsi untuk keperluan konsumtif dan obat. Namun ada nikmat lain melalui lebah yang tidak kalah pentingnya namun kadang dilupakan orang karena tersembunyinya/ tidak nampak, yaitu membantu proses penyerbukkan bunga hingga menjadi buah yang bisa dinikmati oleh manusia. Menerangkan hukum sebab-akibat, yaitu penyerbukkan terjadi disebabkan oleh lebah. Namun jangan kemudian menyembah dan menuhankan hukum sebab-akibat serta melupakan bahwa Allah-lah pencipta dan yang menetapkan hukum tersebut. Lebah tetap berada dibawah perintah dan kendali Allah, maka janganlah sombong dan kufur terhadap nikmat Allah. Tidak sedikit kaum materialis yang terjebak pada menuhankan hukum sebab akibat ini. Ungkapan seperti itu mungkin juga ada dalam bahasa lain, walau mungkin tidak diakui sebagai sebuah keindahan bahasa, bahkan mungkin akan dianggap sebagai sebuah kesalahan tata bahasa. Umpamanya ungkapan “jasa guru sangat besar dalam mendidik para sarjana”. Maksudnya tentu bukan para sarjana yang dididik, namun mendidik murid-murid mulai TK hingga perguruan tinggi, sehingga akhirnya melahirkan para sarjana. Ungkapan kalimat seperti diungkapkan dalam ayat tersebut adalah hal yang biasa dalam ungkapan Bahasa Arab, bahkan terdapat keindahan dalam pengungkapan kalimat seperti itu dalam dzauq (cita rasa) Bahasa Arab. Dan Al-Qur`an diturunkan dalam Bahasa Arab, maka cita rasa bahasanya hanya dapat dipahami dan dihayati bila memahami Bahasa Arab. Dua ayat yang mulia (QS.An-Nahl:68-69) ini menjelaskan kepada kita penjelasan yang detail dan ilmiah yang diungkap oleh ilmu pengetahuan modern tentang cara hidup jenis serangga ini yang aturan yang sangat unik, yang kita hanya sanggup berkata:“Mahasuci Allah Sebaik-baik Pencipta.” Dan berikut ini beberapa sisi dari ungkapan Al-Qur’an yang indah yang sejalan dan memiliki kesesuaian secara sempurna dengan apa yang dibuktikan oleh sains modern berdasarkan observasi yang cermat dan alat-alat teknik modern. Kata lebah dalam ayat yang mulia di atas menunjukkan kata feminine (betina) yaitu dari firman-Nya:(اتَّخِذِي، كُلِي، فَاسْلُكِي، بُطُونِهَا) ( buatlah (sarang-sarang), makanlah, tempuhlah (jalan Tuhanmu), perut mereka), padahal dalam bahasa Arab dia adalah maskulin (jantan), yang mana kita mengatakan هذا النحل/ini lebah, bukan هذه النحل sama persis dengan kata النمل/semut, dan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ” يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ” ”Hai semut-semut (jantan), masuklah ke dalam sarang-sarang kalian.” (QS. An-Naml: 18) Maka kata an-Naml (semut) dalam ayat di atas datang dengan lafazh maskulin (menunjukkan jantan), tidak dengan lafazh feminin sebagaimana dalam kasus lebah. Akan tetapi firman Allah menggunakan bahasa Arab yang jelas (benar), maka bagaimana hal seperti ini bisa benar??!! Wahyu Ilahi ini ditujukkan kepada sekelompok lebah yang ada di dalam sarang lebah, tugas mereka adalah mendeteksi dan mencari segala sesuatu yang dibutuhkan oleh sarang lebah. Kelompok ini disebut kelompok lebah betina (reagent), dan mereka adalah lebah-lebah betina bukan jantan, bahkan semua pekerjaan di dalam dan di luar sarang lebah hanya dilakukan betina bukan jantan. Peran lebah jantan hanya sebatas untuk mengawini lebah ratu. Dan bahkan terkadang sarang lebah mengeluarkan lebah-lebah jantan keluar sarang setelah sayap mereka dirobek untuk memastikan tidak kembalinya mereka ke sarang. Hal itu terjadi dalam kondisi krisis pangan, dalam rangka untuk menjaga keberlangsungan sarang. Oleh sebab itu lafazh-lafzah lebah dalam ayat ini menggunakan lafazh feminin (betina) cocok/sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh ilmu pengetahuan (sains) modern, bertentangan dengan apa yang biasa digunakan oleh bangsa Arab. Sehingga dengan demikian kita mengetahui bahwa Firman Allah berlaku/cocok untuk semua tempat dan waktu. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68) ”Di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.” (QS. An-Nahl: 68) Huruf jar (preposisi) “من”/dari lebih baik dan lebih akurat maknanya dibandingkan dengan huruf jar (preposisi) “في”/di untuk mengungkapkan makna bagian, cara dan tempat. Maka lebah-lebah tersebut memanfaatkan sebagian tempat di sekeliling sarang sebagai benteng untuk melindunginya dari kerasnya lingkungan yang mengelilinginya, dan di atasnyalah lebah-lebah itu membangun sarangnya. Lafazh “من”/dari gunung memberikan faedah bahwa tempat tinggal mereka adalah pegunungan dan tempat tinggal mereka ini berasal dari tanah pegunungan. Dan ini adalah apa yang dilakukan oleh lebah sebenarnya, akam tetapi preposisi “في”/di hanya memberikan faedah tempat saja (bahwa tempat tinggal mereka adalah pegunungan). Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: وَمِمَّا يَعْرِشُونَ ”Dan dari tempat-tempat yang dibuat/dibangun oleh manusia.” Maknanya mencakup batang-batang pohon yang di lubangi, dan lubang-lubang dari lumpur yang telah dikenal pada saat turunnya al-Quran waktu kita sekarang ini. Dan itu adalah satu-satunya tempat yang dibuat oleh manusia untuk lebah pada zaman tersebut. Dan ditambah pula dengan sarang-sarang dari kayu dengan bentuk-bentuk yang berbeda yang di dalamnya ada sekat-sekat baru dikenal manusia baru-baru ini, setelah ditemukan oleh manusia bahwa lebah-lebah itu membutuhkan celah yang ideal untuk mereka lewati di antara sel-sel madu. Kata “yang dibuat/dibangun oleh manusia” meliputi semua jenis sarang, baik modern dan klasik. Dan seandainya al-Qur’an bukan dari sisi Allah tentu akan datang dengan lafazh yang berbeda dengan lafazh ini, misalnya, “dari tempat-tempat (lumpur) yang dibentuk oleh manusia “ seperti yang dikenal pada saat turunnya ayat ini berupa silinder tanah liat. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ”Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan.” (QS. An-Nahl: 69) Huruf jar (preposisi) “ثم”/kemudian, menunjukkan makna urutan, dan jeda dalam rangkaian peristiwa yang dialami oleh lebah, sebagaimana yang ditelah dijelaskan, yaitu membangun rumah dan memakan buah-buahan. Dan ini benar-benar cocok sekali dengan kenyataan yang ada. Maka setelah sekelompok lebah benar-benar mapan di tempat tinggalnya yang baru, mereka akan tinggal beberapa waktu di tempat tersebut, kadang lama dan kadang sebentar, mereka tidak langsung melakukan aktivitas mereka seperti biasa sampai mereka yakin keamanan/keselamatan tempat tinggal mereka. Kemudian barulah mereka memulai kehidupan normal mereka yaitu mengumpulkan nektar dan pembuatan madu. Kata ” كُلِي”/makanlah kelihatannya aneh, karena yang terlintas dalam benak pikiran kita ketika menyebutkan lebah adalah madu, dan madu itu diminum, dan ia dibuat oleh lebah dari sari bunga yang ia berbentuk cairan??!! Akan tetapi maknanya tidaklah demikian, tetapi maknanya adalah sebagaimana yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern, bahwa lebah makan dan minum (memiliki bagian-bagian mulut pemakan dan pengisap). Dan ia memakan serbuk sari (sumber protein untuk lebah) yang dikumpulkan dari bunga, dan ia meminum nektar (sumber karbohidrat). Oleh karena itu kata ” كُلِي”/makanlah digandengkan dengan kata buah-buahan dan buah berasal dari serbuk sari buah yang dimakan oleh lebah !!!!!! Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ” Dari tiap-tiap (macam) buah-buahan.” (QS. An-Nahl: 69) Menunjukkan keumuman segala macam buah-buahan, tanpa terkecuali. Tidak ada satupun buah melainkan ia memiliki serbuk sari dan tidak ada satupun serbuk sari melainkan pasti lebah akan memakannya. Seandainya al-Qur’an bukan dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu ayatnya akan mengatakan, misalnya ”buah-buahan yang manis” atau bahkan tidak disebutkan kata buah-buahan sama sekali, karena hal itu baru diungkap oleh setelah ditemukannya mikroskop dan alat-alat penelitian lainnya. Akan tetapi Dialah Sang Pencipta, Dia yang berfirman di dalam al-Qur’an ini. Dan datang lafazh “مِنْ كُلِّ”/dari tiap-tiap untuk menunjukkan sebagian, yaitu sebagian dari satu pohon, maksudnya lebah tidaklah memakan satu pohon keseluruhan, akan tetapi ia memakan sebagian dari pohon, dan di sisi lain ia memakan seluruh jenis/macam pohon, bukan pohon-pohon yang berbuah manis saja. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا ”Maka tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” (QS. An-Nahl: 69) Huruf Fa’ menunjukkan tertib (urutan) dan kesegeraan (tidak ada jeda antara dua perbuatan), karena lebah pada waktu-waktu ini (setelah memakan sari bunga dari buah-buahan), ia tidak terlambat untuk pulang ke sarangnya, akan tetapi mereka bersegera pulang. Dan mereka bersegera melakukan akifitasnya untuk mengisi sarangnya dengan apa yang ia kumpulkan, supaya mereka bisa kembali lagi untuk mengumpulkan sari bunga lalu kemudian diisikan kembali ke sarangnya, dan hal itu berlangsung terus sampai habs waktu siang hari. ”Maka tempuhlah jalan” kalimat ini menunjukkan bahwa lebah memiliki rute/jalur yang telah ditentukan, seperti rute khusus untuk pesawat terbang, dan ini adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan modern, bahwa lebah terkadang terbang dengan jarak yang jauh dari sarangnya, dan terkadamh sampai sejauh tiga kilometer. Dan supaya mereka tidak tersesat untuk pulang mereka menjadikan matahari sebagai tanda di udara untuk menentukan arah, di samping mareka menggunakan aroma-aroma bunga untuk membantu mereka untuk mengidentifikasi tren serta beberapa jenis aroma yang dikeluarkan oleh tanaman bunga (sebagai tanda di bumi). Dan dengan demikian maka lebah memiliki cara dan jalan tersendiri, antara sarang dan lokasi aktifitasnya (tempat mencari sari bunga), maka mereka tidak akan pernah salah untuk menempuh tujuannya. Kemudian mereka mempersalahkan kalimat ini: “Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia” Pertanyaan 1. Apa benar madu berasal dari perut lebah?? Jawaban: Sering terjadi kesalahpahaman di masyarakat seolah madu adalah kotoran lebah karena berasal dari perut lebah. Madu bukanlah kotoran lebah meskipun dalam prosesnya melalui perut lebah. Madu ditempatkan di tempat khusus dalam perut lebah yang disebut perut madu (honey stomach, honey sac atau crop) yang terpisah dari perut besar lebah (large intestine atau stomach). Honey sac yang berada di perut lebah sebenarnya lebih merupakan tempat penyimpanan khusus untuk madu selama perjalanan lebah pekerja dari tempat pengambilan nectar sampai ke sarangnya. Di dalam perut madu tersebutlah proses penguraian gula komplek (disakarida) diubah menjadi gula sederhana atau monosakarida. Selanjutnya nectar mengalami proses fisika dan kimia sekaligus selama perjalanannya di perut lebah dan dilanjutkan di sarang lebah. Jadi tidak ada yg salah dengan pernyataan madu berasal dari perut lebah. 2. Apa benar Madu bisa menyembuhkan semua penyakit? Kok bertentangan dengan kenyataan ya, tidak semua penyakit bisa disembuhkan dengan madu Jawaban: Ayat diatas tidak mengatakan:” fiiha asy-syifaa linnaas” (dengan bentuk ma’rifat dengan kata syifaa), karena jika demikian maka maknanya madu itu mengobati segala penyakit manusia. namun tidak demikian, yang dikatakan adalah:”fiiha syifaa’un linnaas”, dengan bentuk nakirah, yang artinya bahwa madu itu memiliki faktor yang dapat menyembuhkan penyakit manusia, bukan semua penyakit. Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa didalam unsur madu terdapat obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Pembahasannya tentu akan melebar jika seluruh penyakit yang dapat diobati dengan madu disebutkan semuanya. Berikut saya paparkan sebagian khasiat madu sebagai obat: Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran, madu adalah “obat bagi manusia”. Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Konferensi tersebut membahas pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Seorang dokter Rumania mengatakan bahwa ia mengujikan madu untuk pengobatan pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh total. Para dokter Polandia juga menyatakan dalam konferensi tersebut bahwa resin lebah dapat membantu penyembuhan banyak penyakit seperti wasir, masalah kulit, penyakit ginekologis, dan berbagai penyakit lainnya. Contoh manfaat madu dalam dunia medis meliputi: menguatkan otot jantung, sehingga digunakan juga pada kasus nyeri dada akibat serangan jantung (angina pectoris) dan setelah operasi jantung; menangkal reaksi garam makanan, sehingga digunakan pada kasus tekanan darah tinggi; untuk masalah THT dan pernafasan, madu dapat meredakan hidung tersumbat, nyeri tenggorok termasuk tonsilitis, batuk, menghilangkan dahak; untuk pencernaan, madu digunakan dalam mengatasi gangguan pencernaan akibat kurangnya enzim pencernaan, madu juga dapat menyembuhkan luka (tukak) lambung dan usus 12 jari, menguatkan hati, menghancurkan batu empedu, terutama jika ditambah royal jelly dan bee pollen; madu juga baik untuk pasien neurosis seperti depresi ditandai berkurangnya tremor (buyuten) dan jantung berdebar, pasien psikotik seperti schizofrenia, kecanduan alkohol dan morfin, insomnia; memelihara kesehatan saluran kemih, mulut dan kulit, dan masih banyak lagi. Sindrom dalam TCM yang bisa ditangani: Madu mempunyai rasa yang manis dan sifatnya hangat. Dari rasa dan sifat inilah madu akan memperbaiki pencernaan. Karena organ limpa/pencernaan membutuhkan rasa manis dan menyukai yang hangat. Sindrom dalam TCM ( Saya sampaikan yang umum saja ) yang bisa ditangani dengan madu adalah Sindrom Dingin Sindrom ini bersifat Yin, disebabkan oleh serangan faktor patogen dingin atau kelemahan Yang organ tubuh akibat penyekit kronis. Manifestasi klinis yang muncul adalah takut dingin, suka hangat, nafsu makan berkurang, tidak haus, wajah pucat, ekstremitas dingin, urine banyak dan jernih, feses lembek, diare, dahak encer, lidah pucat dengan lapisan putih serta nadi lamban dan tegang. Sindrom Kelemahan Qi Sindrom ini ditandai oleh kelemahan Qi organ tubuh, pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronis yang melemahkan organ tubuh atau usia lanjut. Manifestasi klinis yang muncul tergantung pada organ yang tersangkut. Beberapa diantaranya kelelahan, badan lemas, batuk, sesak napas, pusing, berkeringat spontan, daya pertahanan lemah, nafsu makan berkurang, diare, urine berlebihan, lidah pucat dengan lapisan putih, dan nadi lemah. Sindrom kelemahan Yang Sindrom ini bersifat dingin-lembab, pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronis yang telah melemahkan Yang organ tubuh. Yang bersifat panas dan kering. Yang yang lemah tidak sanggup mengendalikan Yin yang bersifat dingin dan lembab. Manifestasi klinis tergantung dari organ yang terserang. Beberapa diantaranya yaitu wajah pucat, bibir dan lidah pucat, tidak haus, keringat dingin muncul secara spontan, pusing, nafsu makan berkurang, lesu, lemah, badan dingin, takut dingin, urine jernih, feses lembek, impotensi, menstruasi tidak teratur, edema, lidah pucat dengan lapisan putih, nadi lemah. Sindrom Kekurangan Darah Sindrom ini ditandai oleh kekurangan darah, pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronis, kelemahan Qi-limpa dan perdarahan. Manifestasi klinis tergantung dari organ yang tersangkut. Beberapa yang sering madalah muka pucat ( tidak cemerlang ), pusing, pening,palpitasi, insomnia, badan lemas, kelelahan, menstruasi lemah, lidah pucat dengan lapisan putih, dan nadi lemah. Sejak jutaan tahun yang lalu lebah telah menghasilkan madu. Satu-satunya alasan mengapa binatang yang melakukan segala perhitungan secara terinci ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia dapat memperoleh manfaat dari madu yang mengandung “obat bagi manusia” tersebut. Allah menyatakan tugas lebah ini dalam Al-Qur’an, “kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An Nahl: 69) Jelaslah bahwa madu, yang diproduksi jauh melebihi jumlah kebutuhan lebah (sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan), dibuat untuk kepentingan manusia. Dan telah jelas pula bahwa lebah tidak dapat melakukan tugas-tugas yang sedemikian sulit “dengan sendirinya”. Dan semoga kita dapat berguru pada lebah. Ingat pula bahwa Rasulullah telah bersabda, “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yakni minum madu, sayatan alat bekam, dan kay dengan api. Sesungguhnya aku melarang umatku dari kay.” (Shohihul Bukhori, Ath-Thibb, Juz I) Subhanallah, tanpa bukti inipun kami percaya kepada firmanMu ya Allah; kami percaya kepada sabda rasul-Mu….bukti ilmiah ini hanya sebagai tambahan ilmu bagi kami…dan hujjah untuk menjelaskan kepada orang yang belum yakin akan kebenaran firmanMu. Dan telah terbukti madu itu dapat memperkuat sistem imun pada manusia. Dan sistem imun itu dapat membuat manusia tidak rentan terhadap penyakit, atau jika seseorang sudah terserang penyakit maka sistem imun itu akan menjadi penangkal yang tangguh untuk menyembuhkannya. Jadi sama sekali tidak ada yang salah dengan kalimat : “di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia” Sementara itu, sepertinya mereka itu tidak berkaca pada Kitab Suci mereka, yang mana terdapat ucapan yang lebih aneh lagi, yang mengatakan: Markus 16: 16-18 (16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. (17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Apakah ada yang dapat membuktikan hal tersebut? Apa benar hanya cukup dengan percaya pada Yesus maka orang tidak akan mati walaupun digigit ular atau minum racun. Faktanya para Pendeta bahkan Paus sendiri tidak akan berani membuktikan iman dengan memegang ular dan meminum racun. Begitu juga dengan meletakkan tangan diatas orang sakit lalu penyakitnya akan sembuh? Apabila benar seperti itu, maka manusia tentunya tidak butuh lagi obat-obatan ataupun operasi. Tidak mengherankan bila orang-orang non Islam tersebut terheran-heran dengan susunan bahasa Al-Qur`an, karena mereka memang tidak memahami Bahasa Arab. Terlebih lagi, Kitab Suci mereka sudah kehilangan keistimewaan ini (tertulis dalam bahasa asli, sehingga jika ada salah penafsiran makna maka dapat diselidiki lagi berdasarkan kaidah bahasa aslinya). Ketika mereka ditanya “Bagaimana metode memahami Kitab Suci anda?”, mereka akan bingung dan keluarlah jurus andalan “dengan bimbingan Roh Kudus”. Ini hanyalah sedikit dari sekian banyak keindahan bahasa Al-Qur`an. Sebuah bukti kemu’jizatan Al-Qur`an yang abadi. Tidak jarang orang-orang kafir yang berupaya menghujat Al-Qur`an justru bertekuk lutut karenanya, diantaranya adalah Dr. Ibrahim Khalil Ahmad, seorang mantan tokoh Kristen di Mesir. Semoga kita bisa lebih menghayati dan mengamalkan Al-Qur`an… Wallahu’alam bishshowab…. oleh: muslim

Riset : LAGU TERTUA DIDUNIA ADALAH : NASYID : TALA' AL BADRU 'ALAYNA

(dalam bahasa melayu malaysia) Tala‘ al-Badru ‘Alaynā (bahasa Arab: طلع البدر علينا) ialah judul sebuah lagu tradisional Islam (nasyid) yang kaum Ansar nyanyikan kepada Nabi Muhammad dengan ketibaannya di Yathrib selepas menamatkan Hijrah[1][2] dalam 622 M.[3] Lagu ini kini berusia lebih 1,400 tahun, dan salah satu lagu yang tertua dalam kebudaya an Islam. [4] طلع البدر علينا Tala‘a al-badru ‘alaynā Wahai bulan purnama yang terbit ke atas kita من ثنيات الوداع Min thanīyāti al-wadā‘ Dari lembah al-Wadā‘. وجب الشكر علينا Wajab al-shukru ‘alaynā Dan wajiblah kita mengucapkan kesyukuran ما دعى لله داع Mā da‘ā lillāhi dā‘ Di mana seruan adalah kepada Allah. أيها المبعوث فينا Ayyuha al-mab‘ūthu fīnā Wahai anda yang dibesarkan di kalangan kami جئت بالأمر المطاع Ji’ta bil-amri al-mutā‘> Datang dengan seruan untuk dipatuhi جئت شرفت المدينة Ji’ta sharaft al-madīnah Anda telah membawa pada bandar ini kemuliaan مرحبا يا خير داع Marḥaban yā khayra dā‘ Selamat datang penyeru terbaik ke jalan Allah Artis dan kumpulan menyanyikan Tala‘ al-Badru ‘Alaynā Yusuf Islam - merakamkan dua versi lagu ini, satu dalam tahun 1995 untuk album The Life of the Last Prophet, dan satu lagi dalam tahun 2008.[5] Labayk Mesut Kurtis Qari Waheed Zafar Faeeza Malinga Junaid Jamshed - merakam suatu versi yang memasuki beberapa ayat dalam bahasa Urdu untuk album 2007 Badr-ud-Duja.[6] Native Deen Sheikh Mishary Rashid Al-Afasy Olivia Newton-John - menggunakan lagu sebagai musical interlude untuk album 2006 Grace and Gratitude[7][8], mempersembahkan hanya ayat pertama. Interlude juga bermuncul dalam Grace and Gratitude Renewed (suatu keluaran khas AS) Persembahan lain Little Mosque on the Prairie -sitkom Kanada - Lagu ini dimainkan semasa penghargaan penutup. Mohammad, Messenger of God (The Message) - Filem - Persembahan dalam filem tersebut melakonkan semula kejadia sebenar di mana lagu ini mula-mula dinyanyikan. Muhammad: The Last Prophet - Filem Animasi - Persembahan dalam filem tersebut melakonkan semula kejadia sebenar di mana lagu ini mula-mula dinyanyikan. Rujukan ↑ http://mysticsaint.blogspot.com/2008/03/blessed-month-of-prophets-birthday-rabi.html ↑ http://www.webcitation.org/query?url=http%3A%2F%2Flifeandtimesblog.wordpress.com%2F2008%2F10%2F30%2Ftalaal-badru-alayna%2F&date=2009-08-20 ↑ http://www.islamicity.com/mosque/ihame/Sec2.htm ↑ http://arabicnasheedlyrics.blogspot.com/2009/03/osama-al-safi-talaa-al-badru-alayna.html ↑ http://www.yusufislam.com/songs-a-z/44f50b079d9a128118f4d446b6f19bb1/ ↑ http://junaid-jamshed-naats.blogspot.com/2009/07/badru-ud-duja-by-junaid-jamshed.html ↑ "Olivia Newton-John's official website/Discography". ↑ http://www.olivia-newtonjohn.com/music/lyrics/grace-and-gratitude/