Rahmat Karunia ALLAH SWT dan Syafaat dan Salam dari Rasulullah saw dan Keluarganya beserta para shahabatnya serta keberkahan dan karomah dari para Kekasih ALLAH (para Nabi, para Waliyullah dan para Malaikat ALLAH) tercurah tuk kita semua sebagai ummat-Nya
02 Oktober, 2012
Riset Psikologi: MAKIN BERSYUKUR MAKIN SEHAT
Tahukah Anda bahwa ada komponen penting dari kebahagiaan yang sering diabaikan? Secara ilmiah, bersyukur secara teratur justru dapat meningkatkan kebahagiaan sebanyak 25 persen, demikianlah salah satu hasil studi yang dilakukan Robert A. Emmons, Ph.D., dari University of California.
Robert Emmons yang juga editor-in-chief of the Journal of Positive Psychology mengungkap rahasia apa arti penting harus merasa bersyukur.
Hasilnya menunjukkan, banyak bersyukur dan berpikir positif justru dapat membawa pengaruh baik bagi kesehatan, mood, hingga hubungan dengan pasangan.
Dalam studinya, ia mengamati hubungan antara kebahagiaan dengan kondisi kesehatan seseorang. Dalam riset ini, tim peneliti meminta para respondennya untuk mengisi buku harian selama 10 minggu. Buku harian ini berisi lima hal yang mereka syukuri yang terjadi minggu lalu. Hasilnya, para responden terbukti 25 persen lebih bahagia dari sebelumnya. Mereka juga menunjukkan kondisi tubuh yang lebih bugar ketimbang orang-orang yang kurang bersyukur atas apa yang dialaminya.
“Riset ini menunjukkan bahwa rasa bersyukur dapat membawa efek yang luar biasa dari segi fisik dan psiko-sosial,” tutur Rita Justice dari University of Texas Health Science Center, seperti dikutip Huffington Post.
“Praktik menulis harian syukur dan praktek-praktek lainnya sering tampak begitu sederhana dan mendasar; dalam studi kami, kita sering memiliki orang-orang menyimpan catatan harian rasa syukur sekitar tiga minggu. Namun hasilnya sudah luar biasa. Kami telah mempelajari lebih dari seribu orang, dari usia 8 – 80 tahun, dan menemukan bahwa orang yang berlatih dengan konsisten perasaan rasa syukur dilaporkan banyak membawa manfaat,” tulis Robert A. Emmons dalam artikelnya yang dimuat di www.dailygood.org.
Menurut Emmons, tiga kekuatan sebagai bagian dampak rasa syukur pada tiap orang. Pertama dampak fisik, psikologi dan sosial.
Secara fisik, orang yang banyak bersyukur akan memiliki; sistem kekebalan tubuh yang kuat, kurang terganggu oleh sakit dan nyeri, dapat menurunkan tekanan darah, dan tidur bisa lebih lama dan merasa lebih segar setelah bangun.
Sedang secara psikologis, orang yang banyak bersyukur memiliki tinggi tingkat emosi positifnya, lebih waspada, hidup, dan terjaga, lebih bersukacita dan senang juga lebih optimis dan mudah bahagia.
Secara sosial; ia lebih mudah membantu, murah hati, dan penuh kasih pada orang lain dan sedikit memiliki rasa kurang kesepian dan terisolasi.
Menurut Emmons, ada dua komponen sebagai dampak rasa syukur. Pertama, merupakan penegasan dari kebaikan. Kedua, dengan syukur bisa mencari tahu dari mana kebaikan datang.
“Ini tidak berarti bahwa kehidupan sempurna, tetapi tidak mengabaikan keluhan, beban, dan kerepotan. Tetapi ketika kita melihat kehidupan secara keseluruhan, syukur mendorong kita untuk mengidentifikasi beberapa jumlah kebaikan dalam hidup kita.”
Sebelumnya, tahun 2008, studi 2008 yang dilakukan psikolog Alex Wood yang ditulis dalam Journal of Research in Personality, menunjukkan rasa terima kasih dan stukur dapat mengurangi frekuensi dan durasi episode depresi. Sedang penelitian yang dilakukan Michael McCullough dan Jo-Ann Tsang telah menyarankan bahwa orang yang memiliki tingkat rasa syukur memiliki tingkat rendah menyangkut perasaan benci dan iri hati.
“Ini masuk akal. Anda tidak bisa merasa iri dan bersyukur pada saat yang sama. Mereka perasaan yang tidak kompatibel. Jika Anda bersyukur, Anda tidak dapat membenci seseorang untuk memiliki sesuatu yang Anda tidak miliki,” ujar Emmons.
Sebelum penelitian ini, Allah SWT telah memberikan janjinya bagi orang-orang yang benyak bersyukur. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami (Allah) akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (QS: Ibrahim: 7).*
Cholis Akbar
Riset Sains: Susu Onta Miliki Kandungan Gizi Lebih Besar dari Susu Sapi
Sebagian besar masyarakat mungkin belum terlalu familiar dengan susu onta. Tapi ternyata susu ini memiliki banyak manfaat bagi tubuh serta memiliki kandungan gizi yang lebih baik sehingga dikenal sebagai 'superfood'.
Susu onta selama ini dikonsumsi secara luas di hampir seluruh negara Arab, susu ini memiliki rasa yang sedikit lebih asin dibandingkan susu lainnya dan seringkali diproduksi sebagai keju.
Organisasi PBB yang menangani masalah pangan (Food and Agriculture Organisation/FAO) menuturkan susu onta diketahui kaya akan vitamin B, C dan memiliki kandungan zat besi 10 kali lebih banyak dibanding dengan susu sapi.
Selain kandungan mineral dan vitaminnya yang tinggi, penelitian telah menunjukkan bahwa antibodi yang terkandung dalam susu onta diduga bisa membantu melawan penyakit kanker, HIV, AIDS, Alzheimer dan hepatitis C.
"Susu onta bisa menjadi tambahan pangan yang berguna karena mengandung kalsium dan vitamin B serta memiliki kadar lemak jenuh yang lebih sedikit dibanding susu sapi," ujar juru bicara dari British Nutrition Foundation, seperti dikutip dari BBCNews, Selasa (31/5/2011).
Kelebihan lain dari susu onta adalah tidak mengandung dua alergen kuat yang selama ini ditemukan dalam susu sapi, serta memiliki komponen sistem kekebalan tubuh yang mungkin memberikan manfaat bagi anak-anak yang alergi terhadap susu dan makanan lain.
Komponen sistem kekebalan yang potensial dalam susu onta diperkirakan bisa membantu memerangi beberapa penyakit. Para peneliti menduga ukuran kecil dari imunoglobulin atau antibodi yang ditemukan dalam susu onta memungkinnya untuk lebih mudah menargetkan zat asing penyebab penyakit (antigen) yang merusak sistem kekebalan tubuh seseorang.
Dr Reuven Yagil, seorang ahli fisiologi dari Israel yang melakukan penelitian selama 5 tahun menuturkan susu onta ini bisa mengatasi gangguan autoimun yang menekan sistem kekebalan tubuh seseorang.
Tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut lagi, karena bukti ilmiah yang ada saat ini belum cukup untuk membuktikan efektivitas dari susu onta dalam pengobatan penyakit autoimun.
Kencing Onta
Sebelumnya, tahun 2009, Dr. Faten Abdel-Rahman Khorshid, ilmuwan Saudi yang juga staf King Abdul Aziz University (KAAU) dan Presiden Tissues Culture Unit di Pusat Penelitian Medis King Fahd menemukan bahwa partikel nano dalam air seni hewan onta dapat melawan sel kanker dengan baik.
Penelitiannya diawali dengan eksperimen menggunakan air seni onta, sel kanker yang ada di organ paru-paru seorang pasien, serta tikus yang disuntikkan sel kanker leukimia dan air seni onta.
“Kami telah meneliti dan mengkaji (air seni onta) selama tujuh tahun. Selama itu kami telah mengujicobakan efektivitas air seni onta untuk melawan sel kanker sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh International Cancer Institute,” katanya menjelaskan.
Penelitan itu menghasilkan medali emas bagi tim peneliti atas inovasinya, yang diberikan oleh Kerajaan pada tahun 2008. Dan obatnya terpilih sebagai salah satu dari enam inovasi terbaik dari 600 inovasi yang diajukan dalam International Innovation and Technology Exhibition (ITEX) 2009 yang diselenggarakan di Malaysia pada bulan Mei.*
Sumber : ir/dth/HoL
Rep: Cholis Akbar
MAKAN BERJAMAAH, sunnah yang terlupakan
Sesungguhnya terdapat suri tauladan yang baik bagi kita, seperti yang telah adi ajarkan oleh baginda Rasulullah SAW melalui sunnahnya. Dan alangkah ruginya jika kita meninggalkan atau melupakan Sunnah Rasul tersebut, yang didalamnya terkandung banyak kebaikan, Padahal kebaikan itu datangnya dengan cara mengikuti apa yang docontohkan oleh Nya . Dan salah satu teladan yang baik yang dicontohkan oleh Rosullulloh dan diikuiti oleh para Sahabatnya adalah: Adab Rasulullah ketika hendak makan. .
Seringkali kita jumpai pada kaum muslimin cara-cara makan yang tidak sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, belum sampai kepada mereka atau karena malas dan mungkin karena enggan melakukannya. Adapun adab-adab makan yang sering dilupakannya itu adalah sebagai berikut :
1. MAKAN BERJAMA'AH
Di antara adab makan yang diajarkan oleh Nabi saw adalah anjuran makan bersama-sama pada satu piring. Sesungguhnya hal ini merupakan sebab turunnya keberkahan pada makanan tersebut. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah orang yang makan maka keberkahan juga akan semakin bertambah.
a). Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau menyatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan satu orang itu cukup untuk dua orang. Makanan dua orang itu cukup untuk empat orang. Makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang.” (HR Muslim no 2059)
b). Dalam Fathul Baari 9/446 Ibnu Hajar mengatakan, “Dalam hadits dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Thabrani terdapat keterangan tentang illat (sebab) terjadinya hal di atas. Pada awal hadits tersebut dinyatakan, ‘Makanlah bersama-sama dan janganlah sendiri-sendiri karena sesungguhnya makanan satu orang itu cukup untuk dua orang’. Hadits ini menunjukkan bahwa makanan satu orang itu mencukupi untuk dua orang dan seterusnya adalah disebabkan keberkahan yang ada dalam makan bersama. Semakin banyak jumlah orang yang turut makan maka keberkahan semakin bertambah.”
c). Dari Wahsyi bin Harb dari bapaknya dari kakeknya, “Sesungguhnya para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengadu, wahai Rasulullah sesungguhnya kami makan namun tidak merasa kenyang. Nabi bersabda, “Mungkin kalian makan sendiri-sendiri?” “Betul”, kata para sahabat. Nabi lantas bersabda, “Makanlah bersama-sama dan sebutlah nama Allah sebelumnya tentu makanan tersebut akan diberkahi.” (HR Abu Dawud no. 3764 shahih)
d). Nabi saw juga bersabda : ’Berjama’ahlah dalam menyantap hidanganmu dan sebut nama Allah padanya, niscaya akan mengandung berkah bagimu. (Silsilah Hadits-hadits Shahih no. 664).
e) Berkenaan dengan seseorang yang datang kepadanya dan ia berkata: Hadits ini dikabarkan oleh Rasulullah SAW, Wahai Rasulullah, kami ini setiap kali makan tidak pernah kenyang. Maka Rasulullah berkata: “Pasti masing-masing kamu makan sendiri-sendiri. Dia menjawab: benar ya Rasulullah. Rasulullah berkata: “Berjama’ahlah dalam menyantap makananmu.”
Hadits di atas memerintahkan kepada kita agar setiap kali makan supaya berkumpul melingkar pada satu nampan makanan dan tidak makan sendiri-sendiri, sebab makan sendiri-sendiri itu disamping akan membuat masing-masing orang yang makan itu tidak akan kenyang (seperti kata shahabat di atas) juga tidak mendapatkan berkah/kecukupan. Karena kecukupan itu akan diperoleh dengan makan bersama, meskipun jumlah peserta hidangan bertambah, sebagaimana kata Nabi “Sesungguhnya makanan satu orang itu cukup untuk dua orang makanan dua orang cukup untuk tiga atau empat orang dan makanan empat orang cukup untuk lima atau enam orang. (Silsilah hadits-hadits shahih no. 895).
2. MAKAN PAKAI SHAHFAH/QASH'AH (NAMPAN) DAN DIATAS HAMPARAN (SUPRAH).
Makan berjama’ah di atas hamparan dengan menggunakan Shahfah. Salah satu sunnah Nabi yang harus diikuti adalah : ” tidaklah makan diatas meja makan dan tidak pula menggunakan Sukurrajah (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Syamail, shahih Bukhari no. 5386 dalam kitab Fathul Bari 9/532).
Ibnu Hajar berkata: “Guru kami berkata dalam (Syarah at-Tirmidzi): “Sukurrajah (piring kecil) itu tidak digunakan karena mereka (Rasulullah dan para shahabat) tidak pernah menggunakannya, sebab kebiasaan mereka makan bersama-sama (dengan Shahfa-pent) atau karena makan dengan menggunakan sukurrajah itu menjadikan mereka tidak merasa kenyang. (al-Fath 9/532).
3. MENGAMBIL SUAPAN YANG JATUH.
Nabi berkata: “Apabila salah seorang dari kamu makan, kemudian suapannya jatuh dari tangannya, hendaklah ia membersihkan apa yang kotor darinya lalu memakannya, dan janganlah ia membiarkannya untuk (dimakan) setan. (Silsilah hadits-hadits Shahih) no. 1404).
Hadits ini mengajarkan kepada kita agar tidak menyia-nyiakan makanan yakni dengan tidak membiarkan makanan yang jatuh untuk dimakan setan.
4. MENJILATI MAKANAN DAN SUPRAH.
“Dan janganlah ia mengusap tangannya dengan mindil/serbet hendaklah ia menjilati tangannya, karena seseorang itu tidak mengetahui pada makanannya yang mana yang mengandung berkah untuknya, sesungguhnya setan itu selalu mengintai untuk merampas harta manusia dari segala penjuru hingga di tempat makannya. Dan janganlah ia mengangkat shohfahnya hingga menjilatinya dengan tangan, karena sesungguhnya pada akhir makanan itu mengandung berkah. (Silsilah hadits-hadits shahih no. 1404).
Berkata Imam Nawawi, tentang makna kaliamat “Pada makanannya yang mana yang diberkahi.” Ia berkata: Sesungguhnya makanan yang dihidangkan untuk manusia itu mengandung berkah, sedang dia tidak mengetahui apakah berkah itu pada makanan yang ia makan atau pada sisa makanan yang melekat di tangannya atau pada sisa makanan di dalam shahfah atau pada suapan yang jatuh. Untuk itu hendaklah ini menjaga semua itu agar selalu mendapatkan berkah. (Fathul Bari 9/578).
5. MENGUSAP TANGAN DENGAN SERBET
Nabi bersabda “Janganlah mengusap tangannya dengan mindil hingga menjilati tangannya..”
Hadits ini mengisyaratkan kepada kita agar setiap selesai menjilati tangan agar mengusapnya dengan serbet, bukan dengan selainnya seperti dengan handuk atau tisue (kertas tipis). Ibnu Hajar berkata: “Hadits diatas berisi larangan bagi orang yang mempunyai serbet tapi tidak mengusap tangan dengannya dan juga berisi larangan terhadap orang yang menggunakan selainnya. (Fathul Bari 9/557).
6. BERKUMUR-KUMUR SETELAH MAKAN
“Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah menceritakan kepada kami: “Aku telah mendengar Yahya bin Said dari Busyair bin Yasar dari Suwaid bin Nu’man berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah ke Khaibar. Tatkala kami sampai di Shahba, Nabi mengundang makan, dan tidak dihidangkan makanan kecuali gandum, maka kami makan (bersama). Kemudian beliau berdiri untuk menjalankan shalat, maka beliau berkumur-kumur, dan kamipun berkumur-kumur. (HR. Bukhari no. 5445 dalam al-Fath 9/576).
KETERANGAN :
Qash’ah adalah piring besar untuk makan sepuluh orang sedangkan Shahfah adalah piring besar untuk makan lima orang (Syama’il Muhammadiyah, bab. Cara makan Nabi saw). Adapun Sukurrajah adalah piring kecil yang biasa dipakai untuk memberi makan anak kecil. (Fathul Bari 9/532).
Mindil (serbet) adalah kain yang dipakai untuk mengusap tangan selesai makan dan bukan kain yang dipakai untuk mengusap badan selesai mandi. (Fathul Bari 5/577).
Riset Sains: Menjawab Tuduhan tentang QS.An-Nahl 68-69 tidak sesuai Sains
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
(Q.S. An-Nahl : 68-69)
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan…”
Lebah makan buah? Bukankah yang dimakan oleh lebah itu sari bunga, bukan buah? Yang bener yang mana neh, Alqur’an atau guru Biologi?
“Pertanyaan” ini sering diajukan oleh non-muslim, bukan pertanyaan ingin tahu sebenarnya, sebuah keheranan dari seorang non-muslim dalam membaca ayat tersebut… Yang kemudian dikemukakan dengan maksud untuk memojokkan Al-Qur`an. Rasa heran yang sama bisa saja menghinggapi siapa saja, bahkan juga seorang Muslim. Karena ketidak fahaman terhadap bahasa Al-Qur`an, tidak mustahil kemudian memicu sebuah anggapan bahwa Al-Qur`an aneh, bahasanya rancu, dan lain sebagainya
Keheranan tersebut tidak akan muncul seandainya dia memahami Bahasa Arab dan sastranya, yang mana dengannya Al-Qur`an diturunkan. Bahkan akan berganti dengan kekaguman akan keindahan susunan bahasanya.
Jika dibahas dari segi sastra Arab (Ilmu Balaghah), lafaz ayat tersebut termasuk Mujaz Mursal. Majaz Mursal adalah sebuah perkataan yang dipergunakan bukan pada maknanya yang sesungguhnya, karena adanya ‘alaqah (hubungan) antara kata yang dilafazkan tersebut dengan makna yang dikehendaki, yang mana ‘alaqahnya tersebut bukan (perumpamaan), serta adanya musyabbahahqarinah (indikasi) yang menghalangi kata tersebut difahami secara maknanya yang asli.
Qarinah (indikasi, yang menghalangi makna kata tersebut difahami secara hakiki) ada dua macam: lafziyyah (secara lafaz) dan haliyah (hal yang dapat difahami dari konteks kalimat). Dalam lafaz ayat tersebut, qarinahnya adalah lafziyyah, yaitu lafaz “dari tiap-tiap (macam) buah-buahan”. Suatu hal yang mustahil lebah makan buah. Semua akal sehat menyatakan demikian.
Mustahil lebah makan buah. Lebah tidak makan buah, tapi yang dimakan oleh lebah adalah saripati bunga sebelum menjadi buah. Selain memakan saripati bunga, lebah juga membantu penyerbukan pada bunga tersebut sehingga bisa menghasilkan buah. Disebabkan karena proses tersebut, maka terjadilah pembuahan. Berbagai macam buah-buahan disebabkan oleh karena terjadinya proses tersebut, maka ‘alaqah dalam lafaz ayat ini adalah sababiyah (hubungan sebab-akibat).
Dari sini dapat difahmai, makna lafaz ayat tersebut: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) saripati bunga. Dengan begitu terjadilah penyerbukkan dan membuahkankan aneka macam buah-buahan (yang bisa dimanfaatkan oleh manusia)…”.
Diantara ayat lain yang diungkapkan dalam bentuk yang demikian adalah Q.S. Al-Mu’min (40) ayat 13:
“Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. dan Tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).”
Lalu kenapa diungkapkan dengan uslub (susunan bahasa) yang demikian? Dari sisi balaghah al-kalam (keindahan susunan kalimat):
Jika kita perhatikan, pengungkapan kalimat dengan Majaz biasanya menyebabkan pengungkapan kata menjadi lebih I’jaz (kalimatnya ringkas namun maknanya dalam dan panjang bila diuraikan).
Manifestasi balaghah lain yang terdapat dalam penggunaan majaz ini adalah kelihaian dalam memilih ‘alaqah antara makna hakiki dan makna majazi, sehingga majaz dapat memberikan gambaran makna yang dimaksud dengan gambaran yang sebaik-baiknya.
Apabila dicermati lebih jauh, bentuk Majaz selalu bombastis, indah dan mendatangkan pengaruh dalam jiwa serta menarik jiwa untuk menghayati dan akal untuk memikirkan.
Secara makna, kita bisa mengambil ibrah dari lafaz ayat yang ringkas tersebut:
Menerangkan salah satu proses penyerbukan tanaman, yaitu melalui bantuan hewan penghisap saripati bunga, yang diantaranya adalah lebah (dalam ayat lain di Q.S.15:22 diterangkan juga dengan bantuan angin), dan semua itu adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan.
Ayat tersebut menerangkan tentang nikmat Allah yang diberikan kepada manusia melalui lebah. Yang nampak secara lahiriyah (dan diwujudkan dengan ungkapan yang dzahir) adalah nikmat berupa madu yang berfungsi untuk keperluan konsumtif dan obat. Namun ada nikmat lain melalui lebah yang tidak kalah pentingnya namun kadang dilupakan orang karena tersembunyinya/ tidak nampak, yaitu membantu proses penyerbukkan bunga hingga menjadi buah yang bisa dinikmati oleh manusia.
Menerangkan hukum sebab-akibat, yaitu penyerbukkan terjadi disebabkan oleh lebah. Namun jangan kemudian menyembah dan menuhankan hukum sebab-akibat serta melupakan bahwa Allah-lah pencipta dan yang menetapkan hukum tersebut. Lebah tetap berada dibawah perintah dan kendali Allah, maka janganlah sombong dan kufur terhadap nikmat Allah. Tidak sedikit kaum materialis yang terjebak pada menuhankan hukum sebab akibat ini.
Ungkapan seperti itu mungkin juga ada dalam bahasa lain, walau mungkin tidak diakui sebagai sebuah keindahan bahasa, bahkan mungkin akan dianggap sebagai sebuah kesalahan tata bahasa. Umpamanya ungkapan “jasa guru sangat besar dalam mendidik para sarjana”. Maksudnya tentu bukan para sarjana yang dididik, namun mendidik murid-murid mulai TK hingga perguruan tinggi, sehingga akhirnya melahirkan para sarjana.
Ungkapan kalimat seperti diungkapkan dalam ayat tersebut adalah hal yang biasa dalam ungkapan Bahasa Arab, bahkan terdapat keindahan dalam pengungkapan kalimat seperti itu dalam dzauq (cita rasa) Bahasa Arab. Dan Al-Qur`an diturunkan dalam Bahasa Arab, maka cita rasa bahasanya hanya dapat dipahami dan dihayati bila memahami Bahasa Arab.
Dua ayat yang mulia (QS.An-Nahl:68-69) ini menjelaskan kepada kita penjelasan yang detail dan ilmiah yang diungkap oleh ilmu pengetahuan modern tentang cara hidup jenis serangga ini yang aturan yang sangat unik, yang kita hanya sanggup berkata:“Mahasuci Allah Sebaik-baik Pencipta.” Dan berikut ini beberapa sisi dari ungkapan Al-Qur’an yang indah yang sejalan dan memiliki kesesuaian secara sempurna dengan apa yang dibuktikan oleh sains modern berdasarkan observasi yang cermat dan alat-alat teknik modern.
Kata lebah dalam ayat yang mulia di atas menunjukkan kata feminine (betina) yaitu dari firman-Nya:(اتَّخِذِي، كُلِي، فَاسْلُكِي، بُطُونِهَا) ( buatlah (sarang-sarang), makanlah, tempuhlah (jalan Tuhanmu), perut mereka), padahal dalam bahasa Arab dia adalah maskulin (jantan), yang mana kita mengatakan هذا النحل/ini lebah, bukan هذه النحل sama persis dengan kata النمل/semut, dan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
” يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ”
”Hai semut-semut (jantan), masuklah ke dalam sarang-sarang kalian.” (QS. An-Naml: 18)
Maka kata an-Naml (semut) dalam ayat di atas datang dengan lafazh maskulin (menunjukkan jantan), tidak dengan lafazh feminin sebagaimana dalam kasus lebah. Akan tetapi firman Allah menggunakan bahasa Arab yang jelas (benar), maka bagaimana hal seperti ini bisa benar??!!
Wahyu Ilahi ini ditujukkan kepada sekelompok lebah yang ada di dalam sarang lebah, tugas mereka adalah mendeteksi dan mencari segala sesuatu yang dibutuhkan oleh sarang lebah. Kelompok ini disebut kelompok lebah betina (reagent), dan mereka adalah lebah-lebah betina bukan jantan, bahkan semua pekerjaan di dalam dan di luar sarang lebah hanya dilakukan betina bukan jantan. Peran lebah jantan hanya sebatas untuk mengawini lebah ratu. Dan bahkan terkadang sarang lebah mengeluarkan lebah-lebah jantan keluar sarang setelah sayap mereka dirobek untuk memastikan tidak kembalinya mereka ke sarang. Hal itu terjadi dalam kondisi krisis pangan, dalam rangka untuk menjaga keberlangsungan sarang. Oleh sebab itu lafazh-lafzah lebah dalam ayat ini menggunakan lafazh feminin (betina) cocok/sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh ilmu pengetahuan (sains) modern, bertentangan dengan apa yang biasa digunakan oleh bangsa Arab. Sehingga dengan demikian kita mengetahui bahwa Firman Allah berlaku/cocok untuk semua tempat dan waktu.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68)
”Di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.” (QS. An-Nahl: 68)
Huruf jar (preposisi) “من”/dari lebih baik dan lebih akurat maknanya dibandingkan dengan huruf jar (preposisi) “في”/di untuk mengungkapkan makna bagian, cara dan tempat. Maka lebah-lebah tersebut memanfaatkan sebagian tempat di sekeliling sarang sebagai benteng untuk melindunginya dari kerasnya lingkungan yang mengelilinginya, dan di atasnyalah lebah-lebah itu membangun sarangnya. Lafazh “من”/dari gunung memberikan faedah bahwa tempat tinggal mereka adalah pegunungan dan tempat tinggal mereka ini berasal dari tanah pegunungan. Dan ini adalah apa yang dilakukan oleh lebah sebenarnya, akam tetapi preposisi “في”/di hanya memberikan faedah tempat saja (bahwa tempat tinggal mereka adalah pegunungan).
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
”Dan dari tempat-tempat yang dibuat/dibangun oleh manusia.”
Maknanya mencakup batang-batang pohon yang di lubangi, dan lubang-lubang dari lumpur yang telah dikenal pada saat turunnya al-Quran waktu kita sekarang ini. Dan itu adalah satu-satunya tempat yang dibuat oleh manusia untuk lebah pada zaman tersebut. Dan ditambah pula dengan sarang-sarang dari kayu dengan bentuk-bentuk yang berbeda yang di dalamnya ada sekat-sekat baru dikenal manusia baru-baru ini, setelah ditemukan oleh manusia bahwa lebah-lebah itu membutuhkan celah yang ideal untuk mereka lewati di antara sel-sel madu.
Kata “yang dibuat/dibangun oleh manusia” meliputi semua jenis sarang, baik modern dan klasik. Dan seandainya al-Qur’an bukan dari sisi Allah tentu akan datang dengan lafazh yang berbeda dengan lafazh ini, misalnya, “dari tempat-tempat (lumpur) yang dibentuk oleh manusia “ seperti yang dikenal pada saat turunnya ayat ini berupa silinder tanah liat.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
”Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan.” (QS. An-Nahl: 69)
Huruf jar (preposisi) “ثم”/kemudian, menunjukkan makna urutan, dan jeda dalam rangkaian peristiwa yang dialami oleh lebah, sebagaimana yang ditelah dijelaskan, yaitu membangun rumah dan memakan buah-buahan. Dan ini benar-benar cocok sekali dengan kenyataan yang ada.
Maka setelah sekelompok lebah benar-benar mapan di tempat tinggalnya yang baru, mereka akan tinggal beberapa waktu di tempat tersebut, kadang lama dan kadang sebentar, mereka tidak langsung melakukan aktivitas mereka seperti biasa sampai mereka yakin keamanan/keselamatan tempat tinggal mereka. Kemudian barulah mereka memulai kehidupan normal mereka yaitu mengumpulkan nektar dan pembuatan madu.
Kata ” كُلِي”/makanlah kelihatannya aneh, karena yang terlintas dalam benak pikiran kita ketika menyebutkan lebah adalah madu, dan madu itu diminum, dan ia dibuat oleh lebah dari sari bunga yang ia berbentuk cairan??!!
Akan tetapi maknanya tidaklah demikian, tetapi maknanya adalah sebagaimana yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern, bahwa lebah makan dan minum (memiliki bagian-bagian mulut pemakan dan pengisap). Dan ia memakan serbuk sari (sumber protein untuk lebah) yang dikumpulkan dari bunga, dan ia meminum nektar (sumber karbohidrat). Oleh karena itu kata ” كُلِي”/makanlah digandengkan dengan kata buah-buahan dan buah berasal dari serbuk sari buah yang dimakan oleh lebah !!!!!!
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
” Dari tiap-tiap (macam) buah-buahan.” (QS. An-Nahl: 69)
Menunjukkan keumuman segala macam buah-buahan, tanpa terkecuali. Tidak ada satupun buah melainkan ia memiliki serbuk sari dan tidak ada satupun serbuk sari melainkan pasti lebah akan memakannya. Seandainya al-Qur’an bukan dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala tentu ayatnya akan mengatakan, misalnya ”buah-buahan yang manis” atau bahkan tidak disebutkan kata buah-buahan sama sekali, karena hal itu baru diungkap oleh setelah ditemukannya mikroskop dan alat-alat penelitian lainnya.
Akan tetapi Dialah Sang Pencipta, Dia yang berfirman di dalam al-Qur’an ini. Dan datang lafazh “مِنْ كُلِّ”/dari tiap-tiap untuk menunjukkan sebagian, yaitu sebagian dari satu pohon, maksudnya lebah tidaklah memakan satu pohon keseluruhan, akan tetapi ia memakan sebagian dari pohon, dan di sisi lain ia memakan seluruh jenis/macam pohon, bukan pohon-pohon yang berbuah manis saja.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا
”Maka tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” (QS. An-Nahl: 69)
Huruf Fa’ menunjukkan tertib (urutan) dan kesegeraan (tidak ada jeda antara dua perbuatan), karena lebah pada waktu-waktu ini (setelah memakan sari bunga dari buah-buahan), ia tidak terlambat untuk pulang ke sarangnya, akan tetapi mereka bersegera pulang. Dan mereka bersegera melakukan akifitasnya untuk mengisi sarangnya dengan apa yang ia kumpulkan, supaya mereka bisa kembali lagi untuk mengumpulkan sari bunga lalu kemudian diisikan kembali ke sarangnya, dan hal itu berlangsung terus sampai habs waktu siang hari.
”Maka tempuhlah jalan” kalimat ini menunjukkan bahwa lebah memiliki rute/jalur yang telah ditentukan, seperti rute khusus untuk pesawat terbang, dan ini adalah sesuatu yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan modern, bahwa lebah terkadang terbang dengan jarak yang jauh dari sarangnya, dan terkadamh sampai sejauh tiga kilometer. Dan supaya mereka tidak tersesat untuk pulang mereka menjadikan matahari sebagai tanda di udara untuk menentukan arah, di samping mareka menggunakan aroma-aroma bunga untuk membantu mereka untuk mengidentifikasi tren serta beberapa jenis aroma yang dikeluarkan oleh tanaman bunga (sebagai tanda di bumi). Dan dengan demikian maka lebah memiliki cara dan jalan tersendiri, antara sarang dan lokasi aktifitasnya (tempat mencari sari bunga), maka mereka tidak akan pernah salah untuk menempuh tujuannya.
Kemudian mereka mempersalahkan kalimat ini:
“Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia”
Pertanyaan
1. Apa benar madu berasal dari perut lebah??
Jawaban:
Sering terjadi kesalahpahaman di masyarakat seolah madu adalah kotoran lebah karena berasal dari perut lebah. Madu bukanlah kotoran lebah meskipun dalam prosesnya melalui perut lebah. Madu ditempatkan di tempat khusus dalam perut lebah yang disebut perut madu (honey stomach, honey sac atau crop) yang terpisah dari perut besar lebah (large intestine atau stomach). Honey sac yang berada di perut lebah sebenarnya lebih merupakan tempat penyimpanan khusus untuk madu selama perjalanan lebah pekerja dari tempat pengambilan nectar sampai ke sarangnya. Di dalam perut madu tersebutlah proses penguraian gula komplek (disakarida) diubah menjadi gula sederhana atau monosakarida. Selanjutnya nectar mengalami proses fisika dan kimia sekaligus selama perjalanannya di perut lebah dan dilanjutkan di sarang lebah. Jadi tidak ada yg salah dengan pernyataan madu berasal dari perut lebah.
2. Apa benar Madu bisa menyembuhkan semua penyakit? Kok bertentangan dengan kenyataan ya, tidak semua penyakit bisa disembuhkan dengan madu
Jawaban:
Ayat diatas tidak mengatakan:” fiiha asy-syifaa linnaas” (dengan bentuk ma’rifat dengan kata syifaa), karena jika demikian maka maknanya madu itu mengobati segala penyakit manusia. namun tidak demikian, yang dikatakan adalah:”fiiha syifaa’un linnaas”, dengan bentuk nakirah, yang artinya bahwa madu itu memiliki faktor yang dapat menyembuhkan penyakit manusia, bukan semua penyakit.
Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa didalam unsur madu terdapat obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Pembahasannya tentu akan melebar jika seluruh penyakit yang dapat diobati dengan madu disebutkan semuanya. Berikut saya paparkan sebagian khasiat madu sebagai obat:
Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran, madu adalah “obat bagi manusia”.
Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Konferensi tersebut membahas pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Seorang dokter Rumania mengatakan bahwa ia mengujikan madu untuk pengobatan pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh total. Para dokter Polandia juga menyatakan dalam konferensi tersebut bahwa resin lebah dapat membantu penyembuhan banyak penyakit seperti wasir, masalah kulit, penyakit ginekologis, dan berbagai penyakit lainnya.
Contoh manfaat madu dalam dunia medis meliputi: menguatkan otot jantung, sehingga digunakan juga pada kasus nyeri dada akibat serangan jantung (angina pectoris) dan setelah operasi jantung; menangkal reaksi garam makanan, sehingga digunakan pada kasus tekanan darah tinggi; untuk masalah THT dan pernafasan, madu dapat meredakan hidung tersumbat, nyeri tenggorok termasuk tonsilitis, batuk, menghilangkan dahak; untuk pencernaan, madu digunakan dalam mengatasi gangguan pencernaan akibat kurangnya enzim pencernaan, madu juga dapat menyembuhkan luka (tukak) lambung dan usus 12 jari, menguatkan hati, menghancurkan batu empedu, terutama jika ditambah royal jelly dan bee pollen; madu juga baik untuk pasien neurosis seperti depresi ditandai berkurangnya tremor (buyuten) dan jantung berdebar, pasien psikotik seperti schizofrenia, kecanduan alkohol dan morfin, insomnia; memelihara kesehatan saluran kemih, mulut dan kulit, dan masih banyak lagi.
Sindrom dalam TCM yang bisa ditangani:
Madu mempunyai rasa yang manis dan sifatnya hangat. Dari rasa dan sifat inilah madu akan memperbaiki pencernaan. Karena organ limpa/pencernaan membutuhkan rasa manis dan menyukai yang hangat. Sindrom dalam TCM ( Saya sampaikan yang umum saja ) yang bisa ditangani dengan madu adalah
Sindrom Dingin
Sindrom ini bersifat Yin, disebabkan oleh serangan faktor patogen dingin atau kelemahan Yang organ tubuh akibat penyekit kronis. Manifestasi klinis yang muncul adalah takut dingin, suka hangat, nafsu makan berkurang, tidak haus, wajah pucat, ekstremitas dingin, urine banyak dan jernih, feses lembek, diare, dahak encer, lidah pucat dengan lapisan putih serta nadi lamban dan tegang.
Sindrom Kelemahan Qi
Sindrom ini ditandai oleh kelemahan Qi organ tubuh, pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronis yang melemahkan organ tubuh atau usia lanjut. Manifestasi klinis yang muncul tergantung pada organ yang tersangkut. Beberapa diantaranya kelelahan, badan lemas, batuk, sesak napas, pusing, berkeringat spontan, daya pertahanan lemah, nafsu makan berkurang, diare, urine berlebihan, lidah pucat dengan lapisan putih, dan nadi lemah.
Sindrom kelemahan Yang
Sindrom ini bersifat dingin-lembab, pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronis yang telah melemahkan Yang organ tubuh. Yang bersifat panas dan kering. Yang yang lemah tidak sanggup mengendalikan Yin yang bersifat dingin dan lembab. Manifestasi klinis tergantung dari organ yang terserang. Beberapa diantaranya yaitu wajah pucat, bibir dan lidah pucat, tidak haus, keringat dingin muncul secara spontan, pusing, nafsu makan berkurang, lesu, lemah, badan dingin, takut dingin, urine jernih, feses lembek, impotensi, menstruasi tidak teratur, edema, lidah pucat dengan lapisan putih, nadi lemah.
Sindrom Kekurangan Darah
Sindrom ini ditandai oleh kekurangan darah, pada umumnya disebabkan oleh penyakit kronis, kelemahan Qi-limpa dan perdarahan.
Manifestasi klinis tergantung dari organ yang tersangkut. Beberapa yang sering madalah muka pucat ( tidak cemerlang ), pusing, pening,palpitasi, insomnia, badan lemas, kelelahan, menstruasi lemah, lidah pucat dengan lapisan putih, dan nadi lemah.
Sejak jutaan tahun yang lalu lebah telah menghasilkan madu. Satu-satunya alasan mengapa binatang yang melakukan segala perhitungan secara terinci ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia dapat memperoleh manfaat dari madu yang mengandung “obat bagi manusia” tersebut. Allah menyatakan tugas lebah ini dalam Al-Qur’an, “kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An Nahl: 69)
Jelaslah bahwa madu, yang diproduksi jauh melebihi jumlah kebutuhan lebah (sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan), dibuat untuk kepentingan manusia. Dan telah jelas pula bahwa lebah tidak dapat melakukan tugas-tugas yang sedemikian sulit “dengan sendirinya”. Dan semoga kita dapat berguru pada lebah.
Ingat pula bahwa Rasulullah telah bersabda, “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, yakni minum madu, sayatan alat bekam, dan kay dengan api. Sesungguhnya aku melarang umatku dari kay.” (Shohihul Bukhori, Ath-Thibb, Juz I)
Subhanallah, tanpa bukti inipun kami percaya kepada firmanMu ya Allah; kami percaya kepada sabda rasul-Mu….bukti ilmiah ini hanya sebagai tambahan ilmu bagi kami…dan hujjah untuk menjelaskan kepada orang yang belum yakin akan kebenaran firmanMu.
Dan telah terbukti madu itu dapat memperkuat sistem imun pada manusia. Dan sistem imun itu dapat membuat manusia tidak rentan terhadap penyakit, atau jika seseorang sudah terserang penyakit maka sistem imun itu akan menjadi penangkal yang tangguh untuk menyembuhkannya. Jadi sama sekali tidak ada yang salah dengan kalimat : “di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia”
Sementara itu, sepertinya mereka itu tidak berkaca pada Kitab Suci mereka, yang mana terdapat ucapan yang lebih aneh lagi, yang mengatakan:
Markus 16: 16-18
(16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.
(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,
(18) mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Apakah ada yang dapat membuktikan hal tersebut? Apa benar hanya cukup dengan percaya pada Yesus maka orang tidak akan mati walaupun digigit ular atau minum racun. Faktanya para Pendeta bahkan Paus sendiri tidak akan berani membuktikan iman dengan memegang ular dan meminum racun. Begitu juga dengan meletakkan tangan diatas orang sakit lalu penyakitnya akan sembuh? Apabila benar seperti itu, maka manusia tentunya tidak butuh lagi obat-obatan ataupun operasi.
Tidak mengherankan bila orang-orang non Islam tersebut terheran-heran dengan susunan bahasa Al-Qur`an, karena mereka memang tidak memahami Bahasa Arab. Terlebih lagi, Kitab Suci mereka sudah kehilangan keistimewaan ini (tertulis dalam bahasa asli, sehingga jika ada salah penafsiran makna maka dapat diselidiki lagi berdasarkan kaidah bahasa aslinya). Ketika mereka ditanya “Bagaimana metode memahami Kitab Suci anda?”, mereka akan bingung dan keluarlah jurus andalan “dengan bimbingan Roh Kudus”.
Ini hanyalah sedikit dari sekian banyak keindahan bahasa Al-Qur`an. Sebuah bukti kemu’jizatan Al-Qur`an yang abadi. Tidak jarang orang-orang kafir yang berupaya menghujat Al-Qur`an justru bertekuk lutut karenanya, diantaranya adalah Dr. Ibrahim Khalil Ahmad, seorang mantan tokoh Kristen di Mesir.
Semoga kita bisa lebih menghayati dan mengamalkan Al-Qur`an…
Wallahu’alam bishshowab….
oleh: muslim
Riset : LAGU TERTUA DIDUNIA ADALAH : NASYID : TALA' AL BADRU 'ALAYNA
(dalam bahasa melayu malaysia)
Tala‘ al-Badru ‘Alaynā (bahasa Arab: طلع البدر علينا) ialah judul sebuah lagu tradisional Islam (nasyid) yang kaum Ansar nyanyikan kepada Nabi Muhammad dengan ketibaannya di Yathrib selepas menamatkan Hijrah[1][2] dalam 622 M.[3] Lagu ini kini berusia lebih 1,400 tahun, dan salah satu lagu yang tertua dalam kebudaya
an Islam.
[4]
طلع البدر علينا
Tala‘a al-badru ‘alaynā
Wahai bulan purnama yang terbit ke atas kita
من ثنيات الوداع
Min thanīyāti al-wadā‘
Dari lembah al-Wadā‘.
وجب الشكر علينا
Wajab al-shukru ‘alaynā
Dan wajiblah kita mengucapkan kesyukuran
ما دعى لله داع
Mā da‘ā lillāhi dā‘
Di mana seruan adalah kepada Allah.
أيها المبعوث فينا
Ayyuha al-mab‘ūthu fīnā
Wahai anda yang dibesarkan di kalangan kami
جئت بالأمر المطاع
Ji’ta bil-amri al-mutā‘>
Datang dengan seruan untuk dipatuhi
جئت شرفت المدينة
Ji’ta sharaft al-madīnah
Anda telah membawa pada bandar ini kemuliaan
مرحبا يا خير داع
Marḥaban yā khayra dā‘
Selamat datang penyeru terbaik ke jalan Allah
Artis dan kumpulan menyanyikan Tala‘ al-Badru ‘Alaynā
Yusuf Islam - merakamkan dua versi lagu ini, satu dalam tahun 1995 untuk album The Life of the Last Prophet, dan satu lagi dalam tahun 2008.[5]
Labayk
Mesut Kurtis
Qari Waheed Zafar
Faeeza Malinga
Junaid Jamshed - merakam suatu versi yang memasuki beberapa ayat dalam bahasa Urdu untuk album 2007 Badr-ud-Duja.[6]
Native Deen
Sheikh Mishary Rashid Al-Afasy
Olivia Newton-John - menggunakan lagu sebagai musical interlude untuk album 2006 Grace and Gratitude[7][8], mempersembahkan hanya ayat pertama. Interlude juga bermuncul dalam Grace and Gratitude Renewed (suatu keluaran khas AS)
Persembahan lain
Little Mosque on the Prairie -sitkom Kanada - Lagu ini dimainkan semasa penghargaan penutup.
Mohammad, Messenger of God (The Message) - Filem - Persembahan dalam filem tersebut melakonkan semula kejadia sebenar di mana lagu ini mula-mula dinyanyikan.
Muhammad: The Last Prophet - Filem Animasi - Persembahan dalam filem tersebut melakonkan semula kejadia sebenar di mana lagu ini mula-mula dinyanyikan.
Rujukan
↑ http://mysticsaint.blogspot.com/2008/03/blessed-month-of-prophets-birthday-rabi.html
↑ http://www.webcitation.org/query?url=http%3A%2F%2Flifeandtimesblog.wordpress.com%2F2008%2F10%2F30%2Ftalaal-badru-alayna%2F&date=2009-08-20
↑ http://www.islamicity.com/mosque/ihame/Sec2.htm
↑ http://arabicnasheedlyrics.blogspot.com/2009/03/osama-al-safi-talaa-al-badru-alayna.html
↑ http://www.yusufislam.com/songs-a-z/44f50b079d9a128118f4d446b6f19bb1/
↑ http://junaid-jamshed-naats.blogspot.com/2009/07/badru-ud-duja-by-junaid-jamshed.html
↑ "Olivia Newton-John's official website/Discography".
↑ http://www.olivia-newtonjohn.com/music/lyrics/grace-and-gratitude/
08 September, 2012
Riset Al Quran & Sains: MANFAAT MEMAAFKAN BAGI KESEHATAN
“Forgiveness research” atau penelitian tentang perilaku memaafkan termasuk bidang yang kini banyak diteliti ilmuwan di sejumlah bidang keilmuan seperti kedokteran, psikologi dan kesehatan. Hal ini karena sikap memaafkan ternyata memiliki pengaruh terhadap kesehatan jiwa raga, maupun hubungan antar-manusia.
Jurnal ilmiah EXPLORE (The Journal of Science and Healing), edisi Januari/Februari 2008, Vol. 4, No. 1 menurunkan rangkuman berjudul “New Forgiveness Research Looks at its Effect on Others” (Penelitian Baru tentang Memaafkan Mengkaji Dampaknya pada Orang Lain).
Dipaparkan pula bahwa berlimpah bukti telah menunjukkan perilaku memaafkan mendatangkan manfaat kesehatan bagi orang yang memaafkan. Lebih jauh dari itu, penelitian terbaru mengisyaratkan pula bahwa pengaruh memaafkan ternyata juga berimbas baik pada kehidupan orang yang dimaafkan.
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keeping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Worthington Jr, pakar psikologi di Virginia Commonwealth University, AS, dkk merangkum kaitan antara memaafkan dan kesehatan. Dalam karya ilmiahnya, “Forgiveness in Health Research and Medical Practice” (Memaafkan dalam Penelitian Kesehatan dan Praktek Kedokteran), di jurnal Explore, Mei 2005, Vol.1, No. 3, Worthington dkk memaparkan dampak sikap memaafkan terhadap kesehatan jiwa raga, dan penggunaan “obat memaafkan” dalam penanganan pasien.
Memaafkan dan Kesehatan
Penelitian menggunakan teknologi canggih pencitraan otak seperti tomografi emisi positron dan pencitraan resonansi magnetik fungsional berhasil mengungkap perbedaan pola gambar otak orang yang memaafkan dan yang tidak memaafkan.
Orang yang tidak memaafkan terkait erat dengan sikap marah, yang berdampak pada penurunan fungsi kekebalan tubuh. Mereka yang tidak memaafkan memiliki aktifitas otak yang sama dengan otak orang yang sedang stres, marah, dan melakukan penyerangan (agresif).
Demikian pula, ada ketidaksamaan aktifitas hormon dan keadaan darah si pemaaf dibandingkan dengan si pendendam atau si pemarah. Pola hormon dan komposisi zat kimia dalam darah orang yang tidak memaafkan bersesuaian dengan pola hormon emosi negatif yang terkait dengan keadaan stres. Sikap tidak memaafkan cenderung mengarah pada tingkat kekentalan darah yang lebih tinggi. Keadaan hormon dan darah sebagaimana dipicu sikap tidak memaafkan ini berdampak buruk pada kesehatan.
Raut wajah, daya hantar kulit, dan detak jantung termasuk yang juga diteliti ilmuwan dalam kaitannya dengan sikap memaafkan. Sikap tidak memaafkan memiliki tingkat penegangan otot alis mata lebih tinggi, daya hantar kulit lebih tinggi dan tekanan darah lebih tinggi. Sebaliknya, sikap memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Kesimpulannya, sikap tidak mau memaafkan yang sangat parah dapat berdampak buruk pada kesehatan dengan membiarkan keberadaan stres dalam diri orang tersebut. Hal ini akan memperhebat reaksi jantung dan pembuluh darah di saat sang penderita mengingat peristiwa buruk yang dialaminya. Sebaliknya, sikap memaafkan berperan sebagai penyangga yang dapat menekan reaksi jantung dan pembuluh darah sekaligus memicu pemunculan tanggapan emosi positif yang menggantikan emosi negatif.
Kesehatan Jiwa
Selain kesehatan raga, orang yang memaafkan pihak yang mendzaliminya mengalami penurunan dalam hal mengingat-ingat peristiwa pahit tersebut. Dalam diri orang pemaaf, terjadi pula penurunan emosi kekesalan, rasa getir, benci, permusuhan, perasaan khawatir, marah dan depresi (murung).
Di samping itu, kajian ilmiah membuktikan bahwa memaafkan terkait erat dengan kemampuan orang dalam mengendalikan dirinya. Hilangnya pengendalian diri mengalami penurunan ketika orang memaafkan dan hal ini menghentikan dorongan untuk membalas dendam.
Kedzaliman
Harry M. Wallace dkk dari Department of Psychology, Trinity University, One Trinity place, San Antonio, AS menulis di Journal of Experimental Social Psychology, Vol 44, No. 2, March 2008, hal 453-460 dengan judul “Interpersonal consequences of forgiveness: Does forgiveness deter or encourage repeat offenses?” (Dampak Memaafkan terhadap Hubungan Antar-manusia: Apakah Memaafkan Mencegah atau Mendorong Kedzaliman yang Terulang?). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa menyatakan pemberian maaf biasanya menjadikan orang yang mendzalimi si pemaaf tersebut untuk tidak melakukan tindak kedzaliman serupa di masa mendatang.
Obat Memaafkan
Berdasarkan bukti berlimpah sikap memaafkan yang berdampak positif terhadap kesehatan jiwa raga, kini di sejumlah negara-negara maju telah dilakukan berbagai pelatihan menumbuhkan jiwa pemaaf dalam diri seseorang. Bahkan perilaku memaafkan ini mulai diujicobakan di dunia kesehatan dan kedokteran dalam penanganan pasien penderita sejumlah penyakit berbahaya.
Orang yang menderita resiko penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi berpeluang mendapatkan manfaat dari sikap memaafkan. Telah dibuktikan bahwa 10 minggu pengobatan dengan menggunakan “sikap memaafkan” mengurangi gangguan kerusakan aliran darah otot jantung yang dipicu oleh sikap marah.
Rasa sakit kronis dapat diperparah dengan sikap marah dan kesal (dendam). Penelitian terhadap orang yang menderita sakit kronis pada punggung bawah menunjukkan bahwa rasa marah, sakit hati dan sakit yang dapat dirasakan secara inderawi lebih berkurang pada mereka dengan sikap pemaaf yang lebih besar.
Kampanye Memaafkan
Gerakan memaafkan yang dipimpin oleh Everett L. Worthington Jr., profesor psikologi di Virginia Commonwealth University, AS. Prof. Worthington adalah seorang psikolog klinis yang juga menjabat Direktur Marital Assessment, Therapy and Enrichment Center (Pusat Penilaian, Pemulihan dan Pengokohan Perkawinan) di Universitas tersebut.
Situs ini menyediakan informasi seputar berlimpah hasil penelitian seputar memanfaatkan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu. Selain itu abstrak makalah konferensi ilmiah tentang memaafkan, nama para ilmuwan dan pusat-pusat penelitian ilmiah tentang memaafkan ini juga dapat dijumpai di situs ini.
Selain dampak baiknya pada kesehatan jasmani dan rohani, kaitan antara erat sikap memaafkan dengan hubungan antar-manusia, seperti hubungan suami istri, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat juga telah banyak diteliti. Sikap memaafkan berpengaruh baik pada pemulihan hubungan antar-manusia tersebut.
“Memaafkan dapat mengobati seseorang, perkawinan, keluarga, masyarakat, dan bahkan segenap bangsa. Kami mengajak Anda bergabung dengan masyarakat-memaafkan kami dan menjadi bagian dari usaha yang semakin berkembang dalam rangka menyebarluaskan anjuran memaafkan ke seluruh dunia. Kami menawarkan situs ini untuk mempelajari penelitian ilmiah tentang memaafkan, dan berbagi pengalaman Anda sendiri tentang memaafkan, atau terilhami oleh orang lain. Memaafkan adalah sebuah keputusan dan sekaligus sebuah perubahan nyata dalam pengalaman emosi. Perubahan dalam emosi itu terkait erat dengan kesehatan raga dan jiwa yang lebih baik.” Demikian papar www.forgiving.org
Hikmah Ilahiah
Nampaknya, ilmu pengetahuan modern semakin menegaskan pentingnya anjuran memaafkan sebagaimana diajarkan agama. Di dalam Al Qur’an, Hadits maupun teladan Nabi Muhammad SAW, memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang mendzalimi merupakan perintah yang sangat kuat dianjurkan. Salah satu ayat berkenaan dengan memaafkan berbunyi:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. Asy Syuuraa, 42:40).
Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al Qur’an, 7:199)
Dalam ayat lain Allah berfirman: “…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nuur, 24:22)
Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur’an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:
… dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)
Juga dinyatakan dalam Al Qur’an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, “…menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134).
09 Agustus, 2012
Riset Medis: Manfaat Salat Tarawih Bagi Kesehatan
Umat muslim melakukan salat 5 waktu dalam sehari. Namun ketika bulan Ramadhan, ada tambahan salat Tarawih yang dilakukan seusai salat Isya' di malam hari. Gerakan salat diketahui dapat meningkatkan fleksibiltas dan kebugaran otot tubuh, demikian pula dengan salat Tarawih yang durasinya relatif lebih panjang.
"Tingkat metabolisme otot meningkat ket
ika melakukan salat sehingga menyebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi otot. Kekurangan ini akan menyebabkan vasodilatasi, peningkatan kaliber pembuluh darah, sehingga memungkinkan darah mengalir dengan mudah kembali ke jantung. Peningkatan beban jantung akan memperkuat dan memperbaiki sirkulasi otot jantung," kata Dr Ibrahim B. Syed, Ph.D, profesor kedokteran klinis dari University of Louisville School of Medicine seperti dilansir Islam for Today, Senin (23/7/2012).
Menurut dr Ibrahim, glukosa darah dan plasma insulin mulai meningkat dalam waktu 1 jam atau lebih setelah berbuka puasa. Glukosa dan gula darah mencapai tingkat tinggi dalam waktu 1 atau 2 jam kemudian. Saat masuk salat tarawih, glukosa yang beredar akan dimetabolisme menjadi karbon dioksida dan air agar tetap stabil.
Tak hanya itu, doa-doa yang dilantunkan selama Tarawih membantu pengeluaran kalori ekstra dan meningkatkan fleksibilitas, koordinasi, mengurangi stres, kecemasan dan depresi.
Lebih lanjut lagi, dr Ibrahim menjelaskan berbagai manfaat salat Tarawih bagi kesehatan, yaitu:
1. Meningkatkan kebugaran fisik
Ketika melakukan sedikit upaya tambahan dalam melakukan salat Tarawih, terjadi peningkatan daya tahan, stamina, fleksibilitas dan kekuatan tubuh. Salat menghasilkan perubahan fisiologis yang sama seperti ketika jogging atau berjalan, namun tanpa efek samping.
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 17.000 orang alumni Harvard memberikan bukti kuat bahwa latihan aerobik setara dengan joging sekitar 3 mil sehari, meningkatkan kesehatan dan dapat memperpanjang usia. Pria yang mengeluarkan energi sekitar 2000 kkal setiap minggu memiliki angka kematian seperempat sampai sepertiga kali lebih rendah dibandingkan yang sedikit atau tidak berolahraga.
2. Meningkatkan daya tahan lansia
Seiring pertambahan usia, aktivitas yang dilakukan seseorang berkurang karena tulangnya menjadi makin tipis. Jika tidak dirawat, maka risiko osteoporosis sudah menanti. Gangguan ini paling banyak dialami wanita ketika memasuki menopause akibat penurunan estrogen.
Saat melakukan gerakan berulang dan teratur selama salat, maka kekuatan otot, tendon, fleksibilitas sendi dan respon kardiovaskular meningkat. Oleh karena itu salat Tarawih memungkinkan para lansia tetap siap ketika menghadapi kesulitan tak terduga yang dapat melukai tubuhnya. Tarawih akan meningkatkan daya tahan dan kepercayaan diri untuk menjadi mandiri.
3. Membantu mengontrol berat badan
Salat dapat mengontrol berat badan dan mengeluarkan kalori tanpa meningkatkan nafsu makan. Kombinasi dari pembatasan asupan makanan saat sahur dan buka puasa disertai Tarawih akan membantu mengurangi berat badan. Berat badan akan tetap terkontrol jika tidak makan terlalu banyak pada sahur dan buka puasa serta rajin melakukan Tarawih.
4. Meningkatkan suasana hati
Olahraga diketahui dapat meningkatkan suasana hati dan kualitas hidup sekaligus mengurangi kecemasan dan depresi. Peneliti dari Universitas Harvard, Dr Herbert Benson, menemukan bahwa melafalkan do'a dan ayat kitab suci ditambah aktifitas ringan akan memicu relaksasi yang dapat menurunkan tekanan darah, tingkat pernapasan dan denyut jantung.
Oleh karena itu, Tarawih membuat pikiran berada dalam keadaan rileks. Keadaan tenang pikiran ini juga mungkin dipicu pelepasan hormon encephalins dan endorfin ke dalam sirkulasi darah.
(pah/ir) Islam for Today
10 Juli, 2012
Riset: Rasulullah SAW dalam Bibel: Nubuwat yang Tergenapi oleh Muhammad SAW
Prof. Abdul Ahad Dawud telah melakukan penelitian yang mendalam tentang naskah-naskah Bibel berbahasa Arami, Ibrani, Latin, dan Yunani. Sedikit pendeta masa kini yang mampu memahami terjemahan Bibel berbahasa Latin versi The Vulgate yang resmi diakui oleh gereja Katholik, sebagaimana sedikit pula pendeta yang mampu memahami naskah asli Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani.
Pada awalnya, Prof. Abdul Ahad Dawud adalah seorang pendeta besar bernama David Benyamin Kaldani, guru besar theologi sekaligus pastor Katholik Roma. Dalam bukunya Muhammad in The Bible yang kami sarikan ini, ia menulis begitu komprehensif bagaimana kedudukan Rasulullah SAW sebagai rasul terakhir untuk seluruh umat manusia berdasarkan penelitian yang ia lakukan terhadap kitab suci Yahudi dan Nasrani.
Sang Nabi yang Dijanjikan
Setiap penelitian Bibel menghadapi kendala yang sangat pelik, bagaimana seseorang dapat mengandalkan keterangan di dalam kitab yang diakui oleh semua pihak telah tercemari oleh cerita rakyat bahkan keasliannya pun diragukan? Juga bagaimana mungkin dapat menggunakan kutipan dari Bibel dalam satu diskusi tetapi kutipan itu tidak membuka peluang bagi debat etimologis?
Contohnya, mari kita membaca kata-kata yang tertulis dalam Perjanjian Lama berkenaan dengan Musa (Ulangan 18/18) sebagai berikut: “Aku akan mengadakan seorang nabi di antara saudara-saudara mereka yang seperti engkau, dan Aku akan membuat firman-Ku di lidahnya.”
Jika nubuwat ini tidak tergenapi dengan kemunculan Muhammad SAW, sebenarnya nubuwat itu tidak pernah tergenapi sampai saat ini. Sebab Isa Al-Masih sendiri tidak pernah mengaku bahwa dirinya adalah nabi yang disebut-sebut dalam ayat tersebut. Bahkan setelah wafatnya Isa Al-Masih, kaum Hawari terus menunggu kedatangan Isa untuk kedua kalinya demi menggenapi nubuwat itu.
Akan tetapi jelas kedatangan Isa untuk kedua kalinya bukan untuk menggenapi nubuwat tersebut, seperti yang diyakini oleh gereja, Isa Al-Masih pasti akan muncul untuk menjadi hakim, dan bukan untuk menjadi penetap syari’at baru. Sebab sang nabi yang dijanjikanlah yang akan datang dengan membawa hukum dan syari’at di tangan kanannya (Ulangan 2/23).
Untuk memastikan jati diri sang nabi yang dijanjikan, kita dapat menggunakan satu nubuwat lain yang dinisbahkan kepada Musa dan membicarakan ihwal cahaya yang memancar dari Gunung Paran (Ulangan 33/2). Yang dimaksud dengan Gunung Paran adalah gunung-gunung di Makkah.
Sekarang mari kita baca kitab Ulangan 33/2 berikut ini: “Cahaya Tuhan datang dari Sinai lalu menyingsing untuk mereka dari Seir dan bersinar terang dari Gunung Paran. Dan datanglah bersamanya 10.000 orang suci dan hukum di tangan kanannya.”
Di dalam ayat ini cahaya Tuhan diserupakan dengan cahaya matahari, “Dia datang dari Sinai lalu menyingsing dari Seir.” Tetapi dia berkilauan dengan kemuliaan dari Paran, tempat 10.000 orang suci akan muncul, sambil membawa hukum (syari’at) dengan tangan kanannya.
Tidak seorang pun dari kalangan Bani Israil, termasuk Isa Al-Masih, yang memiliki hubungan dengan Paran. Siti Hajar bersama putranya Ismail-lah yang telah melakukan perjalanan dari Sinai. Keturunan merekalah yang kemudian mendiami Gunung Paran.
Ismail menikah dengan gadis Mesir (Kejadian 21/12), dan dari anak pertama pasangan itulah lahir bangsa Arab yang mendiami Gunung dan Gurun Paran. Di antara penduduk Paran itu kemudian muncul Muhammad SAW, yang pada salah satu babak dalam hidupnya akan memasuki kota Makkah bersama 10.000 orang suci (kaum beriman). Beliau datang membawa cahaya syari’at (hukum) untuk bangsanya. Jadi, secara harfiah tampak jelas bahwa nubuwat tersebut memang sudah digenapi oleh Muhammad SAW.
Sekarang mari kita lihat nubuwat yang disampaikan oleh Nabi Habakuk di dalam kitab Habakuk 3/3: “Seorang suci dari Gunung Paran. Kemuliaannya menutupi langit, sementara bumi dipenuhi oleh pujiannya.”
Di dalam ayat ini, kata pujian (hamd) memiliki makna yang sangat penting, bahwasanya kata Muhammad (yang terpuji) secara literal memiliki arti yang tepat sepadan dengan kata Al-Mahmud (yang terpuji). Dan di atas itu semua, kepada bangsa Arab yang menjadi penghuni Gunung dan Gurun Paran sebenarnya telah dijanjikan dengan turunnya wahyu yang berbunyi: “Dataran dan kota-kota akan meninggikan suaranya, sebuah kampung yang dihuni oleh Qaidar. Penduduk gunung-gunung akan menyeru dari ketinggiannya, untuk memuliakan sang tuan dan untuk memaklumi pujiannya ke pulau-pulau. Sang tuan akan keluar dengan gagah dan akan melindungi seperti seorang prajurit perang, akan berseru bergemuruh dan akan mengalahkan musuh-musuhnya.” (Yesaya 43/11-13).
Berikut ini adalah dua nubuwat yang juga sangat penting. Yang pertama tertulis di dalam Yesaya 60/6-7: “Bangkitlah karena telah datang cahayamu. Dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Inilah kegelapan sedang menutupi bumi dan bangsa-bangsa. Adapun bagimu, cahaya Tuhan terbit untuk memperlihatkan kemuliaannya padamu sehingga bangsa-bangsa akan berjalan di bawah cahayamu dan raja-raja akan berada di bawah sinarmu. Kau ditutupi oleh sekian banyak unta, unta Madyan dan ‘Ifah, yang semuanya datang dari Syiba dengan membawa emas dan dupa. Setiap domba Qaidar akan berkumpul padamu, dan domba-domba jantan Nabayut menjadi pelayanmu. Kau akan naik ke atas mezbah-Ku dan Aku akan mengagungkan bait keagungan-Ku.”
Nubuwat yang kedua termaktub di dalam Yesaya 21/13-17: “ Dalam kesukaran di tanah Arab kau menetap, wahai kafilah. Datangkanlah air untuk orang-orang yang kehausan, wahai penduduk tanah Tayma. Cukupkanlah orang yang melarikan diri dengan rotinya. Sesungguhnya mereka melarikan diri dari pedang yang terhunus, busur-busur panah yang telah direntangkan, dan dari derita perang. Demikianlah firman Tuhan. Dalam satu tahun seperti setahun bagi seorang penyewa semua kemuliaan Qaidar akan runtuh, dan busur-busur yang tersisa di tangan para pahlawan Bani Qaidar akan tanggal.”
Kita tentu dapat melihat keterkaitan menakjubkan antara kedua nubuwat ini dan nubuwat yang terdapat di dalam kitab Ulangan tentang cahaya terang yang memancar dari Gunung Paran.
Ismail telah mendiami Gunung dan Gurun Paran, kemudian lahir Qaidar darinya, yang kelak menjadi kakek moyang bangsa Arab. Telah ditakdirkan kepada keturunan Qaidar bahwa mereka akan mendapatkan wahyu dari Allah dan hendaklah mereka mempersembahkan qurban sebagai tanda penghormatan bagi Baitullah pada saat kegelapan meliputi bumi selama berabad-abad.
Telah ditakdirkan pula bahwa anak-cucu Qaidar berikut para pemanah dan pahlawan-pahlawan mereka untuk berani menghadapi pedang yang terhunus dan busur panah yang sudah direntangkan sekitar setahun setelah mereka melaksanakan hijrah. Apakah ada orang yang dapat menggali arti tentang seseorang dari Paran kalau orang tersebut bukan Muhammad SAW?
Muhammad SAW berasal dari keturunan Ismail dan Qaidar. Beliau adalah satu-satunya nabi yang harus menghadapi bangsa Arab dengan wahyu Ilahi pada saat kegelapan meliputi bumi. Kemudian dari kegelapan itu memancar cahaya Tuhan di Paran. Makkah adalah satu-satunya negeri yang menjadi tempat diagungkannya Baitullah. Di negeri itu pula qurban-qurban dipersembahkan di dekat Baitullah.
Setelah mengalami penindasan dari kaumnya, Muhammad SAW terpaksa berhijrah dari Makkah sehingga dia harus merasakan kehausan di tengah pelariannya dari pedang yang terhunus dan busur panah yang sudah direntangkan. Tepat setahun setelah melaksanakan hijrahnya itu, beliau harus menghadapi anak-cucu Qaidar yang lain dari Makkah dalam Perang Badar dan berhasil mengalahkan keturunan Qaidar yang membawa busur-busur sehingga beliau pun menerima limpahan pemuliaan dari mereka.
Jika Muhammad SAW tidak diterima sebagai nabi yang menggenapi semua nubuwat ini, berarti semua nubuwat di atas memang tidak pernah digenapi. Sebagaimana Baitullah, yang di dalamnya nama-Nya diagungkan, yang disebut-sebut dalam kitab Yesaya 60/7 sebenarnya adalah Baitullah yang ada di Makkah, bukan gereja Kristen sebagaimana yang diyakini oleh para penafsir Nasrani.
Persembahan qurban oleh Qaidar yang disebut-sebut dalam kitab Yesaya 60/7 tidak pernah dilakukan di atas altar gereja Nasrani, sebagaimana keturunan Qaidar adalah satu-satunya kelompok yang tidak pernah terpengaruh oleh ajaran-ajaran gereja Nasrani.
Demikian pula kisah tentang 10.000 orang suci yang termaktub dalam kitab Ulangan 33/2, juga memiliki maksud yang penting. Sebab peristiwa Fath Makkah menjadi satu-satunya peristiwa dalam sejarah Paran yang dapat menggenapi nubuwat dalam ayat ini. Pada peristiwa itu Muhammad SAW masuk ke kota Makkah bersama 10.000 kaum beriman yang menjadi pengikutnya. Beliau kembali ke Baitullah dan tangan kanannya menggenggam syari’at terakhir.
Sesungguhnya yang dimaksud dengan pembawa petunjuk atau ruh kebenaran yang dikabarkan oleh Isa tak lain adalah Muhammad SAW, dan sama sekali bukan Roh Kudus, seperti yang dinyatakan oleh berbagai teori theologis. Isa Al-Masih pernah berkata: “Lebih tepat bagi kalian jika aku pergi jauh. Karena kalau aku tidak pergi jauh, sang pembawa petunjuk tidak akan datang kepada kalian. Dan jika aku pergi, aku akan mendatangkannya kepada kalian.” (Yohanes 16/7).
Dari ayat itu jelas diketahui bahwa sang pembawa petunjuk akan datang setelah Isa Al-Masih, dan ia tidak mungkin telah ada bersama Isa. Jadi apakah Isa berasal dari Roh Kudus jika kedatangan Roh Kudus justru mengharuskan kepergiannya terlebih dulu?
Selain itu dari cara yang digunakan Isa untuk menyampaikan pernyataan ini jelas terlihat bahwa sebenarnya sang pembawa petunjuk adalah manusia biasa, sama sekali bukan berwujud roh. “Dan dia tidak akan berbicara berdasarkan kehendaknya, tetapi dia akan berbicara dengan apa yang didengarnya dari wahyu.” (Yohanes 16/13).
Ucapan dari Isa Al-Masih ini jelas menunjuk kepada seorang utusan Allah yang disebut oleh Isa dengan gelar roh kebenaran, dan Al-Qur’an lalu menyebut Muhammad SAW dengan gelar yang persis dengan ucapan Isa. “Padahal dia (Muhammad SAW) datang dengan membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul sebelumnya -- QS Ash-Shaffat (37): 37.
Ahmad bagi Semua Bangsa
Pada tahun 721 SM, Israil dan ibu kotanya, Syakim (Nablus), jatuh ke tangan orang-orang Assyria. Penduduknya, yang adalah sisa-sisa sepuluh keturunan Ya’qub, kemudian dibuang ke seluruh penjuru Assyria.
Hampir satu setengah abad kemudian pada tahun 586 SM Kerajaan Yahudza dan ibu kotanya, Al-Quds, jatuh ke tangan orang-orang Kaldan di bawah pimpinan Nebukadnezar. Pada saat itu Haikal Sulaiman dihancurkan, eksekusi mati diberlakukan terhadap semua keturunan Yahudza dan Benyamin, pendiri Kerajaan Yahudza. Yang selamat dari pembantaian itu diasingkan ke Babylon. Mereka tinggal di pengasingan tersebut sampai Cycrus, raja Persia, menaklukkan Babylon pada tahun 538 SM. Cycrus lalu mengizinkan mereka kembali ke Palestina dan membangun ulang kota Al-Quds berikut Haikal Sulaiman.
Ketika fondasi Haikal Sulaiman yang baru diletakkan, terdengarlah teriakan kegembiraan di antara kaum Yahudi. Perasaan haru dan tangis bahagia muncul dari kalangan tua yang pernah menyaksikan Haikal Sulaiman dengan mata sendiri sebelum tempat ibadah itu dihancurkan.
Pada saat itu Allah mengutus seorang nabi bernama Hagai untuk menyampaikan risalah penting kepada semua yang hadir: “Semua bangsa akan Ku-gemparkan dan akan datang Himdah untuk semua bangsa, sehingga Aku akan memenuhi rumah-Ku ini dengan keagungan. Demikianlah firman Tuhan semesta alam. Aku memiliki perak dan emas. Demikianlah firman Tuhan semesta alam. Keagungan rumah baru itu akan lebih hebat dari keagungan dulu. Demikianlah firman Tuhan semesta alam. Di tempat inilah Aku akan memberikan syalom. Demikianlah firman Tuhan semesta alam.” (Hagai 9/7-9).
“Saya telah menerjemahkan paragraf di atas dari satu-satunya naskah Bibel di tangan saya yang ditulis dengan bahasa lokal. Saya mendapat pinjaman naskah itu dari sepupu saya dari Assyria. Setelah naskah ini dibandingkan dengan naskah lain, didapati bahwa terjemah Bibel yang lain menerjemahkan kata Ibrani himdah dan syalom menjadi ‘harapan’ dan ‘kedamaian’,” kata Prof. Abdul Ahad Dawud.
“Para muffasir Yahudi dan Nasrani sama-sama menilai penting kedua janji yang terdapat di dalam nubuwat tersebut. Keduanya memahami bahwa kata himdah merupakan nubuwat akan munculnya seorang mesias. Kalau nubuwat ini hanya diinterpretasikan dengan arti ‘harapan’ dan ‘kedamaian’, tentu ia akan menjadi angan-angan kosong tanpa tujuan konkret.
Sebaliknya jika kita pahami kata himdah sebagai sosok yang nyata, dan kata syalom sebagai agama atau kekuatan yang aktif, nubuwat ini benar dan terbukti dalam wujud Ahmad serta agama Islam. Sebab, kata Himdah dan Syalom dengan sangat mendetail menunjuk pada makna kata Ahmad dan Islam.
Sebelum menetapkan kebenaran nubuwat yang berkenaan dengan kata Ahmad dan Islam ini akan lebih baik jika asal dua kata ini diurai.
Pertama, kata Himdah di dalam bahasa Ibrani diucapkan seperti dalam kalimat ‘ve yavu himdath kol haggoyim’ yang secara literal berarti ‘maka kelak akan datang himdah bagi semua bangsa’. Kata ini diambil dari bahasa Ibrani kuno atau Arami, aslinya adalah himd, yang dilafalkan tanpa huruf mati menjadi him, di dalam bahasa Ibrani berarti ‘harapan yang sangat besar’, sesuatu yang sangat diinginkan atau sesuatu yang selalu dikejar oleh manusia. Di dalam bahasa Arab kata kerja ha-mi-da juga berasal dari akar kata yang sama, ha-mim-dal, yang berarti ‘pujaan’ atau ‘yang terpuji’.
Jadi, apakah ada yang lebih patut dipuji dibandingkan seseorang yang selalu didamba dan diharapkan?
Apa pun arti yang diambil dari akar kata ini, hakikatnya tidak akan berubah dan tidak dapat diperdebatkan lagi bahwa kata Ahmad dalam bahasa Arab merupakan turunan dari kata Himdah.”
Allah SWT berfirman, “Ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata, ‘Wahai bani Israil, sesungguhnya aku utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku yang namanya Ahmad (Muhammad).” -- QS Ash-Shaff (61): 6.
Di dalam Injil Yohanes yang ditulis dalam bahasa Yunani muncul nama Paracletos, bentuk kata yang tidak dikenal dalam sastra Yunani. Akan tetapi ada kata Periqlytos, yang makna dan maksudnya tepat merujuk pada kata Ahmad. Jadi, kata itu pasti merupakan terjemahan Yunani asli bagi kata Himdah dalam bahasa Arami sebagaimana yang dilafalkan oleh Isa Al-Masih.
Kedua, mengenai asal kata syalom dan syalama dalam bahasa Ibrani, serta kata salam dan Islam dalam bahasa Arab, semua ahli bahasa Semit mengetahui bahwa kata syalom dan syalam merupakan derivasi dari satu kata yang sama. Keduanya memunculkan arti kedamaian atau penyerahan diri.
Kini mari kita menjadi saksi sebuah nubuwat lain yang terdapat dalam kitab Maleakhi. Kitab paling akhir dari Perjanjian Lama: “Kelak Aku akan mengutus seorang utusan-Ku agar dia dapat membuka jalan di depan-Ku. Maka tiba-tiba akan datang ke haikal-Nya seorang tuan yang kalian semua minta, seorang utusan perjanjian yang kalian kehendaki. Sesungguhnya dia pasti akan datang. Demikianlah firman Tuhan semesta alam.” (Maleakhi 3/1).
Coba kita bandingkan wahyu ini dengan firman Allah SWT: “Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad SAW) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda kebesaran Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” -- QS Al-Isra (17): 1.
Yang dimaksud dengan orang yang datang secara tiba-tiba ke Haikal di dalam kitab Haigai dan kitab Maleakhi adalah Muhammad SAW, bukan Isa Al-Masih. Berikut bukti yang kuat atas kesimpulan itu:
Pertama, adanya hubungan dan kemiripan kata himdah dan Ahmad dengan akar kata ha-mim-dal, yang menjadi sumber derivasi dua kata tersebut, memastikan bahwa subyek (pelaku) dalam kalimat “maka akan datang Himdah bagi semua bangsa” adalah Ahmad atau Muhammad.
Sebagaimana juga bisa dipastikan bahwa tidak ada hubungan sedikit pun di dalam bahasa Semit antara kata himd dan semua nama Isa atau julukannya, seperti Isa, Yesus, Al-Masih, atau Sang Penyelamat, bahkan di dalam salah satu dari huruf yang membentuk kata-kata tersebut.
Kedua, kalaupun ada sebagian ahli di antara mereka yang menyatakan bahwa akar kata Ibrani ha-min-dal-ha yang dibaca himdah merupakan nama kiasan yang berarti “harapan”, “yang sangat diinginkan”, atau “pujian”, pendapat itu malah semakin menguatkan, sebab bentuk asal kata Ibrani itu persis dengan asal kata dalam bahasa Arab.
Jadi, arti apa pun yang dipilih untuk mengartikan kata ha-mim-dal-ha, hubungannya dengan kata Ahmad tidak terbantahkan, sebagaimana akar kata tersebut tidak memiliki hubungan sama sekali dengan kata Isa.
Kalau saja St. Jerome dan para penerjemah naskah Injil Septuagint (terjemahan Injil dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani yang disusun pada tahun 70 M) tetap menggunakan kata Ibrani ha-mim-dal-ha dan tidak menggantinya dalam bahasa Latin cupiditas atau bahasa Yunani euthymia, pasti para penerjemah Raja James I untuk menyusun terjemahan Injil versi resmi tetap menggunakan kata ha-mim-dal-ha tersebut, dan lembaga Alkitab juga pasti menggunakan kata-kata itu dalam terjemahan Injil ke dalam bahasa-bahasa Islam.
Ketiga, Herodes Agung telah membangun kembali Haikal Zorobabel, yang ditakdirkan lebih agung daripada Haikal Sulaiman. Sebab Maleakhi telah meramalkan bahwa seorang nabi agung, Sang Utusan Perjanjian, Sang Penhulu para Rasul, kelak akan mendatangi tempat itu secara tiba-tiba. Hal inilah yang benar-benar terjadi pada saat Muhammad SAW mendatangi tempat tersebut dalam perjalanan Isra Mi’raj sebagaimana terabadikan dalam surah Al-Isra.
Isa juga pernah beberapa kali mendatangi haikal tersebut dan membuat tempat itu semakin mulia dengan kedatangannya. Akan tetapi semua Injil yang merekam peristiwa kedatangan Al-Masih dan khutbahnya di haikal tersebut tidak pernah menyebut adanya orang yang mendapat petunjuk dari khutbahnya. Injil-injil tersebut justru menyatakan bahwa semua kunjungannya selalu berujung pada perdebatan sengit dengan para pendeta dan orang-orang Farisi.
Kalau saja nubuwat Hagai yang menyatakan bahwa Isa mendapat anugerah syalom menunjukkan bahwa Isa membawa perdamaian, kita harus mengatakan bahwa Isa tidak membawa perdamaian bagi alam semesta. Sebab Isa pernah mengatakan hal ini (Injil Matius 10/34). Isa juga meramalkan bahwa Haikal Zorobabel akan hancur rata dengan tanah (Matius 24/2, Markus 13/2, dan Lukas 21/6). Semua yang diramalkan Isa itu benar-benar terbukti 40 tahun kemudian di tangan orang-orang Romawi ketika bangsa Yahudi habis bercerai-berai.
Keempat, Muhammad SAW benar-benar telah diperjalankan di waktu malam. Muhammad adalah kata turunan sebagaimana kata Ahmad, keduanya berasal dari akar kata yang sama. Beliau telah diperjalankan dari Makkah ke Baitul Maqdis. Di sana beliau mengunjungi bagian suci dari sisa-sisa tempat ibadah yang telah hancur.
Di tempat itu pula Muhammad SAW melakukan shalat yang juga dihadiri oleh semua nabi. Allah SWT juga memberkahi kawasan sekeliling Masjidil Aqhsa. Di sanalah Allah menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada nabi terakhir yang Dia utus.
Penafsiran Syiloh
Menjelang kematiannya pada usia 147 tahun, Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim memanggil dua belas anaknya beserta keluarga mereka masing-masing. Pada saat itu Ya’qub memberkahi, berwasiat, dan menyampaikan nubuwat kepada mereka tentang masa depan kabilah mereka masing-masing. Peristiwa ini dikenal dengan nama Perjanjian Ya’qub, yang kemudian ditulis dalam bahasa Ibrani menggunakan gaya bahasa yang sangat indah serta memiliki sentuhan puitis.
Di antara beberapa hal yang dinyatakan oleh kitab Kejadian adalah bahwa Ya’qub pernah mengeksploitasi kelaparan yang mendera saudaranya, Esau. Kemudian dia membeli hak kesulungan dari Esau hanya dengan semangkuk sup.
Ya’qub juga dikatakan menipu ayahnya yang sudah tua dan buta sehingga dia berhasil mendapatkan restu sang ayah atas sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Esau sebagai anak sulung.
Dikatakan bahwa Ya’qub pernah menjadi pelayan selama tujuh tahun untuk bisa menikahi Rahel. Akan tetapi ayah Rahel membohongi Ya’qub yang menikahkannya dengan kakak sulung Rahel bernama Lea. Oleh sebab itu Ya’qub pun terpaksa menjadi pelayan kembali selama tujuh tahun agar bisa menikahi Rahel.
Dikatakan pula bahwa Ya’qub pernah mengalami duka mendalam ketika kehilangan istrinya tercinta, Rahel, disusul dengan hilangnya putra kesayangannya, Yusuf, selama bertahun-tahun. Selain itu juga dinyatakan, penglihatan Ya’qub kembali pulih setelah ia mengetahui keberadaan Yusuf. Dia juga bertemu dengan Yusuf di Mesir yang menjadi peristiwa yang paling membahagiakan baginya.
Ya’qub adalah seorang nabi yang mendapat julukan Israil dari Allah. Nama inilah yang dipegang teguh oleh 12 kabilah keturunan anak-anaknya.
Mengenai nubuwat terkenal yang dianggap sebagai inti peristiwa Perjanjian Ya’qub ini adalah ayat di dalam kitab Kejadian 49/10: “Tongkat kerajaan dan penetapan hukum tidak akan terlepas dari Yahudza dari antara kakinya sampai datang Syiloh, kepadanya bangsa-bangsa akan tunduk.”
Kata Syiloh dalam ayat ini sangat unik dan tidak pernah muncul lagi pada bagian lain dari Perjanjian Lama. Di dalam bahasa Suryani kata syiloh diterjemahkan menjadi “seseorang yang memiliki tongkat kerajaan dan penetapan hukum”. Dengan terjemahan seperti ini, makna kenabian menjadi jelas.
Tapi sebenarnya kata syiloh juga bisa berarti derivasi dari kata kerja syalah, yang memiliki arti “kedamaian”, “ketenangan”, dan “kepercayaan”. Kata kerja ini juga bisa berarti “mengutus” atau “menyerahkan”.
Sampai di sini kata syiloh akan memiliki arti syiluah, yang memiliki arti sama persis dengan kata rasul yah, julukan yang hanya dianugerahkan kepada Muhammad Rasulullah.
Orang Yahudi dan Nasrani meyakini bahwa Perjanjian Ya’qub adalah salah satu bentuk nubuwat mesianis tentang kedatangan Juru Selamat yang paling menonjol. Tidak diragukan lagi, semua pemeluk Islam mengimani sepenuhnya bahwa Isa, sang nabi dari Nazareth, adalah Al-Masih, karena Al-Qur’an sendiri telah menetapkan hal itu.
Jadi, siapa gerangan penguasa dan penetap hukum yang agung itu? Tentu ia bukanlah Musa, karena ia adalah orang yang pertama kali menyatukan dua belas kabilah Israil. Sebelum Musa, tidak pernah ada seorang pun raja atau nabi yang berasal dari Yahudza.
Orang itu juga bukan Isa Al-Masih, karena ia sendiri pernah mengumumkan bahwa sang mesias yang ditunggu-tunggu oleh Bani Israil bukan berasal dari keturunan Dawud (Matius 22/44-45, Lukas 20/41-44).
Selain itu, Isa juga tidak pernah meninggalkan ketetapan hukum yang tertulis dan tidak pernah memikirkan kekuasaan duniawi. Pernah suatu kali dalam suatu kesempatan para pengikut Isa ingin mengangkatnya sebagai raja. Isa justru melarikan diri dan bersembunyi dari para pedukungnya itu. Injil Isa sebenarnya termaktub di dalam hatinya. Ia telah menyampaikan kabar gembira (Injil) melalui lisan, tidak secara tertulis.
Di dalam nubuwat Isa, sama sekali tidak pernah disebut apa yang diklaim kaum Nasrani sebagai penebus dosa turunan melalui seseorang yang disalib, atau bersemayamnya seorang tuhan yang berwujud manusia. Isa tidak pernah menggugurkan syari’at Nabi Musa, ia malah menyatakan terus terang bahwa ia diutus untuk menguatkan syari’at Musa itu.
Sementara itu Muhammad SAW datang dengan kekuasaan duniawi dan Al-Qur’an untuk mengganti tongkat kekuasaan bangsa Yahudi yang telah keropos, syari’at yang tidak lagi diamalkan, dan institusi kependetaan yang telah rusak.
Muhammad SAW membawa agama yang paling murni dan penauhidan Tuhan secara benar. Beliau meletakkan prinsip-prinsip dasar implementasi akhlaq dan budi pekerti manusia. Dengan Islam, beliau menyatukan semua bangsa di seluruh dunia untuk tidak menyekutukan Dia dengan apa pun jua.
Para pengikut yang berasal dari semua bangsa itu juga sangat taat, cinta, dan menghormati beliau tanpa pernah menyembahnya, mengkultuskannya, apalagi sampai menjadikannya tuhan. Beliaulah yang kemudian menghancurkan benteng pertahanan terakhir kaum Yahudi di Quraizhah dan Khaibar untuk mengakhiri hegemoni mereka.
Arti kedua dari kata syiloh juga merujuk pada keshalihan Muhammad SAW karena kata syiloh juga dapat berarti “yang tenang”, “yang damai”, “yang terpercaya”, atau “yang mendapat titipan”. Dalam bahasa Arami terdapat kata yang sebanding lurus dengan arti kata syiloh, yaitu kata syilya, yang berasal dari akar kata syala dan tidak terdapat dalam bahasa Arab.
Sudah menjadi fakta sejarah bahwa, sebelum diangkat menjadi nabi, Muhammad SAW adalah orang yang sangat tenang, cinta damai, dan sangat terpercaya. Sampai-sampai penduduk Makkah memberikan julukan kepadanya Al-Amin (yang terpercaya). Tentu saja, ketika penduduk Makkah menjuluki beliau dengan julukan tersebut, mereka tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang syiloh dan segala macam arti kata Ibrani tersebut.
Sungguh merupakan suatu keajaiban luar biasa ketika risalah kenabian Muhammad SAW justru turun di tengah bangsa Arab, yang merupakan kaum paganis dan buta huruf, kemudian dihadapkan kepada kaum Yahudi, yang terpelajar, memiliki banyak naskah suci, dan mengetahui dengan baik segala kandungannya.
Arti ketiga dari kata syiloh merupakan penyimpangan dari kata syaluah. Jika memang demikian, kata ini akan bersesuaian arti dengan julukan sang nabi asal Arab yang berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an “sang utusan” (ar-rasul), yang artinya sama persis dengan arti kata syaluah, utusan. Dalam bahasa Ibrani arti kata syaluah Elohim berarti utusan Allah (Rasulullah).
Kata rasul berkali-kali muncul dalam Al-Qur’an tetapi kita tidak akan pernah menemukannya di dalam Perjanjian Lama kecuali hanya di satu tempat, dalam peristiwa Perjanjian Ya’qub, yang menyebut kata syiloh atau syaluah.
Arti apa pun yang kita pilih untuk menafsirkan nubuwat Ya’qub ini, kita tetap harus mengakui bahwa semua nubuwat itu telah tergenapi dengan kemunculan Muhammad SAW. Kini kita bisa menyimpulkan bahwa sia-sialah kaum Yahudi yang terus menunggu kedatangan syiloh selain Nabi Muhammad SAW, sebagaimana umat Nasrani yang terus tenggelam dalam keyakinan mereka bahwa Isa-lah yang dimaksud dengan syiloh.
Hanya Islam
Dalam sejarah manusia tidak pernah dikenal satu umat seperti bangsa Israil yang hampir 400 tahun selalu diuji dengan kemunculan nabi-nabi palsu.
Para nabi palsu ini terdiri dari dua macam. Pertama, nabi-nabi palsu yang menisbahkan dirinya kepada syari’at atau ajaran Yahwah dan mengeluarkan nubuwat atas namanya. Kedua, mereka yang mengangkat diri atas nama Ba’al atau dewa-dewa pagan lainnya. Hal ini dapat mereka lakukan dengan adanya perlindungan dari beberapa raja Israil yang menganut paganisme.
Para nabi palsu kategori yang pertama ada yang hidup sezaman dengan beberapa nabi asli, seperti Nabi Mikha dan Nabi Yeremia. Nabi palsu kategori kedua ada yang telah menyebabkan terjadinya pembantaian terhadap beberapa orang nabi asli dan orang-orang beriman, seperti yang terjadi pada masa kekuasaan salah seorang raja Israil bernama Ahab dan istrinya, Jazabel, tahun 896-874 SM.
Di antara kedua jenis nabi palsu ini yang paling berbahaya bagi agama yang benar adalah nabi palsu jenis pertama. Alasannya karena mereka bersikap di hadapan umat seolah benar-benar telah menerima wahyu dari Allah. Mereka juga melangsungkan berbagai uapacara keagamaan di tempat-tempat ibadah.
Nabi asli yang paling merasakan penyiksaan dan kesengsaraan disebabkan perbuatan para nabi palsu ini adalah Nabi Yeremia. Ia memulai misi kenabiannya sejak akhir abad keenam SM, tepatnya saat Kerajaan Yahudza berada dalam ancaman serangan Kerajaan Kaldan. Waktu itu kaum Yahudi bersekutu dengan Fir’aun Mesir. Akan tetapi kaum Kaldan, yang berada di bawah pimpinan Nebukadnezar, berhasil mengalahkan Fir’aun sehingga kota Al-Quds jatuh.
Di tengah hari-hari yang genting itu, Nabi Yeremia mendesak kaum Yahudi dan para pemimpin mereka untuk tunduk kepada Nebukadnezar, dengan harapan kota Al-Quds tidak dihancurkan, sekaligus untuk menyelematkan bangsa Yahudi dari penangkapan atau pengusiran. Ia menyampaikan khutbah yang luar biasa kepada raja, pendeta, dan pembesar kaumnya, tapi sia-sia saja, sehingga akhirnya Al-Quds jatuh pada tahun 586 SM.
Disebabkan peristiwa itu dimulailah pengasingan bangsa Yahudi ke Babylon oleh Nebukadnezar. Kebanyakan mereka yang ditawan adalah raja dan pembesar.
Kitab Yeremia yang ada sekarang ternyata jauh berbeda dengan kitab Yeremia yang terdapat di dalam Perjanjian Lama versi Septuagint. Topik penting yang yang dikemukakan oleh Nabi Yeremia adalah bagaimana sebenarnya cara membedakan nabi asli dan nabi palsu. Atas pertanyaan itu Nabi Yeremia memberikan jawaban yang sangat memuaskan. “Nabi asli itu adalah nabi yang mengabarkan ihwal Islam.” (Kitab Yeremia 28/9).
Untuk memahami hal di atas, mari kita baca ucapan Nabi Yeremia yang mendahului pernyataan di atas. Ia berkata kepada Nabi palsu Hananya, “Sesungguhnya nabi-nabi yang datang sebelum aku dan sebelum engkau sejak dulu telah menyampaikan nubuwat kepada banyak negeri dan kerajaan-kerajaan besar berupa peperangan, malapetaka, dan wabah penyakit. Sesungguhnya seorang nabi yang menubuwatkan asy-Syalom (Islam) dapat langsung diketahui bahwa Allah telah benar-benar mengutusnya ketika nubuwat itu digenapi.” (Yeremia 28/8-9).
Sebagian orang tampaknya akan menolak pengertian asy-Syalom yang diterjemahkan menjadi Islam dengan pernyataan bahwa dua huruf alif dan lam (al) yang terletak di depan kata Syalom diartikan sebagai “tentang” atau “yang berhubungan dengan”. Akan tetapi telah menjadi kesepakatan bersama bahwa kata syalom dalam bahasa Ibrani, kata syalama dalam bahasa Suryani, kata salam dan Islam dalam bahasa Arab, berasal dari akar kata yang sama dalam bahasa Semit: syalam yang juga memiliki arti sama. Hal ini sudah diketahui oleh semua pakar bahasa Semit.
Kata kerja syalam identik dengan “menerima”, “menyerahkan diri”, dan “menerapkan kedamaian”, sampai seseorang menjadi damai dan tenang dengan dirinya sendiri, juga dengan orang lain.
Di dunia ini tidak ada sistem keberagamaan yang memiliki nama atau karakter yang lebih baik, lebih komprehensif, lebih berwibawa, dan lebih tinggi, dibandingkan Islam. Sebab agama Allah yang benar tidak mungkin dinamai dengan nama seseorang atau sebuah tempat tertentu.
Sesungguhnya kesucian dan kema’shuman kata Islam inilah yang menyebabkan timbulnya perasaan gentar, takut, dan segan di dalam hati musuh-musuhnya bahkan ketika umat Islam dalam kondisi lemah dan susah.
Inilah nama agama yang memerintahkan ketundukan dan penyerahan diri secara mutlak kepada Allah. Islam membawa pemeluknya pada kedamaian dan ketenangan, seperti apa pun gangguan dan kesulitan yang mengancam mereka. Itulah keimanan yang teguh terhadap keesaan Allah. Dengan rahmat dan keadilan-Nya, setiap muslim menjadi lebih istimewa dibandingkan umat selain mereka.
Jadi inti pernyataan Nabi Yeremia, setiap nabi yang mengajarkan Islam sebagai agama dan jalan hidup adalah nabi yang benar-benar diutus oleh Allah.
Yeremia adalah satu-satunya nabi sebelum Al-Masih yang menggunakan kata syalom dengan arti “agama”. Dialah yang menggunakan kata ini untuk membuktikan kebenaran setiap nabi hakiki.
Menurut nash Al-Qur’an, Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Musa, Isa, dan semua nabi lainnya, adalah muslim. Kata Islam dan semua kata padanannya seperti syalom dan syalama sudah dikenal kalangan Yahudi dan Nasrani yang tinggal di Jazirah Arab ketika Muhammad SAW muncul untuk menyempurnakan dan menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia.
Hanya Islam yang mampu menentukan kebenaran seorang nabi asli. Allah jelas ahad (tunggal), agama yang diridhai-Nya juga hanya satu. Tidak ada agama lain di dunia selain Islam yang terus mempertahankan dan mengajarkan keesaan Allah. Oleh sebab itu nabi yang asli pasti berani mengorbankan kemaslahatan lain demi membela urusan agama yang satu ini. Hanya agama Islam yang bisa dijadikan perangkat untuk mengetahui kebenaran seorang nabi.
Nubuwat tentang masa depan atau perbuatan ajaib belum tentu memadai untuk menjadi bukti keaslian seorang nabi. Syalom tidak lain adalah agama Islam. Kita berani menantang orang yang menolak interpretasi demikian untuk menemukan padanan kata syalom dalam bahasa Arab selain kata Islam dan salam.
Kita juga tantang mereka untuk mencari padanan kata Islam dalam bahasa Ibrani selain syalom. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, tampaknya mereka harus menerima kenyataan bahwa kata syalom memang semakna dengan kata salam dalam bentuk mujarrad (abstrak), dan kata syalom semakna dengan kata Islam atau aqidah dalam bentuk malmus (konkret).
Ihsan M. Rusli (majalah Alkisah)
25 Juni, 2012
Riset Sains: RAHASIA ADZAN SUBUH - Mengapa kita harus bangun Shalat Subuh?
Misteri Rahasia Adzan Shalat Subuh -Mungkin agan, apa sebab Allah swt memerintahkan kita bangun pagi dan shalat subuh? Dan mengapa dalam adzan subuh terdengar kalimat yang berbeda, kalimat yang tidak ada pada azan di lain waktu.
"ash shalaatu khairun minan naum"
shalat (pada saat) itu lebih baik dari pada tidur".
Jika kita terjemahkan, akan berarti Sholat itu Lebih Baik Daripada Tidur. Tetapi coba perhatikan baik baik. Mengapa kalimat itu hanya dikumandangkan saat adzan subuh saja?
Dalam kalimat itu Allah swt ternyata sedang memberikan isyarat kasih sayangnya pada kaum muslimin, sebuah isyarat yang sering kita abaikan maknanya, yang jika kita tangkap isyarat itu kira kira akan berbunyi seperti ini
"Subhanallah Laa Khaula Wa Laa Quwwata Illa Billaah"
Lalu mengapa isyarat itu justru dikumandangkan hanya pada shalat subuh, tatkala kita semua sedang terlelap, dan bukan pada adzan untuk shalat lain?.
Penjelasan Ilmiahnya:
Pada studi MILIS, studi GISSI 2 dan studi-studi lain di luar negeri, yang dipercaya sebagai suatu penelitian yang shahih mendapati sebuah kesimpulan jika puncak terjadinya serangan jantung sebagian besar dimulai pada jam 6 pagi sampai jam 12 siang.
Mengapa demikian? Karena pada saat itu sudah terjadi perubahan pada sistem tubuh dimana terjadi kenaikan tegangan saraf simpatis (istilah Cina:Yang) dan penurunan tegangan saraf parasimpatis (YIN).
Tegangan simpatis yang meningkat akan menyebabkan kita siap tempur, tekanan darah akan meningkat, denyutan jantung lebih kuat dan sebagainya.
Pada tegangan saraf parasimpatis yang meningkat maka terjadi penurunan tekanan darah, denyut jantung kurang kuat dan ritmenya melambat. Terjadi peningkatan aliran darah ke perut untuk menggiling makanan dan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga kita merasa mengantuk, pokoknya yang cenderung kepada keadaan istirahat.
Pada pergantian waktu pagi buta (mulai pukul 3 dinihari) sampai siang itulah secara diam-diam tekanan darah berangsur naik, terjadi peningkatan adrenalin yang berefek meningkatkan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah (efek vasokontriksi) dan meningkatkan sifat agregasi trombosit (sifat saling menempel satu sama lain pada sel trombosit agar darah membeku) walaupun kita tertidur.
Aneh bukan? Hal ini terjadi pada semua manusia, setiap hari termasuk anda dan saya maupun bayi anda. Hal seperti ini disebut sebagai ritme Circardian/Ritme sehari-hari, yang secara kodrati diberikan Allah swt kepada manusia.
Furgot dan Zawadsky pada tahun 1980 dalam penelitiannya mengeluarkan sekelompok sel dinding arteri sebelah dalam pada pembuluh darah yang sedang diselidikinya (dikerok). Pembuluh darah yang normal yang tidak dibuang sel-sel yang melapisi dinding bagian dalamnya akan melebar bila ditetesi suatu zat kimia yaitu: Asetilkolin.
Pada penelitian ini terjadi keanehan, dengan dikeluarkannya sel-sel dari dinding sebelah dalam pembuluh darah itu, maka pembuluh tadi tidak melebar kalau ditetesi asetilkolin.
Penemuan ini tentu saja menimbulkan kegemparan dalam dunia kedokteran. "Jadi itu toh yang menentukan melebar atau menyempitnya pembuluh darah, sesuatu penemuan baru yang sudah sekian lama, sekian puluh tahun diteliti tapi tidak ketemu".
Penelitian itu segera diikuti penelitian yang lain diseluruh dunia untuk mengetahui zat apa yang ada didalam sel bagian dalam pembuluh darah yang mampu mengembangkan/melebarkan pembuluh itu. Dari sekian ribu penelitian maka zat tadi ditemukan oleh Ignarro serta Murad dan disebut NO/Nitrik Oksida.
Ketiga penelitian itu Furchgott dan Ignarro serta Murad mendapat hadiah NOBEL tahun 1998.
Zat NO selalu diproduksi, dalam keadaan istirahat tidur pun selalu diproduksi, namun produksi dapat ditingkatkan oleh obat golongan Nifedipin dan nitrat dan lain-lain tetapi juga dapat ditingkatkan dengan bergerak, dengan olahraga.
Efek Nitrik oksida yang lain adalah mencegah kecenderungan membekunya darah dengan cara mengurangi sifat agregasi/sifat menempel satu sama lain dari trombosit pada darah kita.
Jadi kalau kita kita bangun tidur pada pagi buta dan bergerak, maka hal itu akan memberikan pengaruh baik pada pencegahan gangguan kardiovaskular.
Naiknya kadar NO dalam darah karena exercise yaitu wudhu dan shalat sunnah dan wajib, apalagi bila disertai berjalan ke mesjid merupakan proteksi bagi pencegahan kejadian kardiovaskular.........tanpa manusia menyadarinya.
Selain itu patut dicatat bahwa pada posisi rukuk dan sujud terjadi proses mengejan, posisi ini meningkatkan tonus parasimpatis (yang melawan efek tonus simpatis). Dengan exercise tubuh memproduksi NO untuk melawan peningkatan kadar zat adrenalin di atas yang berefek menyempitkan pembuluh darah dan membuat sel trombosit darah kita jadi bertambah liar dan saling merangkul.
Allah, sudah sejak awal Islam datang menyerukan shalat subuh. Hanya saja Allah tidak secara jelas menyatakan manfaat akan hal ini karena tingkat ilmu pengetahuan manusia belum sampai dan masih harus mencarinya sendiri walaupun harus melalui rentang waktu ribuan tahun.
Petunjuk bagi kemaslahatan umat adalah tanda kasihNya pada hambaNya. Bukti manfaat instruksi Allah baru datang 1400 tahun kemudian. Allahu Akbar.
Up2det
05 Juni, 2012
Riset AlQuran & Sains: LOKASI DITENGGELAMKANNYA QARUN
Hampir semua umat Islam di seluruh dunia, pernah mendengar kisah Qarun. Ia adalah seorang yang sangat kaya raya, dan hidup sezaman dengan Nabi Musa AS. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, Qarun adalah anak dari paman Musa. Kisah Qarun ini secara lengkap dapat dilihat dalam surah al-Qashash [28] ayat 76-82.
Menurut situs wikipedia , Qarun adalah sepupu Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi. Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.
Qarun dikenal sebagai orang yang sangat kaya. Kekayaannya membuat iri orang-orang Bani Israil. Karena kekayaannya itu pula, Qarun senantiasa memamerkan dirinya kepada khalayak ramai. Bahkan, begitu banyak kekayaan yang dimilikinya, sampai-sampai anak kunci untuk menyimpan harta kekayaannya harus dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat. (Al-Qashash [28]: 76).
''Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.''
Sejumlah ulama mengatakan, yang dimaksud dengan lelaki yang kuat itu adalah diperkirakan tenaganya antara 10 sampai 40 lelaki di masa kini. Hal ini dikarenakan, kunci-kuncinya sangat berat dan tempat untuk menyimpan harta kekayaan Qarun sangat besar.
Qarun menganggap dirinya memperoleh harta itu karena kemampuan (ilmu) yang dimilikinya. Hal itu tampak dari pernyataannya yang termaktub dalam surah Al-Qashash [28]: 78. ''Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.''
Menurut para mufassir (ahli tafsir), Qarun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya, dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. ''Maka, keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.'' (Al-Qashash [28]: 79).
Menurut sejumlah riwayat, ketika Qarun memamerkan harta kekayaannya, ia menggunakan pakaian yang sangat mewah, jumlah harta benda yang dibawanya harus diangkut oleh 60 ekor unta, dengan didampingi sebanyak 600 orang pelayan yang terdiri atas 300 laki-laki dan 3000 orang perempuan. Saat itu, Qarun juga dikawal sebanyak 4000 orang dan diiringi oleh sebanyak 4000 binatang yang ternak yang sehat.
Karena kemegahan dan keindahan pakaian yang dimiliki Qarun, orang-orang yang menyaksikannya, juga menginginkan kekayaan seperti yang dimiliki Qarun.''Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: ''Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.'' (QS 28:79).
Menurut beberapa riwayat, sebelumnya Qarun adalah seorang hamba yang saleh dan miskin. Ia memohon kepada Nabi Musa untuk mendoakannya agar dirinya memiliki sejumlah harta. Dan, doa itu dikabulkan, hingga dirinya menjadi kaya raya. Namun, menurut sejumlah riwayat pula, azab ditenggelamkannya Qarun, juga karena doanya Nabi Musa yang dikabulkan Allah, akibat Qarun tidak mau bersyukur dalam malah menyombongkan diri. Ia juga tak mau menyedekahkan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang miskin yang ada di sekitarnya.
Kesombongan Qarun itu tampak ketika ia mengatakan bahwa harta yang diperolehnya karena ilmu yang dimilikinya (QS:28:78).Karena kesombongannya itulah, Allah mengazabnya dengan ditenggelamkannya Qarun ke dalam perut bumi. ''Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (QS 28:81).
''Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.'' (QS Al-Ankabut [29]: 40).
Rasulullah SAW bersabda : ''Tatkala seseorang mengulurkan kainnya ke bawah (karena sombong), tiba-tiba ia terbenam ke dalam tanah dan terperosok ke dalam perut bumi hingga hari kiamat.'' (HR Bukhari).
Danau Qarun
Di manakah lokasi ditenggelamkannya Qarun tersebut? Mengapa banyak orang menganggap bila mereka menemukan harta terpendam selalu mengatakan dengan sebutan harta karun? Benarkah ia harta karun?
Menurut beberapa riwayat, lokasi tempat ditenggelamkannya Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi itu terjadi di daerah Al-Fayyum, sekitar 90 kilometer (km) atau dua jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Kairo, ibu kota Mesir. Menurut penduduk setempat, nama danau itu adalah Bahirah Qarun (laut Qarun). Di sekitar Al-Fayyum ini yang tersisa hanya berupa puing-puing istana Qarun.
Di lokasi ini, terdapat sebuah danau yang sangat luas. Panjang danau mencapai 30 km dengan lebar danau sekitar 10 km dan kedalaman mencapai 30-40 meter.Menurut DR Rusydi al-Badrawy, dalam bukunya Qashash al-Anbiya' wa al-Tarikh (Kisah Para Nabi dan Sejarahnya), Bahirah Qarun ini dulu pernah dilakukan penelitian oleh ahli Geologi dari Eropa Barat. Penelitian difokuskan untuk membuktikan, apakah di lokasi tersebut pernah terjadi sebuah bencana berupa gempa hingga menenggelamkan Qarun beserta rumahnya, seperti diungkapkan dalam Alquran.
Hasilnya? Setelah melalui pengkajian yang komprehensif, tulis Rusydi al-Badrawy, para peneliti dari Eropa itu berkesimpulan bahwa di zaman dahulu kala, benar di lokasi itu pernah terjadi bencana berupa gempa bumi yang sangat besar, terutama di bagian sebelah selatan danau Qarun.''Ini membuktikan bahwa kisah Qarun pernah terjadi di sekitar danau tersebut,'' tulis Rusydi. Dan, menurut penduduk Mesir, di Al-Fayyum ini dulunya Qarun tinggal.
Kini, danau Qarun tampak tenang. Meski di baliknya menyimpan sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi umat manusia. Yakni, kesombongan dapat membinasakan dirinya, sebagaimana yang terjadi pada Qarun.Rusydi menjelaskan, danau ini sudah ada sejak dahulu sebelum Qarun ada. Danau tersebut dulunya merupakan sebuah danau kecil yang disebut dengan Munkhafazh al-Laahun.
Tentu saja masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam di lokasi ini mengenai ditenggelamkannya Qarun. Sebab, bila di situ benar tempat Qarun ditenggelamkan bersama hartanya, tentunya akan ditemukan sejumlah harta kekayaan Qarun yang banyak itu.
Mengenai pendapat yang menisbatkan setiap harta terpendam yang ditemukan dinamakan harta Karun, hanyalah sebuah perumpaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Wa Allahu A'lam. n sya/berbagai sumber
Peninggalan Qarun di Al-Fayyum
Sekitar 150 kilometer (km) di Barat Daya Kairo, Mesir, tepatnya di Al-Fayyum, terdapat reruntuhan bangunan yang dipercaya sebagai tempat tinggal Qarun. Tempat ini berdekatan dengan Danau Qarun ( Qarun lake ), atau kurang lebih berjarak sekitar 2 km. Menurut beberapa sumber, bangunan yang masih berdiri kokoh adalah benteng yang dibangun oleh Qarun. Namun, ada pula yang mengatakan, bangunan itu adalah istana milik Qarun ( Qasharu Qarun ).
Bangunan yang tersisa di kampung Abaza atau Al-Fayyum ini, hanya berupa puing-puingnya. Namun demikian, orang yang berkunjung ke lokasi ini dapat menikmati sisa-sisa kekayaan Qarun dengan bangunannya yang sangat megah. Dua buah tiang yang menandakan kemegahan bangunan yang didirikan di zaman Qarun, masih tampak kokoh berdiri di dekat pintu masuk.
Masuk ke dalam bangunan, pengunjung juga dapat menyaksikan kemegahan istana Qarun. Menurut Aep Saepulloh Darusmanwiati, salah seorang pemandu wisata salah satu biro perjalanan wisata, istana Qarun ini belum selesai digali. Masih banyak bangunan dan kamar-kamar atau ruangan di bahwa tanah yang belum sempat digali, barangkali karena pemerintah Mesir tidak menganggarkan untuk menggalinya.
''Para pengunjung juga dapat naik ke atas istana sekaligus dapat menyaksikan bagian-bagian kamar yang dibuatnya. Seni arsitekturnya sangat luar biasa. Hal ini tampak dari jendela yang dibuat dari batu besar yang dipahat sangat indah dan cantik untuk memasukkan sinar matahari.''
Sementara itu, pada bagian paling atas, para pengunjung dapat melihat ada dua gambar menempel di tembok. Gambar pertama adalah seorang manusia berkepala buaya yang merupakan jelmaan dari Dewa Sobek, penguasa Al-Fayyum, dan kedua manusia biasa, hanya sayang yang tampak tinggal bagian perut ke bawah saja, kepalanya sudah tidak ada. Manusia ini boleh jadi adalah Qarun. Dua gambar dimaksud bermakna: ''Dewa Sobek akan selalu melindungi dan menaungi Qarun.'' Wa Allahu A’lam. sya/berbagai sumber
Al-Fayyum: 1000 Hari
Al-Fayyum, tempat yang diyakini sebagai tempat tinggal Qarun pada zaman Nabi Musa dahulu, menurut riwayat sudah ada sejak zaman Nabi Yusuf Alaihissalam.Seperti dikutip Aep Saepullah dalam artikelnya yang berjudul Menjelajahi Kota Al-Fayyum, berdasarkan keterangan para ulama Islam yang dimuat dalam sejumlah karya klasik disebutkan, Nabi Yusuf yang pertama kali membangun Kota Al-Fayyum.Konon, sewaktu membangun kota ini, Nabi Yusuf memerlukan waktu sekitar 70 hari.
Aep Saepullah menambahkan, Al-Fayyum berasal dari bahasa Arab, yakni Alfu Yawmin yang berarti 1000 hari. Ada dua versi mengenai nama Al-Fayyum. Pertama, sebagaimana ditulis oleh Imam al-Humairy dalam bukunya ar-Raudh al-Mu'thar fi Khabar al-Aqthar, disebut Alf Yaum karena perharinya pajaknya mencapai 1000 ( alf ) dinar. Ini artinya, pajak satu hari di Al-Fayyum sama dengan seribu hari ( alf yaum ) di kota-kota Mesir lainnya. Hanya, riwayat ini tidak masyhur di kalangan para ahli sejarah.
Riwayat kedua, dan riwayat ini merupakan riwayat yang paling masyhur, bahwa penamaan Al-Fayyum ini erat kaitannya dengan Nabi Yusuf AS. Saat itu, setelah Nabi Yusuf mendekam di penjara selama 7 tahun, setahun kemudian Nabi Yusuf diangkat menjadi menteri perbendaharaan Mesir. Tugas pertama adalah menangani musim paceklik yang akan menimpa Mesir, selama tujuh tahun. Lalu, Nabi Yusuf menggali tiga buah selat di sekitar Sungai Nil untuk mengalirkan airnya ke Al-Fayyum, yaitu selat bagian barat, timur, dan bagian atas, hulu ( upper, sha'id ).
Dengan digalinya tiga selat tersebut, daerah Al-Fayyum menjadi subur dan hijau, karena air sudah masuk, baik dari Sungai Nil maupun air yang keluar dari dalam tanah. Setelah itu, Nabi Yusuf membangun 360 kampung di Kota Jaubah (Al-Fayyum) tersebut. Jumlah tersebut disesuaikan dengan jumlah hari dalam satu tahun (satu tahun berkisar sekitar 360 hari) dengan maksud bahwa satu kampung di Kota Al-Fayyum ini dapat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk Mesir saat itu dari kelaparan dan kekeringan. Namun, proyek pembangunan itu diselesaikan hanya dalam waktu 70 hari.
Ketika raja Mesir saat itu melihat pembangunan yang dilakukan Nabi Yusuf, ia berkata: "Luar biasa, hanya dengan 70 hari saja, Yusuf dapat membangun kota ini, padahal untuk dapat seperti ini, minimal diperlukan waktu seribu hari ( Alf Yawm ). Ini betul-betul pertolongan dari langit". Sejak itulah, nama Jaubah berubah mejadi Alf Yawm yang kemudian disingkat lagi menjadi kota Al-Fayyum.
Dengan ide luar biasa Nabi Yusuf inilah, Kota Al-Fayyum sekarang menjadi kota paling banyak airnya di Mesir. Orang-orang Mesir menyebut Al-Fayyum sebagai Makhzan al-Maa’ (gudangnya air). Saking banyaknya air, hingga saat ini dapat dijumpai beberapa kolam ikan di Fayyum, sesuatu yang tidak akan dijumpai di provinsi-provinsi Mesir lainnya, selain di Fayyum.
Menurut para ahli sejarah, air yang ada di Al-Fayyum ini sangat memengaruhi warna dan rasa dari Sungai Nil yang ada di Mesir secara umum. Apabila air di Al-Fayyum ini surut, warna dan rasa air Nil akan berubah di seluruh Mesir. Sekalipun sampai saat ini, belum terjadi, akan tetapi hemat penulis, hal demikian masih sangat mungkin, karena semua itu berkat ide brilian Nabi Yusuf yang menimbang dan mengukur ketinggian air Nil dimaksud.
Karena kesuburannya ini juga, Al-Fayyum termasuk provinsi yang banyak menghasilkan padi, yang tentunya tanaman padi ini jarang ditanam di provinsi lain, mengingat terlalu banyak memerlukan air. Itulah Al-Fayyum, provinsi paling subur di Mesir.
Ketika Yunani berkuasa di Mesir, Kota Al-Fayyum diganti dengan nama Crocodilopolis atau dalam bahasa Arab disebut dengan Madinah at-Timsah yang berarti Kota Buaya. Hal ini mengingat di Al-Fayyum dahulunya banyak sekali buaya yang berkeliaran. Untuk itu pula, dewa yang berkuasa dan menguasai Al-Fayyum--menurut kepercayaan Mesir Kuno--bernama Dewa Sobek yang digambarkan dengan tubuh manusia, tapi berkepala buaya.
Kincir (as-Sawaqi)
Di antara tempat yang menjadi objek wisata lainnya di Al-Fayyum adalah kincir air. Kincir-kincir ini merupakan ciri khas dari Kota Al-Fayyum. Bahkan, Al-Fayyum adalah satu-satunya kota di Mesir yang mempunyai kincir air.
Menurut penduduk setempat, ide pertama membuat kincir tersebut adalah dari Nabi Yusuf, ketika ia menata dan membangun Kota Al-Fayyum. Di Al-Fayyum sendiri ada lebih dari 200 kincir. Hanya, kincir yang berada di dalam Kota Al-Fayyum lain dari yang lain.
Kelainannya adalah bunyi dari kincir tersebut. Kincir-kincir lainnya tidak mengeluarkan suara atau bunyi. Bunyi kincir yang seperti orang yang sedang kesulitan, mohon bantuan itu, oleh penduduk Al-Fayyum sendiri dinisbahkan kepada suara Qarun. Bahwa, suara itu adalah suaranya Qarun yang setiap saat menyesali perbuatannya. Apakah betul atau tidak? Wa Allahu 'alam.
Aep Saepulloh Darusmanwiati
Langganan:
Postingan (Atom)